Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meminta Pemerintah Kota Palembang jeli menangkap peluang dan potensi ekonomi yang ada di daerahnya. Termasuk perihal pengembangan Sungai Musi di sisi ekonomi dan pariwisata.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS - Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meminta pemerintah kota Palembang jeli menangkap peluang dan potensi ekonomi yang ada di daerahnya. Termasuk perihal pengembangan Sungai Musi baik dari sisi pariwisata, fungsinya sebagai jalur transportasi air, hingga pengembangan sumber daya manusia. Dengan pengelolaan yang benar, Sungai Musi akan memberikan berkah baik dalam hal memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan asli daerah
Hal ini disampaikan Tito saat memberikan sambutan secara virtual dalam rangka hari ulang tahun Kota Palembang ke 1.338 tahun, Kamis (17/6/2021). Dia menuturkan, sebagai kota tertua di Indonesia, Palembang memiliki banyak potensi, salah satunya adalah Sungai Musi yang menjadi sarana transportasi dan jalur perdagangan dunia bahkan sejak zaman Kedatuan Sriwijaya.
Dia mencotohkan, Sungai Chao Phraya yang menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Bangkok, Thailand. Di sana pemerintahnya mampu mengolaborasikan potensi wisata dengan transportasi sehingga bisa menarik minat banyak wisatawan untuk melihat geliat ekonomi di ”Negeri Gajah Putih”. ”Semua kegiatan berpusat di sungai itu sehingga memberikan daya tarik bagi wisatawan,” ucapnya.
Sebenarnya, Sungai Musi tidak kalah berpotensi dengan Sungai Chao Phraya, sungai sepanjang sekitar 750 kilometer ini sudah menjadi pusat perdagangan dunia, bahkan sejak zaman Kedatuan Sriwijaya. Ini bisa menjadi daya tarik sejarah bagi wisatawan. Belum lagi, dengan kekayaan kulinernya dengan beragam panganan yang menggugah selera seperti pempek.
Bahkan kini Palembang sudah memiliki (light Rail Transit/LRT) yang menambah nilai modern di kota ini. ”Tinggal bagaimana inisiatif pemerintah daerah untuk menambah jaringannya,” ucapnya. Belum lagi, adanya Kompleks Olahraga Jakabaring yang menjadi salah satu kompleks olahraga terbesar di Indonesia.
Semua kegiatan berpusat di sungai itu sehingga memberikan daya tarik bagi wisatawan. (Tito Karnavian)
Pengembangan sungai, menurut Tito, sangat penting mengingat penduduk Palembang tergolong cukup padat dimana dengan luas area sekitar 40.061 hektar sudah ditempati oleh lebih dari 1,8 juta penduduk. “Dengan pengembangan yang baik pariwisata sungai bisa membuka lapangan kerja,” ujarnya.
Potensi inilah yang harus dikembangkan oleh Pemerintah Kota Palembang agar Sungai Musi dapat menjadi incaran para wisatawan. Hal ini memang butuh kolaborasi di antara semua pemangku kepentingan. ”Pemerintah Palembang harus jeli melihat peluang,” ucapnya.
Apalagi, saat ini Palembang juga disokong dengan beragam keunggulan sumber daya manusia lantaran sarana pendidikan yang cukup mempuni mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga universitas. ”Banyak orang Palembang yang mampu menduduki posisi penting di pemerintahan ataupun di lembaga atau institusi nonpemerintahan,” ujarnya.
Tinggal bagaimana mengubah pola pikir masyarakat Palembang agar lebih fleksibel dan kreatif. Dengan modal ini, Tito berharap agar Pemkot Palembang memiliki rancangan pembangunan untuk 10 tahun ke depan. ”Dengan potensi yang ada, Palembang diharapkan bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Wali Kota Palembang Hanojoyo mengatakan, pengembangan pariwisata sungai terus dilakukan dengan membangun sejumlah obyek wisata di pelataran Sungai Musi. Misalnya penataan Pulau Kemaro, Kampung Kapitan, Kampung Al Munawar, Benteng Kuto Besak, dan beragama obyek wisata lainnya.
Bahkan, dalam kunjungannya ke Palembang, Kamis (3/6/2021), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengusulkan agar Pulau Kemaro menjadi pusat wisata religi yang tentu akan menjadi daya tarik bagi wiasatawan. ”Sangat jarang ditemukan obyek wisata yang menawarkan pemandangan sejumlah rumah ibadah yang ada di satu pulau dan terletak di tengah sungai,” ucapnya.
Tidak hanya sungai besar, anak Sungai Musi juga terus dibenahi. Mulai dari kawasan Sungai Sekanak hingga Lambidaro. Kini penataan sudah sampai pada Kawasan Lebak Cindo hampir rampung, dan ditarget selesai Juli mendatang. Lebak Cindo merupakan salah satu bagian dari program restorasi Sungai Sekanak yang ditarget selesai dalam dua tahun ke depan.
Dalam pengerjaan proyek restorasi ini, Pemkot Palembang mendapatkan suntikan dana untuk dua paket pengerjaan, yakni dari Balai Besar Wilayah Sungai senilai Rp 38 miliar dan dari Kementerian PU Cipta Karya untuk kawasan kumuh senilai Rp 14 miliar.
Harnojoyo mengatakan, progres di Lebak Cindo sudah 90 persen. Melalui penataan kawasan kumuh ini, Harnojoyo berharap dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Nilai sejarah
Peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan Retno Purwanti mengatakan, dari kajian sejumlah peninggalan bersejarah, Palembang memang sudah menjadi kota dagang berskala internasional sejak masa kedatuan Sriwijaya. Peninggalan tersebut berupa pecahan keramik dan gerabah. Untuk keramik, diduga merupakan berasal dari China, tepatnya pada Dinasti Tang yang menguasai China pada abad ke 6-10 Masehi.
Keramik itu bisa sampai di Sumatera Selatan karena adanya hubungan dagang antara Kerajaan Sriwijaya dan China. Keramik tersebut diduga merupakan bagian dari sejumlah komoditas dagang, seperti guci, pasu, dan tempayan. ”Alat ini digunakan untuk aktivitas sehari-hari warga,” ucapnya.
Namun memang potongan keramik ini sulit direkonstruksi karena banyak bagian yang hilang. Namun, dengan penemuan ini menandakan sejak Dinasti Tang sudah ada aktivitas perdagangan. Adapun untuk gerabah, ujar Retno, diduga berasal dari Sumatera Selatan, tepatnya di Dusun Kedaton, Kecamatan Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Alat ini digunakan untuk aktivitas sehari-hari warga. (Retno Purwanti)
Dugaan ini muncul karena di sana merupakan tempat berkumpulnya para perajin gerabah bahkan sejak Zaman Kerajaan Sriwijaya. ”Ada kesamaan bentuk dan bahan seperti yang ditemukan di sekitar Kayu Agung,” ucap Retno.
Mereka mengirim gerabahnya dengan menggunakan perahu kajang. Temuan ini memperkuat fakta bahwa dengan adanya Sungai Musi Palembang telah berstatus kota dagang sejak zaman dulu.