Warga masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman Pegunungan Meratus, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, tetap mematuhi protokol kesehatan. Mereka waspada dan berjaga-jaga agar tak sampai terpapar Covid-19.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
Tinggal di pedalaman Pegunungan Meratus dan belum ditemukan kasus Covid-19, masyarakat di Desa Cantung Kiri Hulu, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, tetap mematuhi protokol kesehatan. Mereka tak lupa mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Kewaspadaan dijaga agar tak sampai terpapar.
Ketika waktu hampir menunjukkan pukul 09.00 Wita, satu per satu warga memasuki Gereja Katolik Stasi Santa Anastasia di Dusun Napu, Desa Cantung Kiri Hulu, Minggu (13/6/2021). Meskipun tidak ada pemeriksaan suhu tubuh, hampir semua yang datang mengenakan masker.
Mereka duduk berjarak satu sama lain di dalam gereja yang sangat sederhana. Bangunan gereja itu tidak seperti gereja pada umumnya. Bentuknya lebih menyerupai balai adat masyarakat Dayak Meratus. Dinding dan lantainya dari papan. Tak ada bangku untuk umat di dalamnya. Selain imam yang memimpin misa, semua duduk lesehan di atas karpet biru.
”Bagi yang belum memakai masker, tolong pakai masker dulu sebelum kita mulai misa. Ini tolong dibagikan,” kata Romo Ignatius Allparis Freeanggono seraya memberikan sebuah tas kain selempang berisi masker.
Seorang anak muda yang duduk paling depan menyambut tas itu lalu membagikan masker kepada beberapa umat yang belum mengenakan masker dan duduk di barisan belakang. Warga tidak ada yang menolak saat diminta untuk mengenakan masker. Setelah semua yang hadir mengenakan masker, baru misa dimulai.
Dalam misa yang berlangsung sekitar 1 jam itu, umat juga tetap menjaga protokol kesehatan. Mereka tidak bersalaman atau berjabat tangan saat doa salam damai. Sebagai gantinya, umat saling memandang dan menganggukkan kepala. Sebelum menerima komuni suci, umat juga membersihkan tangannya dengan cairan pembersih tangan (hand sanitizer).
Stefanus Syarpaei (51), warga Dusun Napu, menuturkan, masyarakat meyakini bahwa Covid-19 masih jauh dari kampung mereka. Penyakit itu hanya menjangkiti orang-orang yang tinggal di kota dan sering bepergian. ”Kami sebetulnya baik-baik saja, namun kami tetap menjaga protokol kesehatan kalau sedang berkumpul,” katanya.
Kami sebetulnya baik-baik saja, namun kami tetap menjaga protokol kesehatan kalau sedang berkumpul. (Stefanus Syarpaei)
Ketika berkumpul di gereja tiap minggu, warga wajib mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Pada dinding depan gereja, persis di samping pintu juga ada spanduk imbauan untuk menerapkan protokol kesehatan dari pemerintah desa. ”Yang paling utama dilakukan untuk menjaga kesehatan adalah memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan,” ujarnya.
Tidak hanya di gereja, warga tetap mengenakan saat pergi ke pasar di pusat kecamatan. Untuk sementara, warga juga memilih tidak pergi ke kota jika tidak ada keperluan penting dan mendesak.
”Kami mengetahui bahaya penyakit Covid-19 dari televisi. Ya, agak khawatir juga kalau melihat dan mendengar beritanya. Mudah-mudahan saja penyakit itu tidak sampai ke tempat kami,” tutur warga Dayak Meratus itu.
Dusun Napu berjarak lebih kurang 25 kilometer (km) dari pusat Kecamatan Hampang. Butuh waktu sekitar 1 jam untuk mencapai Napu dari pusat kecamatan karena jalannya belum beraspal dan agak rusak. Sementara akses jalan beraspal menuju Hampang dari Jalan Trans-Kalimantan juga rusak dan berlubang-lubang. Dengan melewati wilayah Kabupaten Kotabaru, dari Banjarmasin ke Hampang yang jaraknya sekitar 350 (km) bisa ditempuh selama 9-10 jam.
