Rumah Sakit di Kota Bandung Mulai Tambah Tempat Tidur Pasien Covid-19
Penambahan kamar di rumah sakit di Bandung diharapkan bisa mengantisipasi menipisnya ketersediaan ruang perawatan Covid-19. Apalagi, rumah sakit di Bandung juga melayani pasien dari daerah lainnya.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kota Bandung mulai menambah 85 unit tempat tidur di 28 rumah sakit untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. Masyarakat yang merasakan gejala Covid-19 diminta aktif melaporkan diri guna meminimalkan penularan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Rosye Arosdiani, Kamis (10/6/2021), menyatakan, penambahan tempat tidur ini dilatarbelakangi tingginya tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy ratio/BOR) pascalibur Lebaran.
Di Bandung, BOR tercatat 78,86 persen. Angka ini jauh di atas standar BOR yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 60 persen.
Dengan penambahan ini, jumlah tempat tidur di seluruh rumah sakit Kota Bandung menjadi 1.670 unit. Sebanyak 353 tempat tidur masih tersedia yang bisa dimanfaatkan warga Kota Bandung dan pasien di luar daerah.
”Bisa jadi BOR hari ini berubah dibandingkan dengan kemarin, tetapi masih ada antrean yang masuk untuk perawatan. Kami akan pantau terus karena ruang perawatan harus tetap ada dan tidak boleh penuh,” ujar Rosye di Bandung.
Sementara itu, pengadaan tempat isolasi mandiri di kewilayahan juga terus didorong untuk perawatan pasien Covid-19 dengan gejala ringan dan tanpa gejala. Rosye menjelaskan, petugas kesehatan akan memantau kondisi kesehatan mereka selama isolasi mandiri.
”Setiap hari, warga yang isolasi mandiri akan dipantau, setidaknya dihubungi untuk menanyakan kondisi tubuhnya. Jika gejala mulai berat, seperti sesak napas atau demam tinggi, pasien yang isolasi mandiri akan kami rujuk untuk dirawat di rumah sakit,” ujarnya.
Selain perawatan pasien, lanjut Rosye, pelacakan kasus juga membutuhkan partisipasi masyarakat. Warga yang mengalami gejala terpapar Covid-19, seperti sesak napas dan demam tinggi, diharapkan melapor ke petugas kesehatan terdekat untuk diperiksa.
Sikap proaktif ini, ujar Rosye, diharapkan bisa membantu petugas dalam memetakan persebaran pandemi di tengah masyarakat. ”Apalagi setelah libur Lebaran kali ini, kasus perlahan naik walaupun tidak setinggi libur panjang yang lalu,” ujarnya.
Berdasarkan data Pusat Informasi Covid-19 Kota Bandung, hingga Rabu (9/6/2021), sebanyak 20.354 warga Kota Bandung terkonfirmasi positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 822 orang dalam isolasi atau perawatan. Sebanyak 359 orang meninggal dan 19.173 pasien dinyatakan sembuh.
Berdasarkan data Dinkes Kota Bandung, pasien asal Kota Bandung berkontribusi 56,11 persen terhadap BOR rumah sakit. Sementara itu, 43,89 persen pasien lainnya berasal dari luar Kota Bandung.
Sebagai ibu kota Jawa Barat yang aktivitas ekonomi dan sosial serta jumlah penduduk yang relatif lebih besar, wajar jika kebutuhan tempat tidur perawatan Kota Bandung juga besar.
Pakar ilmu kesehatan masyarakat Universitas Padjadjaran, Irvan Afriandi, berpendapat, masyarakat dan pemerintah harus tetap menjaga kewaspadaan dan melakukan langkah penanganan. Sistem kesehatan dan surveilans harus memastikan kesiapsiagaan menghadapi pandemi Covid-19.
Selain itu, koordinasi dengan pemerintah yang lebih tinggi, baik provinsi maupun pusa,t sangat diperlukan. Apalagi, fasilitas kesehatan di Kota Bandung tidak hanya melayani warga kota, tetapi juga berasal dari luar wilayah.
”Sebagai ibu kota Jawa Barat yang aktivitas ekonomi dan sosial serta jumlah penduduknya relatif lebih besar, wajar jika kebutuhan tempat tidur perawatan Kota Bandung juga tinggi. Apalagi, Kota Bandung mengakomodasi perawatan kasus-kasus dari luar wilayah,” ujar Irvan.
Oleh karena itu, koordinasi kesiapsiagaan dalam menghadapi pandemi menjadi kebutuhan. Jika hal itu bisa dilakukan, lanjut Irvan, masyarakat di wilayah Bandung Raya akan terlindungi secara optimal.