Mudik lebaran berimbas pada kenaikan kasus Covid19 di beberapa daerah tujuan mudik. Transmisi bukan hanya berasal dari pemudik, tetapi juga mobilitas masyarakat yang berpengaruh pada kenaikan kasus sebelum Lebaran.
Oleh
Puteri Rosalina/Satrio Pangarso Wisanggeni
·5 menit baca
Tradisi mudik Lebaran berdampak pada kenaikan kasus positif Covid-19 di provinsi tujuan mudik. Selain karena tingginya kasus sebelum Lebaran di daerah asal dan tujuan, mobilitas warga juga berpengaruh. Kasus serupa untuk libur panjang ke depan perlu diantisipasi.
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan kasus pada beberapa hari terakhir diyakini imbas dari libur Lebaran 2021. Fenomena ini menginterupsi tren penurunan jumlah kasus Covid-19 yang telah terjadi beberapa bulan terakhir. Evaluasi diperlukan guna memastikan momen libur panjang ke depan tak lagi memicu lonjakan kasus.
Berdasarkan perhitungan Kompas, hingga pekan ketiga pasca-Lebaran, terjadi peningkatan 3.704 kasus (10,1 persen) dibandingkan dengan kasus mingguan sebelum Lebaran. Angka ini diyakini belum menjadi puncak imbas Lebaran. Sebagai perbandingan, puncak kasus pasca-liburan Natal-Tahun Baru terjadi sekitar satu bulan setelah hari terakhir liburan.
Hal ini dinilai telah menginterupsi tren penurunan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia selama Februari-April 2021. Pakar Biostatistik Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, menilai kenaikan kasus pasca- Lebaran 2021 telah mengganggu momentum baik penurunan kasus Covid-19.
Pada pekan pertama Februari, rata-rata kasus harian 11.325 kasus per hari. Pada sepekan sebelum Lebaran, ratarata kasus harian 5.221 kasus. Artinya, ada tren penurunan kasus.
”Indonesia sebetulnya sudah dalam tren baik, turun terus. Setelah momentum mudik ini, jadi naik lagi, tetapi kita belum bisa lihat akan sampai setinggi apa. Kita semua harus pantau satu bulan setelah usainya libur Lebaran ini,” kata Iwan, Jumat (4/6/2021).
Kenaikan kasus dua pekan pasca-Lebaran 2021 cenderung lebih landai ketimbang Lebaran 2020 atau libur Natal dan Tahun Baru lalu. Pasca-Lebaran 2020, terjadi kenaikan kasus positif Covid-19 sebanyak 2.523 kasus (54,1 persen), antara seminggu sebelum Lebaran (tercatat 4667 kasus) berbanding dua pekan setelah Lebaran (7.190 kasus). Adapun libur Natal-Tahun Baru memicu kenaikan kasus harian 67,9 persen.
Berdasarkan hasil analisis Kompas, kenaikan kasus Lebaran 2021 mayoritas terjadi pada provinsi potensi tujuan mudik. Pola kenaikan kasus selama libur Lebaran dipicu beberapa faktor.
Pertama, tingginya kasus Covid-19 di provinsi asal dan tujuan sebelum Lebaran. Kedua, terjadinya lonjakan kasus di provinsi itu sendiri sebelum Lebaran. Ketiga, dinamika mobilitas di dalam provinsi sebelum dan ketika Lebaran.
Imbas mudik
Hingga tiga pekan pasca-Lebaran 2021, tercatat lima provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi. Kasus tertinggi ada di Jawa Tengah yang melonjak 3.444 kasus dari semula 2.658 kasus pada sepekan sebelum Lebaran menjadi 6.102 kasus pada tiga pekan setelah Lebaran. Kemudian diikuti Kepulauan Riau dengan tambahan 974 kasus, NTB 566 kasus, Aceh 681 kasus, dan DI Yogyakarta 334 kasus.
Jateng, menurut data BPS, adalah salah satu provinsi potensi tujuan mudik. Sesama provinsi tujuan mudik adalah Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.
Tercatat di BPS, asal migrannya sebanyak 28 provinsi. Dua di antaranya tercatat mengalami kenaikan kasus sebelum Lebaran, yakni Jabar (bertambah 1.309 kasus) dan Sumatera Barat (bertambah 657 kasus).
