Rumah Sakit Kian Kritis dan Dua Daerah Zona Merah, Bandung Raya Terapkan WFH
Dua daerah di Bandung Raya masuk zona merah Covid-19. Keterisian rumah sakit di kawasan ini juga kian kritis mencapai 84,19 persen. Sistem bekerja dari rumah atau WFH kembali diterapkan untuk mengendalikan penularan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di kawasan Bandung Raya, Jawa Barat, semakin kritis, di atas 80 persen. Dua daerah di kawasan itu, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, pun masuk zona merah. Sistem bekerja dari rumah atau work from home (WFH) kembali diterapkan untuk untuk mengendalikan penularan.
Selain Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, kawasan Bandung Raya juga meliputi Kota Bandung, Cimahi, dan Kabupaten Sumedang. Pertengahan Mei lalu keterisian rumah sakit Covid-19 di kawasan itu masih 41 persen, tetapi saat ini telah mencapai 84,19 persen.
”Bandung Raya kami nyatakan Siaga Satu Covid-19. Minggu ini, dua wilayahnya zona merah. Keterisian rumah sakit sudah melebihi standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) 60 persen dan nasional 70 persen,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Kota Bandung, Selasa (15/6/2021).
Hingga Selasa pukul 17.00, jumlah kasus Covid-19 di Jabar mencapai 330.472 kasus. Sejumlah 55.688 kasus di antaranya atau sekitar 16,85 persen berada di Bandung Raya. Jumlah itu tertinggi kedua setelah kawasan Bodebek (Bogor, Depok, dan Bekasi).
”Seluruh Bandung Raya diinstruksikan menjalankan WFH 75 persen. Yang hadir secara fisik hanya 25 persen,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Kompas, kebijakan WFH bukan yang pertama kali diterapkan di Bandung Raya. Pada Januari lalu, kawasan tersebut juga menjalankan sistem bekerja dari rumah selama dua pekan.
Wisatawan diimbau tidak berkunjung ke Bandung Raya selama sepekan ke depan. ”Kami sedang menarik rem darurat untuk mengendalikan situasi yang terbukti karena libur panjang dan mudik menghasilkan lonjakan kasus luar biasa,” ujarnya.
Pertengahan Mei lalu keterisian rumah sakit Covid-19 di kawasan Bandung Raya masih 41 persen,tetapi saat ini telah mencapai 84,19 persen.
Menurut Kamil, kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro di Jabar berjalan efektif hingga Lebaran pada 13 Mei lalu. Hal itu diindikasikan dari rata-rata keterisian rumah sakit yang hanya 29 persen.
Namun, sebulan setelah Lebaran, keterisian rumah sakit melonjak signifikan hingga di atas 70 persen. Peningkatan ini disebabkan tingginya mobilitas warga saat libur Lebaran.
”Oleh sebab itu, kami merekomendasikan kepada pemerintah pusat tidak ada libur panjang berikutnya sehingga ibadah Idul Adha (Juli 2021) mohon diberi juklak (petunjuk pelaksanaan). Sesuai syariat yang wajib saja, tetapi tidak ada libur dan mudiknya,” katanya.
Kamil kembali mengimbau warganya disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Kedisiplinan perlu ditingkatkan agar penularan Covid-19 tidak meluas.
Vaksinasi di stadion
Untuk meningkatkan cakupan vaksinasi, pemerintah kabupaten/kota didorong menggelar penyuntikan vaksin Covid-19 secara massal di stadion. Hal ini agar vaksinasi berjalan optimal karena dapat menjangkau banyak orang.
Jabar telah beberapa kali menggelar vaksinasi massal, baik yang diinisiasi instansi pemerintah maupun swasta. Senin pagi, vaksinasi digelar di Stadion Candrabagha, Kota Bekasi.
”Kami perintahkan semua daerah melaksanakan vaksinasi massal di stadion. Ambil contoh terbaik di Kota Bekasi yang jadi percontohan nasional,” ujarnya.
Kamil menambahkan, khusus zona merah di Bodebek dan Bandung Raya, vaksinasi diperbolehkan untuk masyarakat umum di atas usia 18 tahun. Artinya, tidak terbatas pada petugas layanan publik dan warga lansia.
”Kami sudah minta ke Kementerian Kesehatan dan diizinkan. Akan kami maksimalkan agar cepat mengejar herd immunity,” katanya.
Hingga Senin (14/6/2021), pencapaian vaksinasi Covid-19 tahap pertama dan kedua di Jawa Barat yang menyasar 6,78 juta orang masih di bawah 40 persen. Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Jabar Marion Siagian menyampaikan, sejumlah 2,47 juta orang (36,4 persen) telah disuntik vaksin dosis pertama dan 1,71 juta orang (25,2 persen) sudah menerima vaksin dosis kedua.
Vaksinasi tahap pertama dan kedua di Jabar diproyeksikan untuk 181.000 tenaga kesehatan, 2,19 juta petugas pelayanan publik, dan 4,4 juta warga lansia. Realisasi penyuntikan vaksin terhadap tenaga kesehatan dan pelayan publik sudah di atas 80 persen.
Namun, penyuntikan vaksin dosis pertama terhadap warga lansia masih 11 persen dan dosis kedua baru 7 persen. Marion menuturkan, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi.
”Tetap perkuat protokol kesehatan sambil menunggu terciptanya kekebalan kelompok. Herd immunity baru terbentuk jika 70 persen dari sasaran sudah divaksin,” ujarnya.