Bauran Energi Baru Terbarukan di NTB Ditargetkan 23 Persen pada 2025
PLN NTB mengoperasikan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) Lembang Sempage, Narmada, Lombok Barat. Upaya itu untuk mendukung percepatan capaian target bauran energi baru terbarukan di wilayah tersebut.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Upaya meningkatkan bauran energi baru terbarukan di Nusa Tenggara Barat (NTB) terus dilakukan. Salah satunya melalui pengoperasian pembangkit listrik tenaga mikro hidro seperti yang dilakukan PLN dengan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Lembah Sempage, di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.
General Manager PT PLN Unit Induk Wilayah NTB, Lasiran, melalui siaran resminya di Mataram, Minggu (20/6/2021) mengatakan, pihaknya terus berkomitmen mendukung pencapaian target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.
Menurut Lasiran, pengoperasian PLTMH Lembah Sempage merupakan upaya mendukung pencapaian target tersebut. Hal ini sekaligus wujud pilar transformasi PLN, yakni Green atau komitmen untuk terus menghadirkan energi bersih, khususnya di NTB.
PLTMH Lembah Sempage berada sekitar 27,3 kilometer arah Timur Laut Kota Mataram, ibu Kota NTB. PLTMH ini memiliki kapasitas 900 kilowatt (kW) dari total potensi 1.300 kW yang akan dikembangkan.
Menurut Lasiran, PLTMH Lembah Sempage memanfaatkan arus Sungai Kumbi, Narmada. Sungai ini mempunyai potensi debit air yang cukup melimpah dengan kondisi topografi yang berpotensii untuk pembangunan PLTMH di Pulau Lombok.
Kehadiran PLTMH Lembah Sempage menambah jumlah PLTMH yang beroperasi di Narmada menjadi empat PLTMH. Sebelumnya, sudah ada tiga PLTMH, yakni PLTMH Sesaot, PLTMH Narmada, dan PLTMH Batu Bedil.
”Total kapasitas yang dibangkitkan dari empat PLTMH ini adalah 2,95 megawatt atau setara dengan 3.277 pelanggan daya 900 volt ampere”, kata Lasiran.
Ditingkatkan
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi NTB M Husni mengapresiasi kontribusi PLN dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di NTB. Ia berharap, akan ada pembangkit listrik energi terbarukan dengan kapasitas yang lebih besar di NTB. Pemerintah Provinsi NTB akan terus memberi dukungan.
Selain PLMH, NTB juga telah memiliki sedikitnya tujuh pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) komersial. Menurut data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, PLTS itu tersebar di Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno (Lombok Utara), Sengkol (Lombok Tengah), Selong, Pringgabaya, dan Sambelia (Lombok Timur).
Ada juga PLTS Tersebar atau PLTS yang dibangun di rumah warga. PLTS ini tidak membutuhkan jaringan transmisi dan distribusi. Menurut Dinas ESDM NTB, hingga Desember 2020 jumlahnya mencapai 12.598 unit dengan kapasitas terpasang 736,25 kilowatt-peak (kWp).
Di NTB, juga telah ada PLTS komunal atau PLTS yang dipasang terpusat. Jumlahnya sebanyak 742 unit dengan kapasitas terpasang 59 kWp.
Hingga saat ini, untuk NTB, bauran EBT yang telah dimanfaatkan oleh PLN telah mencapai 5,72 persen yang bersumber dari tenaga surya dan air. Selain itu, menurut Lasiran, PLN NTB juga telah memiliki program green booster, yaitu Co Firing atau pemanfaatan biomassa seperti sampah, sekam, dan serbuk kayu sebagai pengganti batubara di PLTU Jeranjang.
Salah satu lokasi penelitian dan pengembangan biomassa adalah di Tempat Pembuangan Akhir Kebon Kongok, Lombok Barat. Kegiatan itu merupakan kerja sama antara Indonesia Power, Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Wilayah NTB, dan Pemerintah Provinsi NTB.
Anggota tim ahli Indonesia Power, Arief Nurhidayat, beberapa waktu lalu, mengatakan, penelitian dan pengembangan menjadi pelet di NTB sudah dimulai sejak 2019. Mereka telah melakukan uji bakar, uji operasional, dan uji performa di PLTU Jeranjang. Pelet bisa digunakan untuk bahan bakar rumah tangga, bahkan untuk pengganti batubara.