Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 Surabaya hampir penuh pasien Covid-19. Ini menjadi tanda peringatan bagi Jawa Timur untuk meningkatkan kesiapan penanganan pandemi yang belum juga reda.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta
Pasien Covid-19 baru siap memasuki tenda perawatan dengan menaiki ambulans saat kunjungan Kepala BNPB Letjen TNI Ganip Warsito ke Rumah Sakit Lapangan Indrapura, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (11/6/2021). Kunjungan kepala BNPB ini untuk mengecek kesiapan dan kondisi rumah sakit untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19.
SURABAYA, KOMPAS — Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 Surabaya, Jawa Timur, hampir terisi penuh oleh pasien Covid-19. Situasi pada Minggu (13/6/2021) memperlihatkan jumlah pasien dirawat 364 orang dari kapasitas 430 orang. Tingkat keterisian 84,65 persen atau jauh di atas anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang 50 persen.
Kemarin atau Sabtu, jumlah pasien dirawat di RS Lapangan Surabaya 351 orang. Jumlah itu 87,96 persen dari kapasitas 399 orang. Tempat tidur di RS dalam kompleks Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH itu ditambah untuk mengimbangi lonjakan kedatangan pasien Covid-19. Tempat tidur untuk isolasi pasien, antara lain, dipinjamkan dari sejumlah RS rujukan di Surabaya.
”Tingkat keterisian hampir penuh meski kapasitas masih bisa ditingkatkan menjadi 450 bahkan 500 tempat tidur, tetapi situasi ini peringatan bagi kita semua untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan,” kata Penanggung Jawab RS Lapangan Surabaya Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara.
Keterisian penuh di RS Lapangan pernah terjadi pada pertengahan-akhir Januari 2021. Ketika itu, RS merawat 450-500 pasien. Saat itu terjadi lonjakan jumlah pasien se-Jatim dua-tiga pekan dari masa libur Natal dan Tahun Baru. Lonjakan kembali terjadi dua-empat pekan dari Lebaran 13-14 Mei 2021.
Pasien Covid-19 tengah berolahraga di Rumah Sakit Lapangan Indrapura, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (11/6/2021).
Nalendra mengatakan, RS Lapangan saat ini menjadi rujukan ”utama” pasien Covid-19 di Jatim. RS yang berdiri pada 26 Mei 2020 ini ditunjuk oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sebagai rujukan pasien kelompok buruh migran dari mancanegara, kluster Madura, dan masyarakat.
Sejak 28 April 2021, Satgas Covid-19 Jatim memberlakukan kebijakan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh buruh migran dari mancanegara yang mendarat di provinsi tersebut. Sampai dengan saat ini, tercatat hampir 15.000 buruh migran yang telah mendarat dan lebih dari 200 di antaranya positif Covid-19. Pasien dirujuk ke RS Lapangan.
Selain itu, sepekan terakhir, terjadi lonjakan di Bangkalan, Pulau Madura, yang terhubung dengan Surabaya melalui Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) dan penyeberangan feri Ujung-Kamal. Lonjakan di Madura memaksa satgas memberlakukan penyekatan lalu lintas dan kewajiban tes usap antigen seluruh pengendara dari ”Nusa Garam”, julukan Pulau Madura. Lagi-lagi, RS Lapangan menjadi satu dari tujuh fasilitas kesehatan serupa di Surabaya untuk menangani pasien klaster Madura.
Keterisian yang hampir penuh perlu dilihat sebagai tuntutan bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan terhadap situasi Covid-19. ( Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara)
Nalendra mengatakan, tim terpadu RS Lapangan memang berpengalaman merawat pasien ketika situasi keterisian penuh. Namun, di sisi lain, situasi itu juga membawa risiko bagi tim pengelola terutama tenaga kesehatan dan relawan. Keterisian yang hampir penuh perlu dilihat sebagai tuntutan bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan terhadap situasi Covid-19.
Petugas memberikan imbauan kepada pedagang dan masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan saat berlangsung tes cepat antigen kepada pedagang di Pasar Surya Kupang Gunung dan Pasar Tumpah Jarak, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/6/2021).
