Warga Lansia Khawatir Divaksinasi Covid-19, Capaian di Sumbar Rendah
Sebagian warga lanjut usia di Padang, Sumatera Barat, belum mau mengikuti vaksinasi Covid-19 karena khawatir akan berdampak pada kesehatan mereka. Akibatnya, capaian vaksinasi Sumbar rendah.
PADANG, KOMPAS — Sebagian warga lanjut usia di Padang, Sumatera Barat, belum mau mengikuti vaksinasi Covid-19 karena khawatir akan berdampak pada kesehatan mereka. Kondisi ini turut memengaruhi rendahnya angka capaian vaksinasi di Sumbar, yang saat ini berada di peringkat paling bawah se-Indonesia.
Jawanis (79), warga Kecamatan Kuranji, Selasa (15/6/2021), mengatakan, ia tidak ikut vaksinasi Covid-19 karena takut dengan efek sampingnya. Ia punya riwayat sakit jantung pada 2013. Lagi pula perempuan yang akrab disapa Anis ini jarang bepergian sehingga merasa tidak membutuhkan vaksin.
”Saya takut dengan efek sampingnya. Memang belum pernah lihat langsung, tapi saya dengar cerita-cerita (negatif tentang vaksin). Yang muda saja takut divaksin, apalagi yang tua seperti saya ini,” kata Anis, Selasa.
Anis mengaku, tetangga lansia lainnya juga belum ada yang mengikuti vaksinasi. Sementara itu, anak dan menantunya tidak pula menyuruh ataupun melarangnya ikut vaksinasi. Anis juga belum mendengar tentang program vaksinasi massal bagi warga lansia.
Baca juga : Dinkes Sumbar Siapkan Vaksinasi Massal Warga Lansia di Tingkat Nagari
Busniar (62), warga Kecamatan Padang Barat, juga mengaku, takut untuk ikut vaksinasi Covid-19 walaupun tidak punya penyakit bawaan. ”Saya tidak mau. Nanti justru karena divaksin saya dapat penyakit. Saya lihat di TV ada orang kena efek samping sesudah divaksin,” katanya.
Hal berbeda diungkapkan Syahrul (66), suami Busniar. Syahrul belum ikut vaksinasi karena tidak tahu ada program ini di puskesmas. Jika ada program vaksinasi massal di sekitar tempat tinggalnya, ia berminat untuk ikut walaupun sebenarnya ia tidak begitu percaya dengan Covid-19.
Lihat bapak dulu. Kalau bapak tidak apa-apa, baru saya ikut. (Busniar)
”Kalau warga lain ikut, tentu ikut juga saya. Saya tidak takut divaksin. Sudah tua begini apa pula yang ditakutkan,” kata Syahrul, yang sehari-hari berjualan lontong. Busniar menambahkan, ia akan ikut vaksinasi jika suaminya tidak apa-apa. ”Lihat bapak dulu. Kalau bapak tidak apa-apa, baru saya ikut,” ujarnya.
Mardahayati Syukur (66), warga Kecamatan Koto Tangah, mengatakan, ia belum divaksinasi Covid-19, tapi sedang menunggu jadwal vaksinasi massal di kompleks rumahnya. ”Kalau tetangga mau, kenapa saya tidak mau? Kalau mereka tidak mau, saya juga tidak mau,” kata Mardha.
Marda mengatakan, ia sebenarnya tidak begitu yakin dengan Covid-19. Sebab, sudah setahun pandemi Covid-19, ia dan tetangganya tak satu pun terpapar Covid-19. Padahal, mereka tetap beribadah berjemaah ke masjid dekat rumah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Sumbar merupakan provinsi dengan capaian paling rendah vaksinasi Covid-19 (suntikan pertama) di Indonesia, yaitu posisi 34 dari 34 provinsi. Capain vaksinasi di Sumbar cuma 22,24 persen, jauh di bawah rata-rata nasional 49,77 persen.
Adapun berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumbar, capaian vaksinasi Sumbar hingga 15 Juni 2021 pukul 14.00 sebanyak 198.998 orang atau 22,75 persen dari total sasaran 874.698 orang. Capaian vaksinasi warga lansia merupakan yang terendah dibandingkan vaksinasi SDM kesehatan dan vaksinasi petugas pelayanan publik.
Itu menjadi tantangan di Sumbar. (Defriman Djafri)
Jumlah warga lansia yang divaksinasi Covid-19 di Sumbar baru 10.303 orang atau 2,33 persen dari total sasaran 442.033 orang. Sementara itu, jumlah SDM kesehatan yang divaksinasi 31.781 orang (98,12 persen) dari total sasaran 32.391 orang dan jumlah petugas pelayanan publik yang divaksinasi 156.914 orang (39,20 persen) dari total sasaran 400.274 orang.