Transmisi dari pemudik diyakini menjadi penyebab kenaikan kasus karena sebelum Lebaran tidak ada lonjakan kasus. Kenaikan juga dipengaruhi mobilitas warga Jateng di luar rumah yang meningkat tajam dan semuanya berada di atas rerata nasional.
Dari Laporan Mobilitas Google, terjadi kenaikan angka mobilitas warga Jateng mulai dari pergerakan di obyek wisata yang naik 20,3 persen, pasar 24,5 persen, dan taman 41,3 persen. Angka itu didapat dari selisih rata-rata pergerakan warga mulai H-7 hingga H+14 Lebaran dengan rerata tiga pekan sebelum Lebaran.
Di Jateng, Kudus menjadi kabupaten dengan jumlah kasus paling tinggi. Data Satgas Covid-19 per 30 Mei menyebutkan, kenaikan hingga 3.473 persen, dari 26 kasus sepekan sebelumnya menjadi 929 kasus.
Hingga Minggu (6/6/2021) pukul 12.00, menurut data Pemprov Jateng, terdapat 209.305 kasus positif Covid-19 kumulatif . Ada penambahan 1.109 kasus positif dalam 24 jam terakhir.
Sebagai langkah antisipasi penyebaran kasus, sejumlah penderita Covid-19 tanpa gejala dan gejala ringan di Kabupaten Kudus akan dibawa ke Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, yang selama ini menjadi tempat isolasi terpusat.
Di Jateng, Kudus menjadi kabupaten dengan jumlah kasus paling tinggi. Data Satgas Covid-19 per 30 Mei menyebutkan, kenaikan hingga 3.473 persen
Sementara di Kabupaten Klaten, hingga Sabtu (5/6/2021), Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Klaten melaporkan terjadi penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 107 orang. Angka ini cukup tinggi karena dua hari sebelumnya penambahan kasus harian hanya 25 orang dan 27 orang.
Penambahan kasus didominasi penularan dalam keluarga. Penularan di daerah tersebut berawal dari salah seorang warga yang bepergian ke Kudus.
Lonjakan kasus juga terjadi di Jatim, sesama provinsi tujuan mudik, dengan kenaikan 92 kasus antara sepekan sebelum Lebaran berbanding tiga pekan sesudah Lebaran. Sepekan terakhir ini, kasus Covid-19 melonjak di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Lamongan.
Peningkatan kasus di Bangkalan didominasi kluster tenaga kesehatan. Sementara di Lamongan, ledakan kasus bermula dari warga sakit yang sebelumnya pergi ke Bojonegoro dan Sidoarjo. Satuan Tugas Covid-19 di masing-masing kabupaten menerapkan penguncian (lockdown) terbatas.
Selain pemudik dari luar daerah, pertambahan kasus juga bisa dipicu mobilitas internal. Hal ini terjadi di Aceh. Selama libur Lebaran, mobilitas warga Aceh di lima jenis lokasi mengalami lonjakan dan semuanya berada di atas rata-rata nasional, mulai dari obyek wisata yang naik 16,3 persen, pasar 15 persen, dan taman 33,5 persen.
Selalu berulang
Kenaikan kasus Covid-19 pasca-Lebaran ini menjadi bagian dari fenomena dampak libur panjang di masa pandemi. Semakin lama liburan, angka positifnya semakin tinggi.
Kebijakan pembatasan mobilitas yang diterapkan pemerintah setiap libur panjang tidak sepenuhya efektif. Karyawan swasta, Victor (42), dapat menghindari penyekatan dengan mengatur waktu keberangkatan dan menghindari titik pemeriksaan.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, evaluasi terhadap kebijakan saat libur Lebaran kemarin adalah perlunya diseminasi informasi terkait dengan kebijakan mudik lebih masif dan sedini mungkin. Selain itu, tidak hanya menyentuh kalangan tertentu, tetapi juga ke tingkat akar rumput.
Menurut Wiku, kini pemerintah akan lebih kuat mendorong terbentuknya posko pengawasan di tingkat desa dan kelurahan untuk mengantisipasi fenomena terjadinya lonjakan kasus yang mengikuti momentum liburan. ”Ini mengingat fungsi esensial (posko) adalah untuk mencegah penularan di tingkat komunitas,” ujarnya (BRO/ETA/NCA/DIT/DAN/GIO/XNA)