Rumah Sakit Semakin Penuh, Jabar Konversi 2.400 Tempat Tidur untuk Pasien Covid-19
Rata-rata keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Barat terus meningkat di atas 80 persen. Sejumlah 2.400 tempat tidur akan dikonversikan untuk menampung pasien Covid-19.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Barat semakin penuh. Sekitar 2.400 tempat tidur akan dikonversikan untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19.
Hingga Minggu (20/6/2021) malam, rata-rata keterisian tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19 di Jabar mencapai 81,96 persen. Keterisiannya melonjak tajam dibandingkan dengan sebulan lalu, yang masih 30 persen.
Bahkan, keterisian rumah sakit di tiga daerah di atas 90 persen, yaitu Kabupaten Purwakarta, Majalengka, dan Kabupaten Bandung Barat. Sementara enam daerah lainnya memiliki keterisian di atas 85 persen.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, untuk mengantisipasi lonjakan pasien, rumah sakit meningkatkan rasio tempat tidur bagi pasien Covid-19. ”Sesuai prosedur kedaruratan Covid-19, kami menambah (rasio) dari rata-rata 20 persen menjadi 30 persen. Bahasa singkatnya, sedang dipersiapkan 2.400 tempat tidur,” ujarnya.
Kamil menuturkan, jatah tempat tidur untuk pasien Covid-19 memang mendekati 100 persen. Namun, kondisi itu bukan total dari jumlah tempat tidur di rumah sakit.
”Misalnya, dari 500 tempat tidur, jatah (pasien) Covid-19 sebanyak 20 persen, berarti 100 tempat tidur. Jika 100-nya (tempat tidur) terpakai, itu baru 100 persen. Namun, bukan 100 persen dari 500 (tempat tidur),” ujarnya.
Jika pasien Covid-19 terus melonjak, rasio tempat tidur akan kembali dinaikkan menjadi 40 persen. Skema penggunaan rumah sakit darurat juga disiapkan untuk menghadapi lonjakan tersebut.
Sampai betul-betul tidak memungkinkan barulah masuk ke tahap berikutnya, yaitu membuat rumah sakit darurat.
”Sampai betul-betul tidak memungkinkan barulah masuk ke tahap berikutnya, yaitu membuat rumah sakit darurat,” ucapnya.
Penambahan fasilitas bagi pasien Covid-19 memerlukan tambahan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jabar telah bekerja sama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk mengisi kebutuhan tersebut.
”Kami sempat memberhentikan 500 sukarelawan nakes karena saat Idul Fitri (13 Mei) keterisian rumah sakit se-Jabar hanya 29 persen. Sekarang kami panggil lagi karena kondisinya seperti ini (keterisian rumah sakit tinggi),” katanya.
Kamil kembali mengimbau warga untuk mematuhi protokol kesehatan. Sebab, dengan sedikit pasien Covid-19 di rumah sakit, semakin leluasa fasilitas di rumah sakit digunakan untuk pasien umum lainnya.
Tingginya okupansi rumah sakit di Jabar membuat warga kesulitan mencari ruang perawatan untuk pasien Covid-19. Pasien harus menunggu berjam-jam, bahkan hingga berhari-hari.
Kepala Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Ismawanto Soemantri mengatakan, seorang warganya terpaksa dibawa pulang ke rumah karena tidak mendapat ruang isolasi, Rabu (16/6/2021). Ia berharap sistem rujukan pasien dipermudah agar pasien segera mendapat perawatan di rumah sakit.
”Mestinya disediakan call center khusus untuk rujukan pasien Covid-19. Jadi, ketika ada kasus, warga atau aparat desa bisa langsung mengantarnya. Tidak harus pusing mendatangi rumah sakit untuk memastikan ketersediaan ruang isolasi,” ujarnya.
Kasus Covid-19 di Jabar terus meningkat setelah libur Lebaran. Hingga Minggu pukul 19.00, jumlahnya mencapai 342.559 kasus. Sejumlah 27.782 orang masih dirawat atau diisolasi, 310.230 orang sembuh, dan 4.547 orang meninggal.