Tidak Ada Dampak Signifikan Gempa M 3,4 di Lombok Utara
Gempa mengguncang Lombok Utara pada Selasa malam. Meski memicu kepanikan warga, tidak ada dampak signifikan akibat kejadian itu.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Gempa tektonik bermagnitudo 3,4 terjadi di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Selasa (8/6/2021) malam. Hingga Rabu (9/6) pagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG belum menerima laporan kerusakan atau korban.
Kepala Stasiun BMKG Stasiun Geofisika Mataram Ardhianto Septiadhi mengatakan, gempa itu terjadi pada Selasa malam sekitar pukul 21.51 Wita.
BMKG Stasiun Geofisika Mataram mencatat, episenter gempa terletak pada koordinat 8,42 Lintang Selatan dan 116,20 Bujur Timur. Lokasi tepatnya di laut pada jarak 8 kilometer tenggara Lombok Utara pada kedalaman 12 kilometer.
Jika memperhatikan episenter (titik pusat gempa bumi di atas permukaan bumi) dan kedalaman hiposenter (titik gempa di bawah permukaan bumi), gempa bumi ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar naik busur belakang Flores,” kata Ardhi.
Sesar naik busur belakang Flores atau Flores Back Arc Thrust merupakan pemicu gempa yang sering terjadi di wilayah Nusa Tenggara Barat. Ini termasuk gempa bermagnitudo 6,4 yang mengguncang Lombok dan Sumbawa pada 29 Juli 2018.
Ardhi menambahkan, berdasarkan laporan masyarakat, dampak gempa pada Selasa malam itu berupa guncangan yang dirasakan dirasakan di Lombok Utara. Jika diukur dengan pada skala Modified Mercalli Intensity (satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi), intensitasnya III MMI (getaran dirasakan di dalam rumah).
Hingga Rabu pagi, Ardhi mengatakan, tidak ada laporan dampak signifikan dari kejadian gempa semalam, baik kerusakan atau korban. Ardhi pun meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
”Kami berharap masyarakat memastikan informasi yang mereka terima bersumber dari BMKG yang disebar melalui kanal komunikasi yang terverifikasi,” kata Ardhi.
Rudi Hartono (29), warga Lombok Utara, mengatakan, getaran gempa cukup terasa. Namun, getaran tidak sebesar gempa bermagnitudo 4,9 pada 10 Januari 2021. ”Tetapi, warga tetap panik semalam. Kami tetap keluar rumah saat gempa,” katanya.
Ardhi menambahkan, berdasarkan catatan dan analisa mereka, pada periode 28 Mei-4 Juni 2021 (periode pencatatan pertama di Juni), ada 82 kejadian gempa.
Sebagian besar dengan magnitudo kurang dari 3 dan kedalaman kurang dari 60 kilometer yang dipicu oleh aktivitas di Flores Back Arc Thrust Utara Sumbawa. ”Dari 82 kejadian, satu di antaranya dirasakan di sekitar wilayah NTB,” kata Ardhi.
Menurut Ardhi, berdasarkan grafik frekuensi kejadian, gempa tersebut banyak terjadi pada akhir Mei hingga awal Juni, yakni 30-31 Mei dan pada 2 Juni dengan 13 kejadian.
Sementara, berdasarkan magnitudo, gempa dengan magnitudo kurang dari 3 sebanyak 43 kejadian, dan magnitudo 3-5 sebanyak 39 kejadian. Sementara, gempa dengan magnitudo di atas 5 tidak pernah terjadi.
”Adapun berdasarkan kedalaman, kurang dari 60 kilometer sebanyak 62 kejadian, lalu antara 60 kilometer sampai kurang dari 300 kilometer sebanyak 20 kejadian,” kata Ardhi.