Secara umum, berdasarkan data pada laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, jumlah pasien yang dirawat pada Minggu ini sebanyak 2.546 orang. Jumlah itu memang masih jauh dibandingkan dengan kapasitas tempat tidur seluruh fasilitas kesehatan yang disiapkan se-Jatim yang mampu menampung 9.000 pasien. Fasilitas kesehatan yang sedang mendapat beban berat ialah yang berada di kawasan yang sedang melonjak atau tetangga yang terkena dampaknya.
Jumlah pasien terbanyak berasal dari Bangkalan (451 orang) sehingga sebagian dirujuk ke Surabaya. Jika tidak dirujuk ke daerah lain, fasilitas kesehatan di kabupaten terbarat Pulau Madura itu akan kolaps atau gagal menerima pasien baru Covid-19. Surabaya (171 orang) sementara di urutan ketiga jumlah pasien terbanyak.
Di urutan kedua ada Kabupaten Madiun (179 orang). Situasi di daerah tingkat dua ini tidak bisa dipisahkan dengan wilayah tetangga, yakni Kota Madiun (93 orang), Magetan (106 orang), Ponorogo (110 orang), dan Nganjuk (97 orang). Madiun Raya yang juga mencakup Ngawi dan Pacitan itu menjadi megakawasan yang sedang mengalami peningkatan kasus Covid-19 signifikan selain Bangkalan (Madura) dan terimbas ke Surabaya.
Anggota Dewan Pakar Satgas Covid-19 Jatim Agung Dwi Wahyu Widodo dari Universitas Airlangga kembali menegaskan sarannya kepada Pemprov Jatim dan pemerintah kabupaten/kota untuk mempertimbangkan kebijakan lebih tegas dalam penanganan pandemi. Yang dimaksud ialah menempuh pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau karantina wilayah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Kebijakan saat ini yang sedang ditempuh, yakni pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro ternyata belum efektif. Kebijakan ini bergantung pada kesigapan gugus tugas di tingkat kampung tangguh semeru setingkat RT, RW, dusun, atau kelurahan/desa.
Lonjakan di Bangkalan dan imbasnya ke Surabaya menjadi indikator perlunya kebijakan lebih tegas seperti PSBB. Kebijakan ini pernah ditempuh di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, Gresik) dan Malang Raya (Kota dan Kabupaten Malang serta Batu) dalam kurun April-Mei 2020. PSBB Surabaya Raya berlangsung empat pekan, sedangkan di Malang Raya sepekan.
Agung menyarankan, penerapan kebijakan yang lebih tegas agar dapat menjamin gencarnya pengetesan, pelacakan, dan penanganan (testing, tracing, treatment atau 3T). Program 3T bahkan dapat menjadi landasan untuk vaksinasi yang sudah berlangsung sejak pertengahan Januari 2021.
Tenaga medis melakukan tes cepat antigen bagi warga yang akan pergi ke Surabaya melalui Pelabuhan Kamal di Bangkalan, Jawa Timur, Selasa (8/6/2021). Lonjakan kasus Covid-19 terjadi di Bangkalan.
”Salah satu faktor penting dalam penanganan wabah dengan menggencarkan 3T dan disiplin protokol kesehatan. Nah, kebijakan lebih tegas seperti PSBB atau karantina wilayah diharapkan menjamin keterpaduan program 3T, protokol kesehatan, dan vaksinasi untuk percepatan upaya meredakan situasi,” ujarnya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, belum mendapat usul dari bupati/wali kota yang daerahnya sedang mengalami lonjakan Covid-19 untuk penerapan kebijakan lebih dalam, misalnya PSBB atau karantina wilayah. Provinsi juga perlu menyelaraskan dengan kebijakan dari pusat yang sedang didorong untuk diberlakukan di daerah dalam rangka penanganan pandemi. Pusat berencana memberlakukan PPKM yang lebih menekan.
”Perkembangan situasi akan selalu dikoordinasikan oleh forum komunikasi pimpinan daerah agar dapat ditentukan kebijakan yang tepat dan diterima semuanya terutama tetap mendapat dukungan masyarakat,” kata Khofifah.