Kericuhan di pos penyekatan lalu lintas dan kewajiban tes antigen di Jembatan Suramadu mengindikasikan perlunya peningkatan kepatuhan masyarakat untuk turut dalam penanganan pandemi Covid-19 yang belum mereda.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memperkuat pengamanan pos pemeriksaan Jembatan Suramadu sisi Surabaya, Jawa Timur, yang memberlakukan penyekatan lalu lintas dan kewajiban tes antigen pengendara dari Pulau Madura. Penguatan untuk mencegah berulangnya kericuhan yang sempat terjadi pada Jumat (18/6/2021) sekitar pukul 05.00 WIB.
Menurut Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Brigadir Jenderal (Pol) Slamet Hadi Supratoyo, kericuhan dipicu kalangan masyarakat yang tidak sabar diperiksa dan menunggu hasil tes antigen. Kalangan masyarakat terburu-buru ingin menuju lokasi kerja di Surabaya. Beberapa orang terprovokasi sehingga saling dorong dengan petugas, bahkan mengamuk dengan mengacak-acak meja dan kursi.
”Kerusakan sangat minim dan segera bisa diatasi oleh teman-teman petugas,” kata Supratoyo. Beberapa orang yang memicu keributan telah ditangkap, diperiksa, dan disadarkan bahwa perbuatan tidak terpuji. Yang hasilnya positif diberikan dua pilihan, yakni kembali ke Bangkalan untuk mengikuti tes usap PCR dan menunggu hasilnya.
Akhirnya terjadi saling dorong sampai ada yang melempar meja dan kursi tetapi bisa segera diatasi. (Ganis Setyaningrum)
Jika positif terjangkit dapat ditangani di Bangkalan atau di Surabaya. Pilihan kedua, tes usap PCR dan karantina menunggu hasilnya di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. Jika terjangkit akan dirujuk ke RS Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 atau fasilitas lainnya yang telah ditunjuk oleh Satgas Jatim.
Kepala Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Perak Ajun Komisaris Besar Ganis Setyaningrum menambahkan informasi tentang kericuhan tadi pagi. Menurut laporan petugas terpadu, selepas pukul 03.00 WIB ada peningkatan volume kendaraan menuju Surabaya yang mengakibatkan antrean panjang untuk tes antigen.
Kemacetan itu memicu pengendara membunyikan klakson yang ”memancing” warga di tenda pemeriksaan mendesak petugas mempercepat proses tes antigen.
”Akhirnya terjadi saling dorong sampai ada yang melempar meja dan kursi tetapi bisa segera diatasi,” kata Ganis. Peristiwa itu dimanfaatkan oleh sebagian pengendara sepeda motor untuk lolos dari kewajiban tes antigen.
Padahal, beberapa waktu kemudian, semua pengendara sepeda motor dari Surabaya yang menuju Pulau Madura akan dihentikan dan diminta tes antigen.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, kurun pukul 06.00-13.00 WIB tadi, sebanyak 870 pengendara mendapat tes antigen, 30 orang di antaranya dinyatakan positif sehingga harus dites lagi dengan metode PCR.
Irvan melanjutkan, dari 30 orang yang positif itu, 16 orang menjalani karantina di BPWS Bangkalan, 9 orang menjalani karantina di Asrama Haji Sukolilo, dan 5 orang menunggu di tenda layanan PCR. Selama penyekatan digelar di Suramadu sejak Sabtu (5/6/2021), 300-400 personel dari berbagai instansi dan lembaga terlibat.
Secara terpisah, Bupati Bangkalan Abdul Latif Amin Imron mengatakan telah menempuh kebijakan yang dilaksanakan oleh Surabaya, yakni penyekatan lalu lintas dan kewajiban tes antigen bagi semua pengendara ke Pulau Madura. ”Ini bukan diskriminasi terhadap warga Madura karena kebijakan itu juga berlaku bagi siapa saja yang hendak ke Madura,” katanya.
Menurut Abdul Latif, sosialisasi protokol kesehatan juga digencarkan, terutama dengan menggandeng alim ulama, patron utama bagi warga Madura. Warga juga didorong untuk mengubah pendirian agar proaktif dengan mendukung pengetesan, pelacakan, dan penanganan (testing, tracing, treatment atau 3T). Dengan program 3T, di satu sisi lonjakan kasus di Bangkalan berpeluang masih akan terjadi, tetapi dapat membantu penanganan menjadi lebih baik.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, dengan meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Bangkalan, Pemprov Jatim, berbagai langkah penanganan harus terus dilakukan, termasuk terus meminimalisasi dan mencegah peningkatan kasus Covid-19 di Bangkalan dan sekitarnya.
Emil menjelaskan, Pemprov Jatim melakukan langkah persuasif lewat upaya ajakan kepada masyarakat untuk meningkatkan peran aktif melakukan penanganan Covid-19 di Bangkalan, Madura.
”Dengan ada inisiatif dari pesantren, guru agama, dan program rumah sehat dapat membantu mengatasi keterbatasan ketersediaan isolasi di Bangkalan. Jika ditumpuk pada 6 rumah sakit penyangga di Surabaya akan berisiko karena Surabaya merupakan rujukan di Jawa Timur,” kata Emil.
Untuk mengantisipasi penularan Covid-19 semakin meluas, Pemprov Jatim tengah mengkaji ulang adanya sistem penyekatan yang saat ini tengah diberlakukan. Maka untuk memudahkan penanganan Covid-19 di Jawa Timur, Emil menambahkan, Pemprov Jatim juga secara intensif terus melakukan pemetaan dan pendataan tersedianya bed occupancy rate (BOR). Itu dilakukan untuk mengantisipasi agar jumlah pasien tidak melebihi kapasitas rumah sakit.
Dalam kondisi seperti sekarang perlu dipastikan program rumah sakit bisa dibagi dengan fasilitasi isolasi agar mendapatkan penanganan secara intensif. Terkait upaya keterbatasan faskes di Bangkalan, Pemprov Jatim memastikan rumah sakit penyangga menerima bukan hanya kasus dari Bangkalan.
Untuk itu Emil berpesan, meski saat ini pandemi Covid-19 berdampak pada ekonomi, diharapkan masyarakat Jawa Timur dapat bahu-membahu mendorong upaya pencegahan penyebaran Covid-19 karena dampaknya berkaitan. ”Bukan tidak berkegiatan sama sekali, tetapi untuk kelancaran logistik. Paling penting kasus tidak meningkat sehingga tidak berimbas pada jumlah kematian,” ujarnya.