Jejak Awal Kasus Kudus: Takut, Ngeyel, hingga Tantangan Berduel
Kasus aktif di Kudus sebenarnya sempat turun hingga 60 orang. Sayangnya, penurunan kasus Covid-19, juga dengan telah berjalannya vaksinasi, justru membuat warga mengabaikan protokol kesehatan karena situasi dirasa aman.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·5 menit baca
Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mendadak jadi perhatian nasional selepas masa libur Lebaran 2021. Lonjakan kasus Covid-19 secara eksponensial tak terkendali sejak sepekan setelah Idul Fitri. Longgarnya protokol kesehatan jadi bom waktu yang meledak saat warga kian abai dan meremehkan pandemi.
Sulitnya penerapan protokol kesehatan oleh warga antara lain terjadi di Desa Sidorekso, Kecamatan Kaliwungu, Kudus. ”Protokol kesehatan digampangkan warga. Seminggu terakhir ini, ada 25 orang positif Covid-19 dan lima di antaranya meninggal. Kami kesusahan mengedukasi warga dan butuh bantuan Satgas Covid-19 kabupaten,” ujar Kepala Desa Sidorekso Arifin, Selasa (8/6/2021).
Menurut dia, banyak warga terpengaruh informasi-informasi yang beredar liar di media sosial dan aplikasi percakapan di ponsel. Warga umumnya berasumsi jika orang sakit dibawa ke rumah sakit pasti akan dicovidkan. Mereka juga tidak mau dites usap karena diyakini hasilnya pasti positif Covid-19. Akhirnya warga memilih tetap di rumah dan menangani sendiri gejala-gejala yang ada, dengan membeli obat-obat di warung. Hal itu memperburuk keadaan.
Sebisa mungkin, Arifin dan jajarannya mengedukasi dengan pendekatan persuasif. ”Kebanyakan sulit diberi tahu, bahkan sampai mengajak berkelahi. Namun, beberapa akhirnya menerima dan menyadari Covid-19 itu ada, tetapi harus merasakan dulu. Mereka yang sudah sadar ya yang sudah terpapar itu,” katanya.
Sementara itu, di Desa Wates, Kecamatan Undaan, Kudus, gejala umum Covid-19, seperti batuk dan demam, banyak dialami warga sekitar dua pekan lalu. Mereka umumnya ketakutan Covid-19 dan diperiksa. Namun, dengan berbagai pendekatan, sebagian warga mau dites. Hingga Senin (7/6/2021), ada sekitar 30 warga terpapar dan satu di antaranya meninggal.
Kepala Desa Wates Abdullah Asoffi menuturkan, sosialisasi dilakukan melalui pengeras suara di masjid dan juga pelibatan pemuka agama. ”Dari puluhan yang positif, alhamdulillah sebagian besar patuh. Memang ada 1-2 orang yang sulit untuk dikasih tahu untuk benar-benar mengisolasi diri karena merasa sehat, bahkan mau kerja. Namun, terus kami ingatkan,” katanya.
Seusai Lebaran
Menurut data Pemerintah Kabupaten Kudus, sebelum Lebaran, kasus aktif tertinggi di Kudus yakni 499 kejadian, tercatat pada 18 Januari 2021. Saat itu, tren kenaikan juga sedang terjadi di daerah lain, baik di Jateng maupun nasional. Kemudian, secara perlahan kasus Covid-19 di Kudus menurun hingga menyentuh titik terendah, yakni 60 kasus aktif pada 11 April 2021.
Sayangnya, penurunan kasus Covid-19, dan dimulainya program vaksinasi, justru membuat warga mengabaikan protokol kesehatan karena situasi dinilai aman. Konsep Jogo Tonggo atau saling menjaga lingkungan sekitar juga mengendur.
Kendati ada larangan mudik dari pemerintah pusat, pergerakan orang di sekitar Kudus serta sejumlah kabupaten di sekitarnya tak terhindarkan. Begitu juga saling kunjung antartetangga hingga halalbihalal di dalam kota yang riskan akan penularan Covid-19 jika protokol kesehatan tak diterapkan.
Begitu pula aktivitas ziarah hingga wisata, termasuk wisata religi, di Kudus dan sekitarnya. Kendati jumlah pengunjung telah dibatasi, pergerakan massa sulit terbendung. Pengawasan agar tidak terjadi kerumunan dan diterapkannya protokol kesehatan tak berjalan optimal.
Dampak dari melonggarnya kedisiplinan masyarakat terasa sepekan setelah Lebaran. Sejumlah kluster keluarga atau rumah tangga di Kudus pun bermunculan. Keterisian tempat tidur ruang isolasi dan ruang perawatan intensif (ICU) terus meningkat. Sementara penderita Covid-19 tanpa gejala isolasi mandiri, tetapi dengan kedisiplinan yang dipertanyakan.
Lonjakan kasus tak berhenti. Apabila sebelumnya hanya 100-150 kasus aktif, pada 20 Mei terdapat 307 kasus aktif di Kudus. Angka pun terus melonjak hingga terdapat 1.764 kasus aktif pada Senin (7/6/2021) atau tertinggi di Jateng. Penambahan kasus positif harian meningkat dari 121 positif kasus per hari pada 24 Mei menjadi 360 kasus positif per hari pada 7 Juni.
Berdasarkan pantauan pada Senin (7/6/2021) di sejumlah sudut kota Kudus, tampak kewaspadaan yang meningkat, terutama dekat pusat kota. Namun, begitu masuk ke permukiman, tidak sulit menemukan warga yang tak mengenakan masker.
Pengawasan, pembatasan, dan prosedur penanganan pun tampak belum ketat. Ketika 23 warga positif Covid-19 tanpa gejala yang hendak dibawa ke Asrama Haji Donohudan, Boyolali, yang hendak diberangkatkan di sekitar Simpang 7 Kudus misalnya. Ada keluarga yang sehat yang masih menunggui hingga sejumlah petugas kemudian mengingatkan untuk menjauh.
Bupati Kudus HM Hartopo mengatakan, pengaruh aktivitas warga saat masa libur Lebaran 2021 menjadi salah satu faktor pemicu peningkatan kasus Covid-19 di Kudus. ”Tradisi Lebaran seperti anjangsana itu kan ada suguhan. Maka kemudian melepas masker, makan bersama, dan mengobrol. Padahal, di situlah potensi penularan,” ujarnya.
Saat ini, menurut dia, tidak ada cara lain selain mengangkut para penderita Covid-19 tanpa gejala ke tempat isolasi terpusat. Sebab, ketidakdisiplinan saat isolasi mandiri berisiko dan hanya akan menambah kasus. Namun, disadarinya, penolakan tak akan bisa dihindari. Upaya utama yang diupayakan yakni secara persuasif.
Adapun tempat isolasi terpusat bagi warga Kudus diarahkan ke Donohudan (Boyolali) dan Kota Semarang yang difasilitasi Pemerintah Provinsi Jateng. Itu didorong karena fasilitas, termasuk sumber daya manusia, kesehatan lebih komplet. Di Kudus ada tempat isolasi terpusat dengan kapasitas sekitar 400 orang. Namun, diakui Hartopo, kendala sarana prasarana dan SDM menjadi kendala.
Terkait perilaku masyarakat, Hartopo menuturkan, edukasi akan terus diperkuat, termasuk perihal pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro. Begitu juga pengawasan dan koordinasi antara desa/kelurahan, kecamatan, hingga Satgas Pemkab Kudus akan terus dipantau agar berjalan optimal.