Varian Delta Diduga Mempercepat Penurunan Kondisi Pasien Covid-19 Kudus
Kondisi itu antara lain tampak di tempat isolasi terpusat Asrama Haji Donohudan, Boyolali, beberapa waktu lalu. Sejumlah warga Kudus dirujuk ke RS, bahkan dua meninggal. Padahal sebelumnya merupakan pasien tanpa gejala.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Ditemukannya varian baru virus SARS-CoV-2, yakni B.1.617.2 atau Delta pada 62 dari 72 sampel warga Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menjadi perhatian. Selain lebih cepat dalam penularan, varian itu juga diduga memperburuk kondisi penderitanya secara cepat.
Hal itu antara lain terlihat pada kondisi puluhan pasien Covid-19 asal Kudus yang diisolasi terpusat ke Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, beberapa waktu lalu. Pada Jumat (11/6/2021), tercatat ada 40 pasien yang dirujuk ke sejumlah rumah sakit di Kota Surakarta. Adapun dua orang meninggal. (Kompas.id, Jumat 11/6).
"Jadi progresivitas klinis yang (isolasi terpusat) di Donohudan cepat sekali. Waktu dievakuasi dari Kudus kondisinya tanpa gejala, tetapi kemudian ada 18 yang kami kirim (ke RS), bahkan ada yang meninggal. Karena memang (karakter) variannya seperti itu," kata Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo di Semarang, Senin (14/6/2021).
Yulianto menambahkan, hal serupa juga terjadi pada sejumlah keluarga penderita Covid-19, yang tadinya masuk kategori tidak rentan, menjadi fatal. "Contohnya anak muda. Dengan varian baru ada yang meninggal dan banyak yang (kondisinya) berat," lanjutnya.
Sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Kementerian Kesehatan memastikan adanya varian baru dari sampel asal Kudus. Menurut data Pemprov Jateng, dari hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing SARS-CoV-2 dari Kudus, ditemukan bahwa 62 dari 72 sampel (86,11 persen) diketahui merupakan Strain India (Delta) B.1.617.2.
Yulianto mengemukakan, pelacakan dilakukan terhadap kontak erat pemilik sampel yang terdeteksi varian itu. "Namun, untuk mencari sumber pertamanya siapa tidak mudah. Sebab, ini skala penularannya sudah besar. Sudah komunitas. Yang jelas, dalam kondisi seperti ini, kami selamatkan dulu agar tingkat kematiannya rendah," ujarnya.
Adapun pemeriksaan Whole Genome Sequencing saat ini masih dilakukan di Jakarta dan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) di Kota Salatiga, kata Yulianto, sebenarnya bisa, tetapi masih memerlukan peralatan tambahan agar pemeriksaannya lebih cepat.
Yulianto menuturkan, untuk jangka panjang pihaknya juga menyiapkan laboratorium-laboratorium di Jateng agar bisa meneliti varian baru SARS-Cov-2 itu. "Labkesda milik provinsi (di Semarang) dan di Universitas Diponegoro juga akan disiapkan. Namun, ini kan platform penelitian dam tidak perlu semua kasus diambil," jelasnya.
Menurut data Pemkab Kudus, yang dimutakhirkan Senin (14/6) pukul 12.00, terdapat 10.797 kasus positif kumulatif dengan rincian 2.182 kasus aktif (491 dirawat, 1.211 isolasi mandiri, 480 isolasi terpusat), 7.731 orang sembuh, dan 884 orang meninggal. Ada penambahan 189 kasus positif dalam 24 jam terakhir.
Pada Minggu, Ganjar mengimbau agar warga Kudus di rumah saja selama lima hari, terutama bagi orang tua, lansia, dan anak-anak. Bupati Kudus HM Hartopo memberi respons akan usulan itu. "Kami akan tindaklanjuti usulan lima hari di rumah saja. Kami tak menutup pasar dan swalayan. Yang penting sesuai SOP," ujarnya, dikutip dari Kuduskab.go.id.
Vaksinasi
Sementara terkait vaksinasi, Yulianto menuturkan, pihaknya akan mempercepat vaksinasi, antara lain guna menekan tingkat fatalitas penderita Covid-19. Pasalnya, dari data Pemprov Jateng, sebagian besar warga Jateng yang meninggal dengan status terkonfirmasi Covid-19, ternyata belum divaksin.
"Dari pasien Covid-19 yang meninggal (di Jateng), mulai 9 Mei-13 Juni, sebesar 87,7 persen ternyata belum divaksin. Artinya, yang belum divaksin masih sangat rentan. Namun, yang sudah divaksin juga ada yang rentan dan kebanyakan baru sekali vaksin. Kami meminta kabupaten/kota meningkatkan kecepatan vaksinasi," kata Yulianto.
Hingga Senin (14/6), kemajuan vaksinasi di Jateng, untuk 5,5 juta orang yang termasuk kategori pelayan publik dan warga lansia, baru mencapai 46 persen. Kemajuan vaksinasi juga bergantung pada ketersediaan. Namun, menurut Yulianto, pemerintah pusat telah menjamin pada Juli 2021, akan ada ketersediaan vaksin cukup banyak.
Ganjar mengemukakan, hampir seluruh bupati/wali kota meminta penambahan vaksin. Metode dan vaksinator siap sehingga kecepatan dapat ditingkatkan. Meski demikian, yang menjadi kendala ialah ketersediaan vaksin itu sendiri.
"Selain itu, pada aplikasi Smile, (kabupaten/kota) tidak terlalu disiplin mengisi data. Saya hanya lihat (data vaksin tersisa) Kabupaten Semarang 1.600 dosis, tetapi Cilacap ada puluhan ribu. Jadi, segera isi di aplikasi karena itu terkontrol sistem dari pusat. Begitu habis, maka otomatis akan dikirim (dari pusat)," ucap Ganjar.
Menurut data laman corona.jatengprov.go.id, yang dimutakhirkan pada Senin (14/6/2021) pukul 12.00, terdapat 220.180 kasus positif Covid-19 kumulatif di Jateng, dengan rincian 14.311 orang dirawat/isolasi (kasus aktif), 191.825 orang sembuh, dan 14.044 orang meninggal. Ada penambahan 8.512 kasus positif dalam enam hari terakhir.