Tanpa Percepatan, Vaksinasi Warga Lansia di Sultra Tuntas Delapan Tahun Lagi
Meski telah tiga bulan berlangsung, proses vaksinasi warga lansia di Sultra baru mencapai 3,5 persen target 190.948 orang. Tanpa adanya percepatan, proses vaksinasi baru akan tuntas delapan tahun lagi.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Proses vaksinasi warga lansia di wilayah Sulawesi Tenggara masih sangat jauh dari target yang ditentukan. Selama tiga bulan terakhir, capaian vaksinasi warga lanjut usia baru mencapai 3,5 persen. Tanpa adanya upaya percepatan, vaksinasi warga rentan ini baru tuntas delapan tahun ke depan.
Data Dinas Kesehatan Sultra, hingga pekan kedua Juni 2021, capaian vaksinasi warga lansia baru mencapai 6.659 orang. Jumlah ini setara 3,5 persen dari target yang totalnya mencapai 190.498 orang. Dengan hitungan capaian 1 persen setiap bulan, di mana vaksinasi warga lansia dilaksanakan sejak Maret lalu, perlu 97 bulan lagi agar target ini tuntas.
”Ya, kalau dihitung-hitung kasar, sekitar delapan tahun lagi baru tuntas. Padahal, vaksinasi warga lansia sangat penting untuk membentuk kekebalan terhadap virus Covid-19 di wilayah ini,” kata Ramadhan Tosepu, epidemiolog Universitas Halu Oleo (UHO), di Kendari, Sultra, Senin (14/6/2021).
Lambatnya proses vaksinasi warga lansia, tutur Ramadhan, dipengaruhi kinerja pemerintah daerah yang tidak maksimal. Utamanya, pola pendekatan terhadap warga yang selama ini tidak memberikan pemahaman menyeluruh. Akibatnya, masyarakat enggan untuk datang melakukan vaksinasi di lokasi yang telah ditentukan.
Kami juga sudah mengikuti program nasional, di mana pendamping warga lansia untuk vaksinasi, juga ikut divaksin. Realitanya minat masyarakat masih rendah. (Rahminingrum)
Selain itu, sejumlah kasus vaksinasi yang diikuti dampak hingga meninggal menambah keengganan masyarakat. Pemerintah seharusnya melakukan evaluasi dahulu dan memberikan pemahaman kepada warga untuk menghilangkan trauma warga.
Beberapa kasus Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) memang terjadi di Sultra, khususnya di Baubau. Seorang guru sekolah menengah pertama di Baubau, Sulawesi Tenggara, meninggal setelah menjalani vaksinasi tahap pertama.
La Hinu (59), yang memiliki riwayat penyakit gula dan penurunan fungsi ginjal, meninggal sekitar enam jam setelah injeksi vaksin diberikan. Meski begitu, Komisi Daerah KIPI Sultra menyimpulkan La Hinu meninggal akibat penyakit yang diderita, bukan karena vaksinasi.
Tidak hanya itu, tambah Ramadhan, pemerintah juga diharapkan melakukan jemput bola terhadap warga lansia yang belum menjalani vaksinasi. Perangkat pemerintah pada tingkat paling bawah, yaitu RT/RW, menjadi ujung tombak program ini sebagai pihak yang paling dekat dengan masyarakat.
”Para Kepala RT/RW ini juga harus menjalani vaksinasi dahulu agar memberikan contoh ke masyarakat. Dengan begitu, warga melihat langsung perwakilan pemerintah telah menjalani vaksinasi sehingga bisa menarik minat warga. Kalau tidak begitu, bisa delapan hingga sepuluh tahun lagi baru akan tuntas,” tambahnya.
Di satu sisi, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menjalani vaksinasi. Sebab, varian baru Covid-19 belum terdeteksi ada di wilayah Bumi Anoa ini. Dengan demikian, masyarakat memiliki kekebalan ke depannya untuk menghadapi semua kemungkinan buruk dari pandemi yang telah berlangsung lebih dari satu tahun ini.
Paling bawah
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sultra Usnia menyampaikan, pihaknya telah melakukan upaya percepatan vaksinasi hingga ke tingkat paling bawah. Kabupaten dan kota di Sultra diharapkanb bisa meluaskan jangkauan vaksinasi dengan pelibatan seluruh unsur pemerintah.
”Upaya percepatan dharapkan kabupaten/kota melaksanakan penjangkauan pada lansia dengan melibatkan lurah, camat, hingga membuat vaksinasi massal lansia,” katanya. Akan tetapi, saat ditanya terkait kendala sejauh ini, Usnia tidak menjawab pertanyaan.
Di Sultra, sejumlah daerah telah memprioritaskan pelaksanaan warga lansia. Kota Kendari yang telah melaksanakan vaksinasi sejak Maret lalu, hingga pekan kedua Juni, telah mencapai 3.905 orang. Jumlah ini setara 20 persen dari total target 18.634 orang. Selain vaksinasi massal, Pemkot Kendari telah mengupayakan percepatan, tetapi capaian masih tergolong rendah.
”Kami juga sudah mengikuti program nasional, saat warga membawa warga lansia untuk vaksinasi, dia langsung divaksin. Akan tetapi, minat masyarakat masih rendah,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kendari Rahminingrum.
Ke depannya, ia melanjutkan, pemerintah akan terus menggiatkan upaya sosialisasi yang melibatkan unsur pemerintah pada tingkat RT/RW. Hal itu untuk menarik minat masyarakat datang ke layanan kesehatan mengikuti vaksinasi.
La Ode Muhammad Sety, epidemiolog Universitas Halu Oleo menjabarkan, vaksinasi terhadap lansia perlu diprioritaskan. Alasannya, angka kematian lansia yang terpapar Covid-19 terbilang tinggi. Syaratnya kondisi kesehatan mereka harus disaring ketat untuk meminimalkan dampak vaksin.
”Misalnya, lansia yang diabetes disarankan tidak divaksin sampai gula darahnya betul-betul dalam batas normal. Tentu kita ingin melindungi mereka dan tidak memberi dampak setelah vaksinasi dilakukan,” katanya.
Hal itu penting dilakukan, kata Sety, karena virus menyerang tubuh yang tidak sehat. Vaksin yang diinjeksi tidak akan berdampak banyak ketika tubuh dalam kondisi tidak normal. Bisa jadi vaksin malah memberi efek buruk.