Lolos Hukuman Mati, Bandar Narkoba di Palu Divonis 20 Tahun Penjara

Hakim Pengadilan Negeri Palu, Sulteng, memvonis seorang bandar sabu 20 tahun penjara dalam kasus peredaran 19 kilogram sabu.

KOMPAS/VIDELIS JEMALI

Tiga terdakwa kepemilikan sabu sebanyak 19 kilogram mengikuti sidang dalam jaringan pada sidang pembacaan vonis di Pengadilan Negeri Palu, Sulteng, Senin (14/6/2021).

PALU, KOMPAS — Majelis hakim Pengadilan Negeri Palu, Sulawesi Tengah, memvonis 20 tahun penjara seorang bandar yang terbukti mengendalikan 19 kilogram narkotika jenis sabu. Vonis tersebut jauh dari tuntutan jaksa yang meminta hakim menjatuhkan hukuman mati terhadap terdakwa.

Dalam pertimbangannya, Ketua Majelis Hakim Marliyus yang membacakan putusan menilai hukuman mati terhadap Syalom I Kawihing sebagaimana tuntutan jaksa tidak tepat. ”Terdakwa masih muda (berumur 35 tahun) dan karena itu masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri,” kata Marliyus, dalam sidang di Palu, Senin (14/6/2021).

Terdakwa mengikuti sidang melalui perangkat telekonferensi dari Rumah Tahanan Maesa, Palu. Sidang tersebut sepi pengunjung. Hanya terlihat dua orang yang duduk di bangku pengunjung. Mereka juga tak memberikan reaksi apa-apa terkait vonis terdakwa.

Marliyus menyatakan, majelis hakim menilai hukuman atas terdakwa dengan jangka waktu tertentu lebih tepat alih-alih hukuman mati, yakni 20 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider 4 bulan penjara.

KOMPAS/VIDELIS JEMALI

Suasana sidang pembacaan vonis terhadap bandar sabu 19 kilogram di Pengadilan Negeri Palu, Sulteng, Senin (14/6/2021).

Majelis hakim tetap memakai Pasal 114 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 tentang Narkotika dalam memvonis Syalom. Pasal tersebut mengatur soal jual, beli, menerima, dan menjadi perantara dalam jual-beli narkoba dengan ancaman pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana paling singkat enam tahun dan paling lama 20 tahun.

Pasal yang sama juga dipakai jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri Palu dalam menuntut terdakwa dengan tuntutan pidana hukuman mati pada 24 Mei 2021.

Baca juga: Anak dan Ayah Kendalikan Peredaran 19 Kilogram Sabu di Palu

Majelis hakim juga menyebutkan ada pertimbangan meringankan atas terdakwa, yakni berterus terang selama persidangan. Terdakwa juga belum tersangkut dengan masalah hukum lain atau serupa sebelumnya. Selain itu, terdakwa masih memiliki tanggungan (istri dan anak).

Syalom ditangkap pada akhir November 2020 di Palu. Ia ditangkap setelah anggota Kepolisian Resor Palu menangkap pengedar Sirajuddin Lamusu dan Herison Kawihing, ayah Syalom. Sabu seberat 19 kilogram yang disimpan dalam kemasan masing-masing berbobot 1 kg itu dikirim dari Malaysia melalui Tarakan, Kalimantan Utara.

Pada sidang pembacaan vonis tersebut, Herison dan Sirajuddin divonis lebih ringan dari Syalom. Mereka dijatuhi hukuman masing-masing 15 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider 3 bulan penjara. Seperti Syalom, mereka juga sebelumnya dituntut hukuman mati oleh jaksa.

Terhadap putusan itu, baik Jaksa Penuntut Umum Rima Dwi Utama maupun penasihat hukum para terdakwa Samsam menyatakan pikir-pikir. Saat ditanya Marliyus, Syalom menyatakan dirinya menerima putusan tersebut.

Baca juga: Ancaman Hukuman Mati Tidak Turunkan Jumlah Kasus Narkoba

Marliyus menyatakan, jaksa penuntut umum dan penasihat hukum terdakwa memiliki waktu tujuh hari sejak putusan dibacakan untuk memastikan langkah hukum lanjutan atas vonis tersebut.

Vonis lebih berat atas bandar narkoba pernah dijatuhkan Pengadilan Negeri Palu pada akhir Januari 2021, yakni penjara seumur hidup terhadap dua terdakwa pemilik 24,9 kilogram sabu. Kedua terdakwa itu sebelumnya juga dituntut hukuman mati oleh jaksa penuntut umum sebagaimana terhadap Syalom, Herison, dan Sirajuddin.