Potensi zakat di Indonesia sangat besar, mencapai Rp 233,8 triliun, tetapi realisasi yang sudah dihimpun baru 3,5 persen.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BATU, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan, dalam kondisi perekonomian yang sedang turun akibat pandemi, peran zakat menjadi salah satu alat untuk menahan penurunan daya beli masyarakat. Peran tersebut seiring dengan berbagai program bantuan sosial yang dikucurkan oleh pemerintah selama pandemi.
Hal itu dikatakan Wakil Presiden (Wapres) saat memberikan pidato kunci secara virtual pada Musyawarah Nasional Ke-9 Forum Zakat di Kota Batu, Jawa Timur, Kamis (3/6/2021). Dengan tema ”Menguatkan Komitmen Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat”, munas yang berlangsung 3-4 Juni ini diikuti 130 pimpinan anggota Forum Zakat dari seluruh Indonesia.
Menurut Wapres, Indonesia dengan keunggulan jumlah pendudukan Muslim terbesar di dunia punya potensi zakat besar. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menyebutkan, tahun 2019 potensi zakat di Indonesia mencapai Rp 233,8 triliun, tetapi realisasi yang berhasil dihimpun baru mencapai 3,5 persen.
”Selain jumlah penduduk, berdasarkan data tahun World Giving Index, Indonesia merupakan salah satu negara paling dermawan di dunia. Hal ini menandakan tingkat kepedulian masyarakat Indonesia terhadap sesama cukup tinggi,” ujarnya.
Menurut Wapres, pengelolaan zakat, mulai dari menghimpun sampai mendistribusikan, dilakukan oleh lembaga pengelola zakat. Saat ini masih terdapat potensi dan ruang yang luas untuk menghimpunnya.
Wapres Amin pun mengingatkan, ada tiga tantangan yang dihadapi lembaga amil zakat ke depan, yakni kemampuan untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan program pemerintah—terutama terkait isu program pengentasan kemiskinan dan kesenjangan sosial—terlebih lagi dalam pemulihan ekonomi sebagai dampak pandemi.
Selain jumlah penduduk, berdasarkan data tahun World Giving Index, Indonesia merupakan salah satu negara paling dermawan di dunia.
Kedua, pengelolaan zakat yang akuntabel dan tepat sasaran serta memperhatikan standardisasi pengelolaan zakat secara global. Ketiga, pemberdayaan zakat terhadap mustahik (penerima) sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup si penerima.
Pandemi yang sudah berlangsung lebih dari setahun, menurut Wapres, dampaknya bukan saja pada penurunan kesehatan dan keselamatan jiwa, melainkan juga pada penurunan kesejahteraan dan bertambahnya angka kemiskinan. Selama pandemi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat terpukul dan mengalami kontraksi minus 5,32 persen pada 2020 dan di awal 2021 tren perbaikan ekonomi semakin meningkat walaupun masih bernilai minus 0,74 persen.
Pandemi juga menyebabkan peningkatan angka kemiskinan nasional dari 9,78 persen pada Maret 2020 menjadi 10,19 persen pada September 2020. Peningkatan kemiskinan bersifat multidimensi yang penanganannya membutuhkan waktu dan peran dari berbagai pihak.
Munas Ke-9 Forum Zakat diharapkan bisa menjadi momentum untuk membicarakan arah gerakan zakat ke depan, yakni melalui penguatan komitmen kolaborasi pemberdayaan masyarakat. Forum Zakat merupakan organisasi pengelola zakat se-Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 1997 dan memiliki 166 organisasi pengelola zakat (OPZ).
Ketua Umum Forum Zakat Bambang Suherman mengatakan, perlu kolaborasi dan integrasi program antarberbagai pihak, salah satunya kolaborasi antarpegiat (lembaga) zakat dengan negara.
Menurut Bambang, ke depan model kolaborasi akan dikembangkan. Isu yang akan dibangun bukan lagi sekadar target-target penghimpunan potensi zakat, melainkan juga bagaimana mengaplikasikan zakat dalam bentuk program-program yang bermanfaat bagi masyarakat.
Karena Indonesia luas, dibutuhkan banyak pihak untuk terlibat. Dengan demikian, pola intervensi program akan dikembangkan dalam format yang lebih tematik, misalnya konsorsium program pemberdayaan berbasis desa, konsorsium program pengelolaan nelayan pesisir, serta konsorsium pemberdayaan petani.
”Ini sudah mulai dibangun berdasarkan sebaran wilayah dan keberadaan lembaga zakat di Indonesia. Nah, ini insyaallah kita targetkan akan menguatkan kampanye-kampanye komunikasi zakat kita, terutama untuk meyakinkan masyarakat bahwa zakat itu bermanfaat sehingga ajakan untuk mengeluarkan zakat menjadi lebih masif,” tuturnya.
Selama pandemi, sebagai gambaran, Forum Zakat berhasil menghimpun Rp 567 miliar dari OPZ. Dana ini disalurkan, salah satunya, untuk membantu penanganan Covid-19, mulai dari pembelian masker hingga penanganan ambulans dan mobil jenazah.
Wakil Ketua Umum Baznas Mukhammad Mahdum mengatakan, apa yang telah dihasilkan oleh gerakan zakat sejak 1997 sampai sekarang cukup luar biasa. Berapa banyak zakat sudah diraih, pada akhirnya orang juga bertanya apa dampaknya buat masyarakat.
Pada kesempatan ini, Mahdum juga mengingatkan Forum Zakat untuk siap dengan perubahan zaman dan disrupsi. ”Hari ini zakat-zakat konvensional agak turun, tetapi zakat digital naik. Sama, kira-kira ke depan cara-cara apa sehingga masyarakat tertarik untuk berkolaborasi (dalam menangani kemiskinan),” ucapnya.
Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara dan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Erick Thohir menyampaikan, pemanfaatan teknologi digital dan sinergi antarsesama anggota Forum Zakat dan MES perlu terus didorong, khususnya untuk mengedukasi soal zakat, infak, dan sodaqoh, dan wakaf (ziswaf) berikut pembayarannya.
Di sektor wakaf, Erick mencontohkan, kolaborasi Badan Wakaf Indonesia dan MES dalam kampanye dan simulasi wakaf secara virtual kemarin berhasil baik. Sinergi ini perlu didorong dan ditingkatkan sehingga ekosistem ziswaf dapat terakomodasi dan terjaga dengan baik.
”Di sisi lain, keberlangsungan dari organisasi pengelola zakat, khususnya yang belum memiliki standar tata kelola yang baik, perlu menjadi perhatian. Agar bisa mensiarkan dan menghimpun zakat sebagai ibadah fundamental bagi umat Islam,” kata Erick secara virtual.