RSUD Pertama di Sulut Belum Mampu Layani Pasien Covid-19
RSUD ODSK Provinsi Sulut resmi dibuka sebagian. Namun, rumah sakit itu belum mampu melayani pasien Covid-19 karena prasarananya belum lengkap.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Daerah ODSK Provinsi Sulawesi Utara resmi dibuka sebagian, Rabu (9/6/2021), dan akan mulai beroperasi pada Kamis (10/6/2021). Namun, RSUD pertama di Sulut itu belum mampu melayani pasien Covid-19. Alasannya, rumah sakit ini belum dilengkapi prasarana yang dibutuhkan.
RSUD ODSK Provinsi Sulut dibangun di atas lahan seluas 3,88 hektar di Kecamatan Sario, Manado. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara menggelontorkan Rp 304 miliar antara tahun 2019 dan 2021 untuk membangun gedung RS setinggi 12 lantai tersebut, ditambah Rp 14,76 miliar untuk pembangunan lanskap. RS itu menjadi salah satu dari 46 RS yang tersebar di 15 kota dan kabupaten di Sulut, menurut data Kementerian Kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Sulut Debie Kalalo mengatakan, RS itu berfungsi sebagai tujuan rujukan pelayanan kesehatan di Sulut. Pelayanannya akan meliputi instalasi gawat darurat (IGD) dan poliklinik, antara lain untuk penyakit dalam, gigi, ginjal, jantung, neurologi, kesehatan ibu dan anak, serta kejiwaan.
”Pelayanan unggulannya adalah untuk ginjal dan hipertensi, tetapi tentu saja akan berkembang ke depan seiring penambahan fasilitas. Untuk sementara, kapasitas tempat tidurnya 376 unit, tetapi akan terus ditingkatkan selama beberapa bulan ke depan,” kata Debie.
Saat ini, RS tersebut diperkuat lebih kurang 250 tenaga kesehatan, dan 40 di antaranya adalah dokter. Direktur Utama RSUD ODSK Provinsi Sulut Gretty Giroth mengatakan, untuk sementara, pihaknya hanya dapat melayani pasien rawat jalan di IGD, poliklinik ginjal, serta poliklinik kesehatan ibu dan anak.
Menurut Gretty, masih banyak sarana dan prasarana yang harus dipenuhi sebelum target pembukaan penuh pada awal tahun 2022. Ruangan khusus untuk Covid-19 sudah disediakan, tetapi belum bisa digunakan.
”RS ini dibangun sebelum ada Covid-19, jadi sistem sirkulasi udara di sini belum dilengkapi saringan HEPA (high efficiency particulate air),” katanya.
Untuk mengantisipasi penularan Covid-19 di RS, setiap pasien yang datang diwajibkan menjalani tes antigen. ”Yang positif langsung kami arahkan ke RS Lapangan Darurat Covid-19 Kitawaya,” kata Gretty, merujuk kepada RS yang kini tak melayani satu pun pasien Covid-19 itu.
Gretty pun tak dapat memastikan kapan sarana dan prasarana RS itu akan dilengkapi sehingga bisa melayani rawat inap dan memfungsikan semua poliklinik. ”RS ini, kan, milik pemerintah. Ada prosesnya untuk pengadaan, tidak bisa seperti swasta yang butuh apa hari ini bisa langsung beli. Makanya, hari ini kita baru soft opening, belum peresmian,” katanya.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengatakan, RS itu akan difokuskan sebagai salah satu pusat vaksinasi Covid-19. ”Saya targetkan Manado bisa menyuntikkan 3.000 dosis per hari. Kalau vaksinasi cepat, pariwisata kita bisa segera pulih,” kata Olly.
Dari target 389.497 peserta vaksinasi pada tahap pertama dan kedua, sebanyak 206.877 warga (53,11 persen) telah menerima suntikan dosis pertama, sedangkan 112.383 warga (28,85 persen) telah tuntas dua kali divaksin. Pemprov Sulut menargetkan cakupan vaksinasi hingga 80 persen dari 2,6 juta warganya.
Soal RSUD ODSK Provinsi Sulut, Olly bangga menyebutnya sebagai satu-satunya proyek besar yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sulut. Ia berharap RS itu bisa memberikan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar minimal Rp 100 miliar per tahun. Namun, masyarakat tidak perlu takut membayar mahal. Olly mengklaim, 80 persen warga Sulut telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional.
”RS ini juga dibangun agar bisa menjadi pusat pelayanan bagi daerah-daerah tetangga, bukan untuk bersaing dengan RS lain. Memang, para pengusaha di Sulut, terutama di bidang pariwisata, meminta ada tambahan RS sehingga pelayanan kesehatan bisa memadai untuk tamu-tamu yang datang ke sini,” ujar Olly.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Manado Richard Sualang mengatakan, RS itu bisa menjadi muara dari sinergi antara pemkot dan pemprov dalam bidang kesehatan. Layanan kesehatan ginjal dan hipertensi pun bisa dipusatkan di RSUD ODSK Provinsi Sulut.
”Jangan lupa, RS juga punya fungsi sosial lain, seperti memberi penghasilan bagi masyarakat sekitar. Apalagi, lokasi RS ini strategis, bisa melayani pasien dari Ranotana, Kleak, Sario Tumpaan, dan sekitarnya,” katanya.
Sebelumnya, penamaan RSUD itu sempat menuai polemik. Selama ini, ODSK dikenal sebagai singkatan Olly Dondokambey dan Steven Kandouw. Sejumlah pihak mengkritiknya karena penamaan RS seharusnya menggunakan nama tokoh yang telah meninggal. Namun, Olly membantah ODSK sebagai singkatan namanya dan Wakil Gubernur Sulut, Steven.
”ODSK ini bukan Olly-Steven, tapi Optimalisasi Daerah Sehat dan Keluarga. Ada aturan khusus untuk penamaan, tetapi peraturan menteri menetapkan RSUD daerah harus identik dengan identitas daerah, jadi kami pilih ODSK yang ada beberapa singkatannya. Di Minahasa Tenggara, misalnya, ada Operasi Desa Sehat Kuat,” kata Olly.