Penambahan Harian Pasien Covid-19 di Jabar Tinggi, Lampaui 1.000 Kasus Per Hari
Penambahan kasus harian Covid-19 di atas 1.000 pasien konsisten terjadi dalam beberapa hari terakhir. Daerah diminta mewaspadai lonjakan kasus dan kondisi ketersediaan ruang perawatan yang mulai sedikit.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Penambahan kasus Covid-19 di Jawa Barat menembus 1.000 pasien per hari. Akibatnya, keterisian rumah sakit melewati ambang batas. Setiap daerah diminta waspada dan warga diimbau untuk memaksimalkan protokol kesehatan karena Jabar siaga pandemi.
Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jabar Daud Achmad menyatakan, lonjakan kasus ini terjadi sebagai dampak dari libur mudik Lebaran di pertengahan Mei 2021. Bahkan, dalam beberapa hari terakhir, penambahan kasus harian Covid-19 di Jabar konsisten di atas 1.000 pasien.
”Kami sudah memantau di lapangan. Biasanya 2-3 minggu setelah libur akan ada kenaikan kasus. Saat mudik ada pembatasan, dan setelah pembatasan makin banyak orang yang keluar,” ujar Daud di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (11/6/2021).
Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), penambahan kasus di atas 1.000 pasien ini terjadi dalam rentang 7-10 Juni 2021. Tren ini berbeda dari hari-hari sebelumnya yang masih naik turun di angka 900-1.000 pasien.
Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Barat Marion Siagian menambahkan, rata-rata kasus harian juga telah menembus 1.000 pasien. Dari penambahan tersebut, kluster keluarga mendominasi sebagai dampak dari mobilitas yang tinggi selama libur Lebaran.
”Rata-rata di minggu terakhir sudah di atas 1.000. Sebelumnya masih fluktuatif, tetapi peningkatan kasus mulai terlihat 15 hari setelah Lebaran,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Pikobar, hingga Jumat (11/6/2021) pukul 18.00, konfirmasi kasus positif Covid-19 di Jabar mencapai 325.520 kejadian atau bertambah 1.334 kejadian dari hari sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21.827 pasien masih dalam perawatan atau isolasi.
”Selama Lebaran ini, kami sudah melihat kluster keluarga bermunculan di kabupaten dan kota. Kalaupun ada kluster perkantoran, itu biasanya dibawa dari rumah, lalu bertemu di kantor dan berinteraksi,” ujarnya.
Hal ini juga berdampak pada keterisian rumah sakit (bed occupancy ratio/BOR) yang mencapai 62,65 persen atau bertambah 2-3 persen per hari. Menurut Marion, angka ini melewati standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 60 persen.
”Pak Gubernur (Jabar) bilang ini sudah siaga karena kami juga tidak menginginkan pasien-pasien ini tidak mendapatkan pelayanan di rumah sakit karena penuh,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, setiap rumah sakit rujukan Covid-19 diminta menyiapkan penambahan tempat tidur. Tempat isolasi di kewilayahan juga dibutuhkan agar pasien Covid-19 dengan gejala ringan dan tanpa gejala bisa ditempatkan di sana.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Dewi Basmala Gatot menuturkan, sebagai salah satu rujukan perawatan Covid-19, pihaknya sempat mengalami keterisian ruang perawatan 100 persen dari 151 unit. Bahkan, jumlah ini belum termasuk sejumlah pasien Covid-19 yang tengah menjalani pemeriksaan di instalasi gawat darurat (IGD).
”Kami akhirnya mendapatkan bantuan dari Dinkes Jabar untuk pengadaan 30 tempat tidur. Sekarang, kami mengupayakan 89 tempat tidur dan dipersiapkan dalam waktu 2 minggu. Bahkan, jika terjadi outbreak (kejadian luar biasa), kami akan menyiagakan semua tempat tidur yang mencapai 500 unit,” ujarnya.