Polisi di Palembang Ditusuk Orang yang Mengaku Teroris
Seorang anggota polisi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Palembang, Brigadir Ridho, diserang oleh MI ketika sedang bertugas di pos jaga di Jalan Basuki Rahmad, Kecamatan Kemuning, Palembang. MI mengaku sebagai teroris.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Seorang anggota polisi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Palembang Brigadir Kepala Ridho Oktonardo terluka akibat ditusuk oleh MI (31) ketika sedang berjaga di Pos Polisi 418 yang terletak di Persimpangan Sekip Ujung, Kecamatan Kemuning, Kota Palembang, Sumatera Selatan. MI mengaku sebagai anggota jaringan terorisme. Hingga saat ini, polisi masih menyelidiki motif penyerangan yang dilakukan pelaku.
Kepala Bagian Humas Polrestabes Palembang Komisaris Besar Abdullah, Jumat (4/6/2021), di Palembang mengatakan, peristiwa ini terjadi sekitar pukul 14.00 WIB. Ketika itu, korban bersama Brigadir Kepala Aprizonda sedang bertugas di pos tersebut. Sebelum penyerangan terjadi, keduanya sempat mendorong sebuah mobil yang mogok. Mobil tersebut mengganggu arus lalu lintas di ruas jalan yang tergolong padat tersebut.
Seusai mendorong kendaraan tersebut, Ridho beristirahat sejenak di pos, sedangkan rekannya pergi ke warung yang tidak jauh dari pos untuk membeli minuman. Saat Ridho sedang duduk sendiri di pos, tidak lama berselang, MI datang ke pos dan bertanya arah ke Jalan Demang Lebar Daun, Palembang.
Ketika Ridho sedang menjawab pertanyaan yang diajukan, lanjut Abdullah, tidak disangka MI langsung mengeluarkan pisau dari balik pinggangnya dan menusuk korban di bagian tangan, leher, dan bahu. Mendapatkan serangan tiba-tiba itu, Ridho langsung bergelut dengan MI untuk mengamankan diri agar tidak diserang lagi. ”Ridho terus membatasi pergerakan pelaku hingga pisau yang ada di genggamannya terlepas,” kata Abdullah.
Kemudian Ridho terus menahan MI sembari berteriak meminta pertolongan. Masyarakat pun langsung datang menolong dan menangkap MI. ”Kebetulan juga ada aparat yang melintas turut mengamankan pelaku,” ucapnya. Bahkan, pelaku sempat ditahan di dalam pos sembari menunggu kedatangan unit Jatanras Polda Sumsel.
Dengan luka di sekujur tubuhnya, Ridho langsung bergegas ke rumah sakit Hermina yang berjarak sekitar 1 kilometer dari pos tempat ia berjaga untuk mendapatkan perawatan.
Korban kemudian dipindahkan ke RS Bhayangkara, Palembang, untuk perawatan lebih lanjut. Kondisi korban dilaporkan cukup stabil. Sementara pelaku diperiksa di Unit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Polda Sumsel.
Selain mengenai kronologis kejadian, pemeriksaan dilakukan terkait pernyataan MI yang mengaku sebagai anggota dari salah satu jaringan terorisme. ”Pelaku sampai saat ini masih terus diperiksa,” ucapnya.
Pelaku sampai saat ini masih terus diperiksa.
Kepala Kepolisian Daerah Sumsel Inspektur Jenderal Eko Indra Heri mengungkapkan, petugas di lapangan terus menyelidiki motif di balik penyerangan ini, termasuk adanya kemungkinan pelaku adalah anggota jaringan terorisme. ”Saya tidak mau menduga-duga. Kami masih terus memeriksa pelaku dan petugas masih mengumpulkan infomasi di lapangan,” ujar Eko.
Sembari pemerikasan terus dilakukan, lanjut Eko, pihaknya memperketat pengamanan, terutama bagi petugas yang sedang berjaga, agar kejadian seperti ini tidak lagi terulang. ”Keamanan bagi aparat yang sedang bertugas merupakan prosedur operasi standar yang harus dilakukan,” ucapnya.
Sosiolog dari Universitas Sumatera Selatan, Saudi Barlian, mengatakan, tindakan pelaku adalah karena niat personal yang tentu tidak mengawakili masyarakat Palembang secara keseluruhan. Terkait status pelaku yang mengaku sebagai teroris, lebih baik dikembalikan kepada aparat penegak hukum yang tentu akan menyelidiki kasus ini lebih dalam.
Jika pengakuan tersebut benar, ujar Saudi, kemungkinan tujuan pelaku melakukan penyerangan tidak akan jauh berbeda dengan pelaku yang melakukan aksi serupa di Mabes Polri beberapa waktu lalu. ”Namun, tetap, kita harus menunggu hasil penyelidikan dari aparat,” ujarnya.
Meski demikian, fenomena ini bisa menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat. Karena itu, warga diimbau tidak panik dan tetap waspada. ”Warga harus lebih bersikap skeptis terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya,” ucap Saudi.
Di samping itu, dibutukan peran dari setiap tokoh masyarakat dan pihak terkait untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada warga agar fenomena seperti ini tidak berkembang dan dapat diredam.