Tegal Bakal Kirim Spesimen untuk Pemeriksaan Sekuens Genomik
Covid-19 varian baru sudah masuk ke Kudus, Jateng. Pemerintah Kabupaten Tegal akan mengirimkan spesimen untuk pemeriksaan sekuens genomik. Hal itu untuk memastikan varian virus yang menjangkiti warga Tegal.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Salah satu varian baru virus SARS-CoV-2, yakni B.1.617.2 atau Delta, telah ditemukan di Kudus, Jawa Tengah. Untuk memastikan jenis virus yang menjangkiti warga di wilayahnya, Pemerintah Kabupaten Tegal akan segera mengirimkan spesimen ke laboratorium kesehatan Universitas Gadjah Mada guna pemeriksaan sekuens genomik.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Kudus mengirimkan 34 spesimen untuk diperiksa dengan teknik whole genome sequencing (WGS). Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dari 34 spesimen dari Kudus, sebanyak 28 spesimen positif varian Delta. Varian yang pertama kali ditemukan di India ini dinilai lebih cepat menular (Kompas, 14/6/2021).
Di Kabupaten Tegal, penularan Covid-19 seusai Lebaran dengan cepat meluas. Pada Sabtu (12/6/2021), misalnya, jumlah kasus Covid-19 secara kumulatif menembus angka 7.932 orang dengan jumlah kasus aktif 486 orang. Jumlah kasus kumulatif tersebut bertambah sebanyak 1.620 orang dalam waktu kurang dari empat pekan.
Untuk memastikan jenis virus yang menjangkiti warga, Pemerintah Kabupaten Tegal berencana mengirim spesimen ke laboratorium kesehatan Universitas Gadjah Mada (UGM) guna pemeriksaan sekuens genomik. Menurut rencana, ada 15 spesimen yang akan segera dikirim dari laboratorium kesehatan milik Rumah Sakit Umum Daerah dr Soeselo.
”Berdasarkan hasil surveilans, kami mencurigai tanda-tanda penyebaran varian baru. Untuk memastikan, kami akan segera mengirim spesimen seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus,” kata juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal, Sarmanah Adi Muraeny, Senin (14/6/2021).
Sarmanah mengatakan, ada enam hal yang menjadi dasar Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal memutuskan mengirim spesimen untuk pemeriksaan sekuens genomik. Enam hal itu, antara lain, adanya penularan yang terjadi secara cepat di lokasi tertentu, adanya orang yang baru mendarat dari luar negeri, dan Covid-19 mulai menginfeksi kelompok tidak rentan (misalnya warga berusia 18 tahun ke atas).
Landasan lain adalah Covid-19 menginfeksi orang yang sudah divaksin, penyintas Covid-19 kembali terpapar, dan kasus kematian pada penderita dengan penyakit menular lain, misalnya HIV dan TBC, meningkat.
Hingga Sabtu (12/6/2021), jumlah kasus Covid-19 secara kumulatif di Kabupaten Tegal menembus angka 7.932 orang. Dari jumlah tersebut, kasus aktif sebanyak 486 orang dan kasus meninggal 365 orang. Kondisi tersebut membuat Kabupaten Tegal masuk sebagai zona merah atau daerah risiko dengan penularan Covid-19 tinggi.
Tak hanya Kabupaten Tegal, di wilayah pesisir pantura barat Jateng, ada Kabupaten Brebes yang juga masuk dalam zona merah. Penularan Covid-19 di wilayah paling barat di Jateng itu meluas setelah Lebaran. Meski demikian, pemerintah setempat menilai, belum perlu mengirim spesimen untuk pemeriksaan sekuens genomik.
Berdasarkan hasil surveilans, kami mencurigai tanda-tanda penyebaran varian baru. Untuk memastikan, kami akan segera mengirim spesimen seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus. (Sarmanah)
”Kami belum memiliki rencana mengirimkan spesimen karena belum ada analisis. Selain itu, kecurigaan terkait munculnya varian baru juga belum terdeteksi di Brebes,” ucap juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Brebes, Imam Budi Santosa.
Hingga Minggu (13/6/2021), jumlah kasus positif Covid-19 di Brebes sebanyak 6.994 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 427 orang merupakan kasus aktif, yakni 198 orang dirawat dan 229 isolasi mandiri.
Terhambat
Sejak adanya tren peningkatan kasus Covid-19 di Kabupaten Tegal, dinas kesehatan setempat menggenjot tes kontak erat pasien positif Covid-19. Setiap satu pasien positif, minimal 26 orang yang berkontak erat dalam kurun waktu dua pekan akan dites usap untuk mendeteksi penularan.
Saat tes usap tengah digenjot, proses pengujian sampel di RSUD dr Soeselo terhambat. Hambatan dalam pengetesan di satu-satunya laboratorium kesehatan yang memiliki alat tes PCR di Kabupaten Tegal itu diduga terjadi karena reagennya bermasalah.
”Sejak Sabtu (12/6/2021), alat PCR kami tidak bisa membaca sampel usap yang sudah dicampur reagen. Hasil uji sampelnya selalu menujukkan invalid (cacat). Reagen dengan merek Biofarma itu memang baru kami pakai. Kebetulan (reagen) itu bantuan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jateng,” kata Direktur RSUD dr Soeselo Guntur M Taqwin.
Hingga Senin malam, ada 200 spesimen yang mengantre untuk diperiksa. Sambil menunggu proses perbaikan, RSUD dr Soeselo akan menggunakan metode tes cepat molekuler (TCM) untuk menguji sampel usap yang ada.
Jumlah sampel yang mampu diuji menggunakan metode TCM terbatas, maksimal 20 sampel per hari. Padahal, dengan alat PCR mereka bisa mengetes hingga 250 sampel per hari. Pengadaan reagen merek lain akan segera dilakukan agar pengetesan bisa kembali seperti semula.