Covid-19 di Jateng Kian Melonjak, Kudus Jadi Perhatian Menkes
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus per Jumat (4/6/2021), ada 358 tenaga kesehatan di kabupaten itu yang terkonfirmasi positif dan satu di antaranya meninggal. Bantuan tenaga kesehatan dikirim ke Kudus.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Untuk pertama kalinya sejak Februari 2021, kasus aktif Covid-19 di Jawa Tengah mencapai lebih dari 10.000. Daerah dengan kasus aktif tertinggi adalah Kabupaten Kudus, setelah terjadi lonjakan lebih dari sepekan terakhir. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyiapkan sejumlah langkah dan dukungan untuk kabupaten itu.
Berdasarkan data Corona.jatengprov.go.id, yang dimutakhirkan pada Sabtu (5/6/2021) pukul 12.00 WIB, terdapat 208.510 kasus positif Covid-19 kumulatif dengan rincian 10.424 orang dirawat/isolasi (kasus aktif), 184.8409 orang sembuh, dan 13.246 orang meninggal. Ada penambahan 1.109 kasus positif dalam 24 jam terakhir. Catatan Kompas, ini pertama kalinya kasus aktif di Jateng mencapai 10.000 atau lebih, sejak Februari 2021.
Sementara itu, data Pemkab Kudus yang dimutakhirkan pada Jumat (4/6/2021) pukul 20.00 WIB, terdapat 8.210 kasus positif Covid-19 kumulatif dengan rincian 1.478 orang dirawat/isolasi (kasus aktif), 6.049 orang sembuh, dan 683 orang meninggal. Ada penambahan 474 kasus positif dalam dua hari atau sejak Rabu (2/6).
Dalam beberapa hari terakhir, guna mengatasi penuhnya RS di Kudus, sejumlah pasien Covid-19 dirujuk ke RS di Kota Semarang yang relatif masih mampu menampung para pasien. Sementara menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus per Jumat (4/6), ada 358 tenaga kesehatan di kabupaten itu yang terkonfirmasi positif dan satu di antaranya meninggal.
Kami minta keluarga tenaga kesehatan dijaga, malah kalau bisa tinggal di asrama dulu agar mereka tidak tertular saat pulang.
Pada Sabtu (5/6), Menkes Budi meninjau penanganan Covid-19 di Kudus. Ia memastikan akan menambah tenaga kesehatan, yakni sebanyak 38 dokter setelah berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Juga akan ada bantuan sebanyak 70 perawat. Selain itu, Menkes telah mengirim 50.000 alat tes cepat antigen guna menggencarkan tes.
”3T (testing, tracing, treatment) mesti jalan. Testing 1 per 1.000 penduduk (per minggu) seperti standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) itu kalau positivity rate di bawah 5 persen, tetapi kalau sudah 50 persen, artinya mesti lebih banyak dari itu. Saya pasok 50.000 antigen di Kudus untuk mempercepat deteksi,” ujar Budi seusai bertemu Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Semarang, Sabtu sore, atau setelah tinjauan di Kudus.
Hal penting yang disorot Budi dalam penanganan Covid-19 di Kudus adalah tingginya tekanan pada RS dan tenaga kesehatan di Kudus lantaran pasien terus bertambah. Ia pun meminta agar pasien Covid-19 yang berat untuk segera dikirim ke Semarang. Apalagi, sudah ratusan tenaga kesehatan di Kudus yang terpapar Covid-19.
”Kami minta keluarga tenaga kesehatan dijaga, malah kalau bisa tinggal di asrama dulu agar mereka (keluarga) tidak terular saat pulang. Kami juga bantu (penambahan) tenaga kesehatan. Namun, itu (penanganan) yang kepepet. Yang lebih fundamental, protokol kesehatan, seperti pakai masker dan jangan kerumunan. Tolong Pak Bupati, edukasi ke masyarakatnya lebih sering lagi,” tutur Budi.
Menkes pun meminta agar prosedur standar operasi, seperti isolasi pasien Covid-19 diperketat, jangan sampai ada keluarga yang menunggui pasien Covid-19 tanpa alat pelindung diri lengkap, padahal dirinya sehat. Tempat isolasi terpusat perlu disiapkan. Budi juga sudah mengirim 50.000 vaksin ke Kudus serta daerah penyangganya dan masih akan menambah jatah dosis vaksin.
Tindakan cepat
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, terkait penanganan medis di Kudus sudah terbantu oleh Kemenkes. Adapun secara politis, tugasnya ialah membina. Dalam hal ini, ia meminta Bupati Kudus untuk tidak perlu ragu dalam mangambil tindakan tertentu. Apabila ada kekurangan dalam kompetensi, agar dicari segera sehingga keputusan bisa cepat.
”Saya meminta ke Pak Bupati agar perintahkan semua yang positif tanpa gejala dimasukkan ke tempat isolasi terpusat. Siapkan tempatnya. Kalau tidak ada, saya siapkan di Semarang. TNI-Polri juga siap untuk membantu jemput dan sebagainya,” kata Ganjar.
Terkait penyebab lonjakan kasus di Kudus, Ganjar menuturkan, sejauh ini diketahui akibat transmisi virus secara lokal dan terkait dengan libur Lebaran serta mudik. ”Karena pariwisata cukup banyak sehingga satu saja menyebar bisa menyebabkan kenaikan. Tingginya mobilitas orang ini yang membuat transmisinya juga meningkat,” lanjutnya.
Dihubungi terpisah, Bupati Kudus Hartopo mengemukakan, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) atau mikro zonasi terus diperkuat dalam penanganan penyebaran Covid-19. Sebelumnya, terdapat 42 desa yang zona merah di Kudus, tetapi saat ini tinggal enam desa, terutama di Kecamatan Jati dan Mejobo.
”Dalam mengendalikan Covid-19 ini, kami terus perketat (pergerakan orang), terutama yang sifatnya berkerumun. Destinasi wisata ditutup sementara, resepsi pernikahan dan hajatan ditiadakan (hanya akad nikah), dan rumah makan tidak melayani makan di tempat (hanya boleh pesan antar atau dibawa pulang),” ujar Hartopo.
Ia menambahkan, 3T juga diperkuat. Ada dukungan dari Kemenkes, antara lain tes reaksi berantai polimerase (PCR) mobile untuk meningkatkan tes di Kudus. Adapun pada 5-6 Juni 2021, Pemkab Kudus meminta masyarakat untuk berada di rumah saja, yang tertuang dalam surat edaran.
Sebelumnya, di Kabupaten Jepara, yang bersebelahan dengan Kudus, juga dilakukan penutupan pada seluruh obyek wisata pada 3-14 Juni 2021, seiring meningkatnya kasus Covid-19. Menurut data Corona.jepara.go.id yang dimutakhirkan pada Sabtu (5/6) pukul 05.39, terdapat 990 kasus aktif. Catatan Kompas, pada Minggu (23/5) tercatat hanya 305 kasus aktif di kabupaten itu.