Terpencil
Di Napu, jaringan telekomunikasi hanya ada di tempat-tempat tertentu. Warga di sana hanya mendapat sedikit pantulan sinyal dari menara telekomunikasi yang ada di pusat kecamatan. Meskipun demikian, informasi tentang pandemi Covid-19 telah sampai dan menjangkau daerah mereka sejak tahun lalu.
”Kalau melihat dan mendengar berita tentang Covid-19, kami juga merasa khawatir. Maka dari itu, kami pun waspada dan berjaga-jaga. Kami tetap harus mematuhi protokol kesehatan sekalipun kami tinggal di daerah terpencil,” kata Sri Widiarti (19), warga Dusun Napu.
Sri dan anak muda lainnya di Napu selalu mengenakan masker saat mengikuti misa di gereja setiap Minggu dan saat bepergian ke luar kampung. Dengan kebiasaan itu, mereka juga ingin memberikan contoh kepada warga lainnya.
”Kami tidak ingin ada warga di daerah terpencil yang akhirnya terkena Covid-19,” ujar perempuan lajang lulusan SMA Negeri 1 Hampang itu.
Romo Ignatius Allparis Freeanggono mengatakan, kepatuhan masyarakat di daerah pedalaman terhadap protokol kesehatan pencegahan Covid-19 tak lepas dari peran tokoh-tokoh umat dan orang muda. Pelan-pelan, mereka bisa mengingatkan dan menyadarkan orang-orang di sekitarnya untuk mematuhi protokol kesehatan.
”Dulu, mereka juga beranggapan bahwa di daerah pedalaman tidak ada Covid-19 dan tidak perlu memakai masker. Namun, saya selalu meminta mereka untuk memakai masker kalau mau ikut Misa. Saya siapkan stok masker untuk dibagi-bagikan sebelum misa,” kata Allparis, Kepala Paroki Santo Yusup, Kotabaru.
Tetap penting
Menurut Allparis, selama pandemi Covid-19 belum berakhir, protokol kesehatan tetap penting dijalankan di mana pun, kapan pun, dan dalam kondisi apa pun. ”Sekalipun di tempat yang jauh di pedalaman dan terpencil seperti di Napu ini, protokol kesehatan tetap harus dijalankan. Semua harus menjaga jangan sampai gereja menjadi kluster penularan Covid-19,” tuturnya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga terus mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan dengan memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM berskala mikro, terhitung dari 3 Juni sampai dengan 17 Juni 2021. Perpanjangan dilakukan di saat kasus aktif Covid-19 di Kalsel mulai menurun dan stagnan.
Berdasarkan laporan data perkembangan kasus Covid-19 harian yang dirilis Satuan Tugas Covid-19 Provinsi Kalsel pada Senin (14/6/2021), kasus aktif di Kalsel sudah di bawah 2 persen, yaitu sebanyak 614 kasus atau 1,74 persen dari total kasus positif Covid-19 sebanyak 35.298 kasus. Jumlah kasus aktif itu turun jika dibandingkan dengan kasus aktif dua minggu sebelumnya, sebanyak 857 kasus.
Penjabat Gubernur Kalsel Safrizal ZA dalam berbagai kesempatan selalu mengingatkan agar tren penurunan kasus Covid-19 di Kalsel harus dijaga. ”Masyarakat tidak boleh lengah kendati ada penurunan kasus. Protokol kesehatan tetap harus dijalankan pada semua aktivitas masyarakat agar kasus positif bisa terus menurun,” katanya.
Dengan PPKM mikro, pencegahan dan pengendalian Covid-19 dilakukan mulai dari lingkungan terkecil dalam masyarakat, yakni dalam skala RT/RW. Kebijakan itu tidak hanya berlaku di daerah perkotaan, tetapi juga sampai ke daerah pedalaman. Kepatuhan masyarakat di daerah pedalaman Pegunungan Meratus terhadap protokol kesehatan bisa jadi pelajaran dan layak ditiru.