Pelukis Banyumas Serukan Protokol Kesehatan Cegah Covid-19 lewat Karya
Para pelukis di Banyumas membuat poster dan lukisan berisi edukasi bagi masyarakat untuk disiplin protokol kesehatan. Seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19 di Banyumas, kunjungan ke tempat wisata dibatasi 30 persen.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Sebanyak 20 orang yang tergabung dalam Ikatan Pelukis Banyumas membuat 35 lukisan dan poster bertema pencegahan Covid-19 di Taman Balai Kemambang, Purwokerto, Jawa Tengah, Minggu (20/6/2021). Tujuannya, mengingatkan masyarakat bahwa pandemi masih mengancam nyawa semua pihak.
Lukisan dan poster itu dibuat menggunakan akrilik pada kanvas hingga potongan spanduk bekas. Lukisan berisi gambar dan tulisan, baik lewat bahasa Indonesia maupun bahasa ngapak atau panginyongan. Isinya sebagian besar mengajak warga menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan.
”Ini bentuk kepedulian pelukis Banyumas mengedukasi masyarakat bahwa Covid-19 ini ada sehingga kita harus tetap waspada,” kata Ketua Ikatan Pelukis Banyumas Zen Ahmad, Minggu.
Akan tetapi, kampanye swadaya ini tidak begitu saja membuat warga di sekitarnya tergerak menjalankan imbauan mencegah penularan Covid-19. Dalam pengamatan Kompas, masih ada warga datang ke Taman Balai Kemambang tanpa masker. Sejumlah pengunjung antusias melihat poster dan lukisan tapi tidak menerapkan prokes yang tepat.
Sikap itu jelas sangat disayangkan. Hingga Sabtu (19/6/2021), tercatat ada 12.018 orang terkonfirmasi positif Covid-19 Di Banyumas. Sebanyak 11.108 orang dinyatakan sembuh, 457 orang meninggal, dan 453 orang lainnya menjalani masih isolasi mandiri atau dirawat di rumah sakit.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Banyumas Asis Kusumandani mengapresiasi upaya para pelukis mengedukasi masyarakat lewat karya. ”Semoga bisa mengajak masyarakat taat protokol kesehatan,” kata Asis.
Terkait pengetatan di sejumlah lokasi wisata di Banyumas, Asis mengatakan, akan dilakukan tes rapid antigen secara acak. Sejauh ini, wacana penutupan hanya berlaku untuk wisata di dalam ruangan tertutup.
”Wisata luar ruangan dibuka dengan pembatasan 30 persen dari total pengunjung. Bila ikut ditutup, dampaknya berat bagi pedagang. Di Baturraden saja ada sekitar 500 pedagang. Jika tutup total, mereka tidak bisa berdagang,” ujarnya.