Lonjakan Kasus di Kendari Tak Terkendali, Pemerintah Diharapkan Segera Terapkan Pembatasan
Lonjakan kasus Covid-19 di Kendari terus terjadi. Jika tidak ada penanganan segera, kasus dikhawatirkan terus melonjak.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sebaran kasus Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, terus meluas dan mulai tidak terkendali. Dalam tiga pekan, tercatat 100 kasus baru. Pembatasan wilayah skala mikro diusulkan untuk meredam penyebaran kasus.
”Dalam tiga pekan terakhir memang terjadi lonjakan kasus baru Covid-19, yang mencapai 100 kasus. Secara kluster, kita tidak tahu lagi karena sudah sulit dideteksi. Padahal, sebelumnya kasus di Kendari hanya bertambah sedikit setiap hari,” kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kendari dr Algazali, Minggu (20/6/2021).
Lonjakan kasus yang terjadi, terang Algazali, salah satunya disebabkan masyarakat tidak patuh lagi terhadap protokol kesehatan. Di tempat-tempat umum, baik itu pasar maupun tempat ibadah, warga yang memakai masker bisa dihitung dengan jari. Menjaga jarak atau mencuci tangan tidak lagi menjadi rutinitas.
Sejauh ini, ia melanjutkan, belum ditemukan adanya varian baru Covid-19 di ibu kota provinsi ini, baik itu varian Delta maupun Beta. Meski begitu, penyebaran tetap meluas yang terjadi di sejumlah kecamatan yang sebelumnya telah masuk dalam zona aman.
Oleh sebab itu, tambah Algazali, pemerintah akan terus meningkatkan sosialisasi ke masyarakat agar kepatuhan terhadap protokol kesehatan kembali meningkat. Operasi yustisi juga digalakkan di tempat-tempat yang ramai masyarakat.
”Untuk pembatasan, sejauh ini belum dilakukan secara penuh karena terkait aktivitas ekonomi masyarakat. Ke depannya, sosialisasi terus dimasifkan, termasuk hingga fasilitas kesehatan tingkat bawah,” ujarnya.
Hingga Sabtu (19/6), jumlah kasus positif Covid-19 di Kendari yang dalam perawatan mencapai 100 kasus. Jumlah ini meningkat sembilan kali lipat dibandingkan pada akhir Mei yang hanya mencatatkan sembilan kasus positif. Para pasien dirawat di sejumlah fasilitas kesehatan yang tersebar di Kendari.
Lonjakan kasus yang terjadi saat ini diakibatkan pemerintah dan masyarakat yang terlena dengan kondisi sebelumnya.
Sementara itu, total kasus positif Covid-19 mencapai 4.784 kasus. Sebanyak 59 orang meninggal dan 4.625 orang telah dinyatakan sembuh. Sejumlah daerah di Kendari kembali masuk dalam kategori zona merah (risiko tinggi penularan), khususnya di Kecamatan Kadia dan Puuwatu.
La Ode M Sety, epidemiolog Universitas Halu Oleo, menilai, lonjakan kasus yang terjadi saat ini diakibatkan pemerintah dan masyarakat yang terlena dengan kondisi sebelumnya. Setelah hampir tidak ada kasus, kepatuhan masyarakat dan kinerja pemerintah berkurang dalam penegakan protokol kesehatan.
Akibatnya, seiring meningkatnya aktivitas masyarakat di ruang publik, jumlah kasus kembali melonjak drastis. Pelaku perjalanan, baik antarwilayah maupun lintas provinsi, terus terjadi tanpa adanya penapisan ketat di pintu masuk daerah.
Sety mengatakan, belum diketahui secara pasti apakah betul varian baru Covid-19 belum ada di Kendari atau daerah sekitarnya. ”Varian Delta itu memiliki tingkat penyebaran yang 50 persen lebih cepat dari varian lokal,” katanya.
Oleh sebab itu, Sety menyarankan agar pemerintah segera melakukan pembatasan wilayah skala mikro. Daerah-daerah yang menjadi sentra penyebaran virus segera ditutup untuk sementara waktu guna mencegah perluasan penyebaran virus.
Tidak hanya itu, pintu-pintu masuk dari dan ke luar Kendari kembali harus dijaga ketat. Penegakan protokol dan penapisan melalui tes penting dilakukan sebagai upaya penyaringan tahap pertama. Dengan begitu, kondisi kesehatan pelintas bisa diketahui untuk segera diambil tindakan jika ditemukan adanya gejala.
”Mencegah sejak awal, seiring dengan upaya mempercepat vaksinasi, menjadi hal yang penting dilakukan saat ini. Kita tentu tidak ingin ada lonjakan kasus seperti daerah lain di Indonesia,” kata Sety.
Kepala Dinas Kesehatan Kendari drg Rahminingrum menambahkan, pihaknya tetap berusaha mengantisipasi lonjakan kasus. Upaya penelusuran kasus dilakukan dengan cepat agar pasien bisa segera tertangani.
Tidak hanya itu, vaksinasi yang sementara dilakukan juga terus diupayakan bisa semakin meningkat. Hingga saat ini, vaksinasi tenaga kesehatan, pelayan publik, juga warga lansia, telah mencapai 62,89 persen dari total 60.595 sasaran.
”Kami berupaya agar penelusuran, vaksinasi, dan penerapan protokol bisa dilakukan dengan tepat dan maksimal di lapangan. Meski sejauh ini belum ada varian baru Covid-19 yang terdata, kami tetap berupaya agar tidak terjadi lonjakan kasus yang membuat pemerintah kewalahan,” ujarnya.