Arief Rohman dan Spirit "Sesarengan Mbangun Blora"
Blora, selama ini mungkin hanya sebatas daerah pelintasan di jalur tengah Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Padahal, wilayah ini menyimpan kekayaan alam dan keragaman budaya. Ini yang coba diangkat oleh Bupati Arief Rohman
Berada di ujung timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora acapkali terlupakan atau mungkin hanya diingat sebagai daerah pelintasan dari barat ke timur Pulau Jawa, pun sebaliknya. Padahal, Blora menyimpan banyak kekayaan dan kekhasan, mulai dari cadangan minyak dan gas di Cepu, kuliner, hingga kearifan lokal komunitas Sedulur Sikep.
Menurut data Badan Pusat Statistik Jateng, pada 2020, tingkat kemiskinan di Blora yakni 11,96 persen, atau pada posisi 24 dari 35 kabupaten/kota jika diurutkan dari yang terkecil. Sementara Indeks Pembangunan Manusia 68,84 atau ketujuh terendah.
Berjarak sekitar 124 kilometer (km) dari Kota Semarang, aksesibilitas selama ini memang menjadi salah satu kendala. Jalur kereta api Jakarta-Semarang-Surabaya sebenarnya melewati Blora, salah satunya Cepu, yang dikenal sebagai salah satu sumber migas. Namun, Cepu pun terpaut sekitar 36 km dari pusat kota Blora.
Perlahan, aksesibilitas mulai terbuka, salah satunya dengan pembangunan Bandara Ngloram di Cepu. Landas pacu sepanjang 1.500 meter sudah siap, tinggal menunggu tuntasnya pembangunan terminal penumpang, yang ditargetkan rampung tahun ini. Sementara Jalan Tol Trans Jawa dapat dimanfaatkan, dengan melalui ruas Cepu-Bojonegoro-Ngawi dan masuk melalui pintu tol di Ngawi (Jawa Timur).
Baca juga: Blora Lestarikan Barongan dan Ajaran Sedulur Sikep sebagai Identitas Lokal
Terkait kebudayaan, Blora kini tengah menggaungkan kembali seni Barongan dan diharapkan semakin lekat dengan daerah tersebut. Seperti halnya Ponorogo dengan reog. Selain itu ada pula kesenian tayub yang dijaga oleh para generasi penerus. Yang menarik, Blora adalah tanah tumpah darah komunitas Sedulur Sikep yang masih memegang teguh ajaran Samin Surosentiko.
Terkait sastra, jangan lupa bahwa Blora merupakan tempat kelahiran salah satu penulis revolusioner Indonesia yang karyanya dikenal berbagai belahan dunia, Pramoedya Ananta Toer. Rumah masa kecil Pram kini berdiri dan ditinggali adiknya, Soesilo Toer.
Baca juga: Pola Kerja Sama Penerbangan ke Bandara Ngloram di Blora Dimatangkan
Potensi-potensi itulah yang coba terus dipanggungkn Bupati Blora 2021-2026 Arief Rohman, yang dilantik pada Jumat (26/2/2021), berpasangan dengan Tri Yuli Setyowati. Kepada Kompas, Arief menceritakan bagaimana ia memrioritaskan infrastruktur dalam lima tahun ke depan, serta upaya merangkul putra-putri daerah yang kini tersebar, untuk "Sesarengan Mbangun Blora".
Berikut petikan wawancara khusus dengan Kompas pada Kamis (27/5/2021) atau lima hari menjelang peringatan Hari Pancasila.
Apa yang menjadi program prioritas di periode kedua kepemimpinan Anda?
Infrastruktur. Harapan masyarakat Blora ialah pembangunan infrastruktur, karena hampir 1.000 kilometer (km) jalan kabupaten rusak. Anggaran infrastruktur akan kami naikkan. Setahun ini Rp 106 miliar, itu pun termasuk dari APBN dan APBD Provinsi. Ke depan, Kami dorong untuk bisa naik lima kali lipat.
Kami juga berharap perjuangan dana bagi hasil (sektor migas) membuahkan hasil. Juga dukungan dari pusat dan provinsi. Untuk APBD kabupaten, saya sedang menyisir anggaran. Jadi, yang belum perlu, akan kami alihkan untuk infrastruktur dulu. Sebab, kuncinya pada infrastruktur. Kalau infrastruktur baik, kami yakin pertumbuhan ekonomi pun akan baik, karena transportasi akan lancar. Seperti yang dilakukan Pak (Presiden) Jokowi.
Harapan masyarakat Blora ialah pembangunan infrastruktur, karena hampir 1.000 kilometer (km) jalan kabupaten rusak. Anggaran infrastruktur akan kami naikkan. (Arief Rohman)
Hanya jalan kabupaten?
Jalan kabupaten dan provinsi. Maka, saya minta tolong kepada Pemprov Jateng agar segera diperbaiki ruas-ruas utama yang rusak berat. Kalau jalan nasional dari arah Rembang-Blora-Cepu sudah bagus. Sementara yang provinsi (rusak) Cepu-Randublatung. Kemudian Blora-Kunduran hingga perbatasan Grobogan. Juga, Ngawen-Japah-Todanan hingga perbatasan Pati. Jadi, tiga ruas provinsi itu yang kami harapkan dibantu Pak Gubernur untuk bisa dibangun.
Bagaimana progres pembangunan Bandara Ngloram?
Sebetulnya, secara teknis, walau terminal belum jadi, secara fisik sudah siap didarati dan terminal darurat pun siap.
