Seekor Gajah Jantan Lahir di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Sumsel
Seekor bayi gajah sumatera jantan lahir di Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Sumatera Selatan. Dengan penambahan ini, ada 31 gajah latih di kawasan pusat pelatihan gajah tersebut.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PADANG SUGIHAN, KOMPAS — Seekor bayi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) jantan lahir di Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Sumatera Selatan. Dengan penambahan ini, ada 31 ekor gajah latih di kawasan pusat pelatihan gajah tersebut. Ini adalah kelahiran gajah kesembilan dalam 10 tahun terakhir.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan (BBKSDA Sumsel) Ujang Wisnu Barata, Senin (21/6/2021), mengatakan, bayi gajah itu lahir pada (18/6/2021) dari seekor induk gajah barnama Sabana. Bayi gajah itu lahir dengan panjang 114 sentimeter (cm), tinggi bahu 75 cm, lingkar dada 109 cm, panjang belalai 22 cm, panjang ekor 60 cm, dengan berat 82 kilogram.
Kondisi bayi gajah, ungkap Ujang, tergolong cukup sehat. Hanya saja, petugas sempat memberikan antiseptik untuk mecegah infeksi pada tali pusar serta pengendalian risiko virus yang biasa menyerang anak gajah berusia di bawah 10 tahun. ”Sementara induknya diberi suplemen untuk mengembalikan stamina indukan gajah setelah melahirkan,” ujar Ujang.
Dengan kelahiran ini, jumlah gajah jinak di Suaka Margasatwa (SM) Padang Sugihan mencapai 31 ekor. Mereka terdiri dari lima ekor gajah jantan, 13 ekor gajah betina, 4 ekor jantan muda, 5 ekor anak jantan, dan 4 ekor anak betina. ”Anakan gajah yang ada di SM Padang Sugihan berusia di bawah 10 tahun,” ucapnya.
Kelahiran gajah ini menambah kesuksesan SM Padang Sugihan sebagai tempat pengembangbiakan gajah. Sejak 2011, setidaknya ada sembilan gajah yang lahir di lokasi tersebut. Ini membuktikan bahwa kawasan seluas 7.349 hektar ini memang cocok sebagai habitat gajah.
”Gajah memiliki ruang dan pakan yang cukup sehingga dapat hidup lebih sejahtera di sini,” katanya. SM Padang Sugihan memiliki kontur tanah rawa yang juga dialiri oleh beragam anak sungai yang cocok sebagai habitat gajah sumatera.
Gajah yang ada di SM Padang Sugihan semula adalah gajah liar yang kemudian dilatih untuk membantu petugas melaksanakan sejumlah misi. Mereka memiliki peran untuk mengendalikan kelompok gajah jika ada konflik antara manusia dan gajah liar. Tidak hanya di SM Padang Sugihan, di Lahat juga terdapat pusat latihan gajah. ”Di Lahat ada sekitar 10 ekor gajah jinak,” ucap Ujang.
Untuk selanjutnya, gajah jinak ini perlahan akan dikembalikan ke alam dan pelan-pelan dilepasliarkan. ”Kita tidak ingin beternak gajah, tetapi menjaga populasi gajah liar di Sumsel agar keberadaan mereka tetap lestari,” ucap Ujang.
Karena itu, dalam satu tahun ke depan, lanjut Ujang, pihaknya akan berupaya membuka pusat konservasi gajah yang terintegrasi sehingga mereka dapat hidup secara lebih liar. Nantinya, akan ada pusat pelatihan gajah dan suaka di mana gajah bisa berkeliaran. Selain itu, akan dibangun tempat bagi para pengunjung yang ingin melihat kehidupan gajah secara langsung.
Akan dikembangkan pusat konservasi gajah yang terintegrasi sehingga mereka dapat hidup secara lebih liar. Nantinya, akan ada pusat pelatihan gajah dan suaka di mana gajah bisa berkeliaran.
Adapun kawasan SM Padang Sugihan merupakan salah satu kantong populasi gajah di Sumsel. Terdata ada sekitar 30 gajah liar yang hidup di kawasan ini, sedangkan tidak jauh dari sana, tepatnya di hutan produksi sebuah perushaan, ada sekitar 70 gajah liar. Kantong gajah juga ada di kawasan Gunung Raya Kabupaten Ogan Komering Ulu. ”Secara keseluruhan kemungkinan ada 120-150 ekor gajah di Sumsel,” ucapnya.
Peneliti dari Hutan Kita Indonesia Bidang Konservasi (HaKI), Benny Hidayat, mengatakan, tingginya angka kelahiran gajah di SM Padang Sugihan memang menandakan kawasan itu cocok sebagai habitat gajah. Hanya saja, akan jauh lebih baik jika gajah itu hidup secara liar.
Dia mencontohkan, dari sisi ukuran, gajah liar jauh lebih besar dibandingkan dengan gajah latih. Hal itu karena ketersediaan pakan memang lebih memadai di alam liar dibandingkan harus berada di pusat pelatihan. Setiap gajah dewasa, ujar Benny, membutuhkan sekitar 150 kilogram makanan setiap harinya, baik berupa rumput, pelepah pohon, maupun berbagai makanan lain.