Kemunculan Beruang Madu di Permukiman Resahkan Warga Agam
Kemunculan makhluk berbulu hitam di permukiman beberapa pekan terakhir meresahkan warga di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kesimpulan sementara dari pihak BKSDA, makhluk itu adalah beruang madu.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kemunculan sesosok makhluk berbulu hitam di permukiman beberapa pekan terakhir meresahkan warga Jorong Palembayan Tangah, Nagari Ampek Koto Palembayan, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Resor Konservasi Wilayah Agam BKSDA Sumbar memasang tiga perangkap kamera untuk memastikan identitas makhluk yang sementara disimpulkan sebagai beruang madu itu.
Kepala RKW Agam BKSDA Sumbar Ade Putra, Minggu (6/6/2021), mengatakan, makhluk berbulu hitam itu terakhir kali dilaporkan muncul dua hari lalu. Laporan serupa juga diterima RKW Agam pada 24 Mei 2021 dan waktu itu disimpulkan sebagai beruang madu (Helarctos malayanus) berdasarkan jejak kaki dan cakarannya.
”Dua hari lalu makhluk itu dilaporkan kembali muncul. Ada saksi mata melihat. Kami lihat ke lapangan memang ada jejak baru beruang madu,” kata Ade, Minggu siang, saat dihubungi dari Padang.
Kemunculan makhluk ini, kata Ade, meresahkan masyarakat, terutama dengan banyaknya isu beredar. Meskipun berdasarkan identifikasi lapangan BKSDA menyimpulkan makhluk itu sebagai beruang madu, sebagian warga mengaitkannya dengan makhluk jadi-jadian ataupun ilmu hitam.
Menurut Ade, dari keterangan lima warga yang mengaku sebagai saksi mata, makhluk tersebut tinggi, berjalan dengan dua kaki, berbulu gelap lebat, dan berbau busuk. Makhluk itu merusak tanaman, seperti cabai, dan pematang sawah yang dilewatinya. ”Beruang memang ada saatnya berdiri dengan dua kaki. Baunya menyengat,” ujarnya.
Ade melanjutkan, untuk memastikan identitas makhluk tersebut, petugas RKW Agam memasang tiga kamera (camera trap) pada Sabtu (5/6/2021) di permukiman dan kebun di Jorong Palembayan Tangah serta Jorong Pasa Palembayan, Nagari Ampek Koto Palembayan. Hasilnya akan diketahui tujuh hari kemudian.
Dijelaskan Ade, lokasi kemunculan makhluk hitam ini berada 1-2 kilometer dari Cagar Alam Maninjau dan sekitar 1,5 kilometer dari kawasan hutan lindung. ”Beruang madu sering melintas di sekitar lokasi ini,” ujarnya.
RKW Agam sudah menyosialisasikan kepada warga agar tidak beraktivitas sendirian di ladang dan sawah, membatasi aktivitas hingga pukul 16.00, dan mengaktifkan kegiatan ronda malam.
Ade menambahkan, RKW Agam sudah menyosialisasikan kepada warga agar tidak beraktivitas sendirian di ladang dan sawah, membatasi aktivitas hingga pukul 16.00, dan mengaktifkan kegiatan ronda malam.
”Ketika bertemu dengan beruang, jangan langsung berlari membelakangi, tetapi berjalan mundur ke tempat yang aman, kemudian melindungi diri dengan alat pengaman, seperti kayu panjang atau parang. Hubungi orang terdekat untuk meminta bantuan. Membuat api juga kami sarankan jika bertemu beruang,” kata Ade.
Secara terpisah, Wali Jorong Palembayan Tangah Khairul Amri mengatakan, jejak makhluk itu terakhir tampak di pematang sawah oleh warga yang hendak menanam padi. Pada Sabtu pekan lalu, warga jorong tetangga, Jorong Pasa Palembayan, juga melihat makhluk itu pada malam hari.
”Warga tersebut pada Sabtu malam pekan lalu sedang memberikan pakan rumput untuk sapinya di kandang. Terlihat olehnya, makhluk hitam setinggi manusia, sekitar 170 sentimeter. Karena takut, warga itu kembali ke rumah,” kata Khairul.
Menurut Khairul, tanda-tanda kemunculan makhluk itu sudah diketahui sejak sebulan lalu, tetapi awalnya tidak digubris karena cuma berupa jejak. Baru sekitar 20 hari lalu, penampakan makhluk itu terlihat oleh warga, yaitu berwarna hitam dan berbau busuk. Sejak saat itu, warga mulai resah.
”Harapan kami bisa diketahui apa wujud makhluk ini sebenarnya sehingga warga tidak resah, tidak jadi bahan pikiran saat bekerja. Kalau ia binatang, bisa dipasang perangkap untuk dipindahkan ke tempat lain,” ujarnya.