Sepekan Terakhir, Peningkatan Kasus di Sumut di Atas 100 Per Hari
Data Dinas Kesehatan Sumut, Kamis (17/3/2021), menunjukkan penambahan kasus mencapai 162. Angka itu termasuk tinggi, sebelumnya penambahan kasus di Sumut di bawah 100 kasus per hari.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Sumatera Utara bertahan tinggi rata-rata di atas 100 kasus per hari sepekan terakhir. Sementara jumlah kematian mendekati 10 kematian per hari. Pemerintah daerah diminta rajin melakukan penelusuran kontak dan pengetesan yang kini cenderung kendur.
Data Dinas Kesehatan Sumut menunjukkan, pada Kamis (17/3/2021), penambahan kasus mencapai 162. Angka itu tinggi karena sebelum Lebaran penambahan kasus di Sumut puluhan saja.
Sepekan terakhir sejak Kamis (10/3/2021) hingga Rabu (16/3/2021), tercatat berturut-turut penambahan kasusnya adalah 211, 115, 99, 73, 192, 116, dan 136 kasus. Jumlah kematian berkisar 6 hingga 9 orang per hari. Total kasus Covid-19 mencapai 33.924 kasus dengan jumlah kematian 1.131 atau 3,3 persen.
Kota Medan masih menjadi pusat penambahan kasus disusul Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Batubara, dan Kabupaten Karo.
Awal pekan, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengeluarkan instruksi untuk memperpanjang pembatasan kegiatan masyarakat dan mengaktifkan Satgas Covid-19 di tingkat desa. Meskipun demikian, pantauan Kompas di Medan, tidak banyak penurunan aktivitas warga dibandingkan sebelumnya. Jalanan dan tempat umum lainnya tetap padat.
Perpanjangan pembatasan kegiatan masyarakat itu dilakukan karena indikator penyebaran dan dampak Covid-19 masih tinggi. Angka kematian (case fatality rate) akibat Covid-19 di Sumut mencapai 3,3 persen, masih di atas angka rata-rata nasional, yaitu 2,7 persen, positivity rate masih di atas 6,1 persen, di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 5 persen. Sementara angka ketersediaan tempat tidur isolasi 43,6 persen dan ruang ICU 40,88 persen.
Guru Besar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Sorimuda Sarumpaet mengatakan, angka kematian di Sumut yang mencapai 3,3 persen, lebih tinggi dari angka nasional, yakni 2,7 persen, sementara positivity rate 6,1 persen, mendekati 5 persen standar WHO menunjukkan bahwa mereka yang dirawat di rumah sakit sudah dalam kondisi parah atau menderita penyakit bawaan.
”Positivity rate-nya bagus, tapi mengapa banyak yang meninggal?” kata Sori. Hal itu menunjukkan banyak kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat, selain mereka yang bergejala, lansia, atau komorbid. Itu bisa terjadi karena angka pengetesan sangat sedikit. Banyak kasus positif tidak terdeteksi. Pasien terdeksi dan datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah bergejala berat.
Positivity rate-nya bagus, tapi mengapa banyak yang meninggal. (Sorimuda Sarumpaet)
Berdasarkan pengamatannya, banyak warga masih ketakutan dengan stigma Covid-19 dan merasa baik-baik saja ketika tidak bergejala. Bahkan warga yang sudah batuk dan tidak enak badan pun enggan melakukan pengetesan sehingga datang ke rumah sakit dalam keadaan berat.
Oleh karena itu, penelurusan (tracing) dan pengetesan (testing) kasus perlu diintensifkan di Sumut. Pengetesan wajib dilakukan di pintu-pintu masuk Sumatera Utara.
Pantauan Kompas, pelacakan kasus dan pengetesan kasus kini sangat minim. Pasien yang positif tidak lagi ditanya dan ditelusuri berkontak dengan siapa saja sehingga butuh inisiatif warga untuk melakukan pengetesan sendiri.
Di awal pandemi Covid-19, sering ada pengumuman pemeriksaan gratis di beberapa fasilitas kesehatan. Namun, kini fasilitas itu tidak ada lagi.
Menurut Sori, sangat mudah varian baru Covid-19 masuk ke suatu daerah karena mobilitas masyarakat yang tinggi, apalagi tidak ada penutupan daerah (lockdown). Jadi sangat mungkin varian baru Covid-19 seperti dari India yang sangat mudah menular ada di Sumut.
Herni (42), warga Sunggal, Deli Serdang, mengatakan, dirinya kini memilih tidak banyak keluar rumah dan ngobrol dengan tetangga selepas kerja setelah ditemukan kasus Covid-19 tak jauh dari rumahnya. ”Tapi serba repot juga karena justru dibilang sombong sama tetangga,” katanya.