Seberapa penting peran Bandara Ngloram?
Melalui penerbangan ini, kami berupaya membuka akses menuju Blora. Apalagi terkait pariwisata, aksesibilitas itu penting. Kalau dibuka penerbangan dari Halim Perdanakusuma (Jakarta), pasti akan ada pelaku-pelaku migas, pariwisata, dan sektor lain yang ingin datang ke Blora.
Dampaknya nanti akan seperti apa?
Ini akan membuka peluang kami. Blora ini penghasil migas, tetapi pertumbuhan ekonomi minus. Tingkat kemiskinan juga sedang naik. Kami harap transportasi udara akan mendukung pertumbuhan, karena bagaimanapun, akan memicu sektor lain. Saat ini, hunian hotel juga sangat rendah (akibat pandemi Covid-19). Pandemi pun diharapkan lambat laun reda. Jadi, kami harap Ngloram bisa segera dimanfaatkan. Bandara Ngloram akan sangat mendongkrak perekonomian di Blora.
Bagaimana dengan sarana-sarana pendukung lainnya?
Dibangun bertahap. Akses kereta api, termasuk intermoda (bandara hanya berjarak 1,5 km dari Stasiun Kapuan). Selain itu, juga (bus) DAMRI, kami upayakan kerja sama. Jadi, ada feeder (angkutan pengumpan) menuju bandara.
Mengenai layanan penerbangan, sudah ada pembahasan dengan maskapai Citilink. Sejauh ini bagaimana progresnya?
Sudah rapat pembahasan. Kemarin masih membicarakan soal subsidi. Jadi, Citilink berharap ada subsidi (dari Pemda). Namun, ini terkait kemampuan anggaran. Kalau subsidi, perlu ada mekanisme perubahan anggaran. Harus pembahasan dulu dan paling cepat Oktober 2021.
Jadi, kami berharap pada Menteri Perhubungan, tolong diberi akses, yakni ada penugasan, entah Citilink atau maskapai lain, untuk bisa mendaratkan pesawat di Ngloram, tanpa subsidi. Secara pasar, sebenarnya (Ngloram) potensial, karena posisinya di tengah-tengah. Ke daerah-daerah lain dekat, seperti Bojonegoro, Ngawi, Tuban, Rembang, dan lainnya.
Baca juga : Brem Kelor Siap Ekspor ke Afrika Selatan
Masih dalam suasana Hari Pancasila. Bagaimana kerukunan antarumat beragama maupun penghayat kepercayaan di Blora?
Blora terkenal sebagai kabupaten yang plural, terdiri dari berbagai suku, agama, termasuk aliran kepercayaan. Jadi, di sini sangat beragam. Di Blora ada FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragam) dan pada setiap momen-momen keagamaan kami bisa menjaga. Saat ada Misa di gereja misalnya, teman-teman Banser turut membantu mengamankan. Dan ini sudah mengarah ke anak-anak mudanya, melalui Forum Lintas Agama.
Apa saja kegiatannya?
Ada pertemuan rutin membahas berbagai isu, persoalan, bahkan mengarah ke pemberdayaan. Selain itu, juga pada kegiatan sosial yang kemanfaatannya dirasakan langsung oleh masyarakat. Di Blora sangat kondusif dan toleran. Kami sebagai kader Gusdurian yang cinta pluralisme, tentu sangat mendukung hal itu.
Kebebasan bagi para Sedulur Sikep seperti apa?
Yang jelas, kami beri kebebasan. Kami tidak memaksakan. Mereka hidup rukun dengan warga sekitar yang menganut agama- agama yang diakui pemerintah. Di sekitar tempat tinggal mereka juga ada masjid. Sementara mereka memiliki tata cara sendiri. Kami hargai mereka.
Itu menjadi potensi wisata budaya di Blora?
Ya, dan kami tata. Kampung Samin ini menjadi kekhasan. Ada dua yang sudah fokus, salah satunya di Sambongrejo. Di sana terbuka sekali, serta ada kegiatan membatik, beternak, membuat kerajiinan, dan lainnya. Ada atraksi juga. Kami mendukung. Termasuk makanan lokal di Kampung Samin enak sekali. Ini akan kami lindungi dan jaga. ini akan menambah khazanah keberagaman dan kebudayaan.
Baca juga : Sedulur Sikep: Keadilan Belum Menyasar Rakyat Kecil
Termasuk memperkenalkan nilai-nilai ajaran Sedulur Sikep?
Ya, tentu. Ada beberapa yang datang ke sini untuk studi banding, untuk mengetahui ajaran Samin itu seperti apa. Ternyata mulia sekali. Falsafah ini bisa disosialisasikan serta dijadikan contoh.
Anda tampak aktif berkunjung atau membangun kerja sama hingga ke Jakarta?
Blora memiliki semangat perubahan yang luar biasa. Oleh karena itu, membangun Blora tidak bisa sendiri. Tagline kami kan "Sesarengan Mbangun Blora". Kami mellibatkan berbagai pemangku kepentingan, pemerintah pusat, diaspora, orang-orang Blora yang sukses di Jakarta. Kami ajak bersama-sama membangun Blora, agar lebih maju dari kondisi saat ini.
Kerja sama apa yang terjalin?
Salah satunya terkait potensi peternakan sapi. Nanti akan ada rapat dengan BUMD DKI Jakarta. Kami jajaki potensi itu. Juga pada sektor pangan, serta pariwisata. Beberapa waktu lalu kami bertemu Menteri Pariwisata untuk lobi (pengembangan pariwisata di Blora).