Rekor Penambahan Kasus di DIY Pecah Lagi, Tenaga Kesehatan Kewalahan
Daerah Istimewa Yogyakarta kembali memecahkan rekor penambahan harian kasus terkonfirmasi positif Covid-19, Sabtu (19/6/2021). Jumlahnya 638 kasus dalam sehari. Kondisi ini membuat tenaga kesehatan kewalahan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Daerah Istimewa Yogyakarta kembali memecahkan rekor penambahan harian kasus terkonfirmasi positif Covid-19, Sabtu (19/6/2021). Penambahan kasus konsisten dengan angka yang tinggi beberapa hari terakhir. Kondisi ini membuat tenaga kesehatan kewalahan dan kelelahan.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (DIY) Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu sore, jumlah penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 638 kasus dalam sehari. Angka tersebut menjadi yang tertinggi selama pandemi ini. Catatan itu memprihatinkan mengingat pada Kamis (17/6/2021), rekor penambahan kasus baru dipecahkan dengan jumlah penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 595 kasus dalam satu hari.
Sebanyak tiga kabupaten mencatatkan angka penambahan kasus lebih dari 100 kasus, Sabtu ini. Penambahan tertinggi terdapat di Kabupaten Sleman dengan jumlah 208 kasus. Setelahnya disusul oleh Kabupaten Bantul dengan 198 kasus dan Kabupaten Gunungkidul 110 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie menyampaikan, penambahan kasus yang terus tinggi membuat tenaga kesehatan kewalahan. Bahkan, saat ini sejumlah tenaga kesehatan juga menjadi pasien yang terpapar Covid-19. Fasilitas layanan kesehatan bisa kolaps jika kondisi ini terus dibiarkan.
”Kita kewalahan. Kita semua lelah. Kita semua capek. Tenaga kesehatan kami pertahanannya turun. Sekarang beberapa puskesmas dan fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) swasta tenaga kesehatannya mulai terpapar,” kata Pembajun, saat dihubungi, Sabtu malam.
Tingginya penambahan kasus juga berakibat pada tingginya okupansi tempat tidur perawatan Covid-19 di rumah sakit. Pada Jumat (18/6/2021), tempat tidur ruang rawat intensif terisi 63,31 persen, sedangkan tempat tidur isolasi terisi 75,51 persen.
Pembajun menyatakan, pihaknya telah meminta semua rumah sakit menambah jumlah tempat tidur untuk perawatan Covid-19 sebesar 30 persen dari yang sudah disediakan. Namun, menurut dia, menambah kapasitas ruang rawat saja tidak cukup. Hal terpenting justru menyadarkan masyarakat pentingnya protokol kesehatan dan membatasi mobilitas.
”Sebenarnya, kuncinya mari sekali lagi kita menahan diri. Protokol kesehatan ketat diterapkan secara sadar oleh masing-masing. Karena, dengan penindakan dan pengawasan sebanyak apa pun, kalau tidak menahan (mobilitas) diri, kondisinya akan tetap seperti ini,” kata Pembajun.
Sebenarnya, kuncinya mari sekali lagi kita menahan diri. Protokol kesehatan ketat diterapkan secara sadar oleh masing-masing. (Pembajun Setyaningastutie)
Sebelumnya, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X mengemukakan wacana lockdown atau karantina wilayah untuk merespons tingginya angka penambahan kasus positif selama beberapa hari terakhir. Kemunculan wacana itu didasari oleh dugaan tidak efektifnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro.
Dalam kebijakan itu, sebenarnya pengawasan protokol kesehatan sudah diperketat hingga tingkat RT dan RW. Namun, dalam praktiknya, angka penambahan kasus Covid-19 terus tinggi. Bahkan, jumlahnya melampaui 500 kasus per hari selama tiga hari terakhir. Wacana karantina wilayah akan dibahas secara detail pada Senin (21/6/2021).
”Kami sudah mengontrol di tingkat RT dan RW. Kalau gagal, terus arep apa meneh? Kami belum bisa cari jalan keluar. Salah satu caranya, ya, lockdown totally,” kata Sultan.
Sementara itu, Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji meminta agar vaksinasi terus digencarkan, khususnya terhadap warga lanjut usia (lansia) yang punya risiko fatal jika tertular Covid-19. Vaksinasi disebut mampu mengurangi tingkat keparahan seseorang saat terpapar Covid-19.
Hal tersebut menjadi penting mengingat angka kematian pasien Covid-19 terhitung tinggi beberapa hari terakhir, yaitu sekitar 10 orang per hari. Pasien yang meninggal akibat Covid-19 sebagian besar warga lansia dan punya penyakit penyerta.
”Risiko terhadap kesakitan dan meninggal ada di warga lansia. Maka, kami minta setiap ada vaksinasi massal paling tidak sebanyak 30-50 persen sasarannya adalah warga lansia dulu,” kata Kadarmanta.