Namun, Zainal Abidin (84), warga Kecamatan Kuranji, mengatakan, ia mendapat suntikan pertama vaksinasi Covid-19 di Rumah Sakit Tentara dr Reksodiwiryo pada 19 Mei 2021. Hingga Selasa ini, pensiunan TNI angkatan darat ini tidak mengalami efek samping pasca-vaksinasi.
”Kondisi saya seperti biasa saja. Tidak ada keluhan sama sekali. Saya masih bisa ke kebun memanen buah kakao,” kata Zainal, Selasa siang. Berdasarkan cetakan kartu vaksinasi Covid-19, Zainal disuntik vaksin AstraZeneca.
Kepala Puskesmas Padang Pasir Winanda, Kamis (10/6/2021), mengatakan, animo warga lansia di Padang Barat untuk mengikuti vaksinasi memang rendah. Berbagai upaya sudah dilakukan, termasuk sosialisasi, tetapi belum membuahkan hasil yang optimal.
Hingga Kamis lalu, cakupan vaksinasi warga lansia di Padang Barat baru 607 orang dari total sasaran 3.000-an orang. Meski demikian, cakupan vaksinasi warga lansia di puskesmas ini, kata Winanda, relatif lebih baik dibandingkan dengan puskesmas lain.
Cakupan di Padang Barat tergenjot oleh tingginya animo warga lansia keturunan Tionghoa mengikuti vaksinasi yang dikoordinasikan oleh Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dan Himpunan Tjinta Teman (HTT).
Winanda tidak tahu persis kenapa animo warga lansia secara umum rendah untuk mengikuti vaksinasi. Namun, kondisi yang terbaca di lapangan masih ada keragu-raguan dari anak mereka. Umumnya warga lansia punya penyakit penyerta atau komorbid sehingga ada kekhawatiran vaksinasi membahayakan kesehatan.
”Itu mungkin yang memberatkan mereka untuk vaksinasi. Mereka berpikir komorbid akan memicu kejadian yang tidak diinginkan. Sebenarnya, pola pikir itu harus diubah. Justru karena komorbid mereka harus divaksin. Vaksinasi, apalagi vaksin Sinovac, risikonya minim bagi orang yang punya komorbid,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumbar Arry Yuswandi mengatakan, memang masih ada kekhawatiran masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19. Dinkes terus memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa vaksin aman.
Selain keraguan itu, kendala lain dari vaksinasi warga lansia, kata Arry, susahnya mereka mengakses fasilitas kesehatan. Pemerintah provinsi pun berupaya mendekatkan akses dengan mengadakan kegiatan Gebyar Vaksinasi Serentak di 19 kabupaten/kota Sumbar di tingkat nagari pada 16-30 Juni 2021. ”Gubernur sudah menandatangani instruksi gubernurnya,” kata Arry.
Menurut Arry, vaksinasi serentak itu direncanakan dilakukan setiap hari, sedangkan jadwalnya disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Selain lansia, petugas pelayanan publik, termasuk guru dan penyuluh agama, juga bisa ikut vaksinasi. ”Nanti juga akan diberikan penghargaan nagari terbaik untuk pelaksanaan vaksinasi,” ujarnya.
Epidemiolog Universitas Andalas, Defriman Djafri, mengatakan, Sumbar punya pengalaman pada imunisasi campak dan rubella (MR) pada 2018 yang juga rendah dibandingkan provinsi lain. Kompas (7/1/2021) mencatat, capaian imunisasi MR Sumbar berada posisi kedua terendah di Indonesia, satu tingkat di atas Aceh.
”Isunya terkait keamanan dan kehalalan. Dilihat kondisi sekarang, seharusnya yang dikedepankan pemahaman masyarakat melalui edukasi, termasuk oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam menjelaskan vaksinasi Covid-19 ini. Itu menjadi tantangan di Sumbar,” kata Defriman, yang juga Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Baca juga : Penerimaan Masyarakat di Sumbar Rendah, Keamanan dan Kehalalan Vaksin Menentukan
Soal kehalalan, sebenarnya vaksin Sinovac sudah punya sertifikat halal. Namun, narasi ”suci” pada vaksin itu, kata Defriman, dinilai berlebihan dan justru membuat masyarakat ragu. Begitu pula dengan keamanan vaksin. Pemangku kebijakan mesti bisa menjelaskan vaksin aman dan jika pun terjadi efek samping mesti dijelaskan secara detail agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Defriman melanjutkan, Kota Padang sebenarnya relatif berhasil melakukan vaksinasi warga lansia melalui paguyuban atau kelompok etnis. Sebagai contoh, vaksinasi terhadap paguyuban warga lansia keturunan Tionghoa di Padang.
Mekanisme dan pola vaksinasi terhadap paguyuban itu, kata Defriman, semestinya bisa diterapkan ke kelompok lain, seperti majelis taklim, kelompok masyarakat, dan jejaring sosial lainnya. Upaya vaksinasi ini juga bisa dikombinasikan dengan program lainnya, misalnya, dengan memberikan hadiah, seperti bantuan bibit ke kelompok masyarakat itu.