Bandara di Purbalingga Dekatkan Potensi Daerah hingga Hemat Perjalanan Dinas
Penumpang pesawat udara di Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman, Purbalingga, antusias dengan dibukanya layanan penerbangan karena menghemat waktu. Diharapkan ekonomi daerah sekitar kian terungkit.
Oleh
megandika wicaksono
·2 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS —Bandar Udara Jenderal Soedirman di Purbalingga, Jawa Tengah, bakal mendekatkan beragam potensi di Jawa Tengah selatan dengan masyarakat dari daerah-daerah lainnya. Keberadaannya juga berpotensi menghemat pengeluaran untuk biaya dinas pemerintah daerah.
Hal itu dikatakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Purbalingga, Kamis (3/6/2021). Sembari mengenakan baju lurik tradisional Jawa, ia ikut menyambut penumpang di bandara yang resmi beroperasi pada Juni 2021.
Ganjar mengatakan, ada banyak hal yang bisa dikembangkan lewat keberadaan bandara ini. Dia mencontohkan potensi wisata olahraga. ”Orang Jakarta bisa diberi paket-paket. Siapa mau maraton, sepeda, siapa mau arung jeram. Jadi di sini punya potensi yang banyak dan bisa bekerja sama dengan Citilink serta UMKM setempat,” tutur Ganjar.
Penerbangan komersial di bandara ini baru dilayani maskapai Citilink dengan jenis pesawat ATR-72. Dari Purbalingga, pesawat itu terbang menuju Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Kembali ke Purbalingga, pesawat terbang lagi ke Surabaya. Dalam seminggu, penerbangan dilakukan Kamis dan Sabtu. Selama pandemi, kuota penumpang pesawat hanya 60 kursi dari kapasitas 70 kursi.
Tiket pesawat menuju Jakarta sekitar Rp 500.000, sedangkan bus Rp 110.000. Tapi, bila menggunakan bus butuh waktu 9 jam untuk sampai Jakarta. Pesawat ini sekitar 1 jam saja.
Sejauh ini, sejumlah penumpang menyambut baik keberadaan bandara ini. Isa Abdilah (32), warga Banjarnegara yang hendak terbang menuju Halim Perdanakusuma, mengatakan, biaya perjalanan menuju Jakarta memang lebih tinggi dibandingkan menggunakan bus. Namun, jarak tempuhnya jauh lebih singkat.
”Tiket pesawat menuju Jakarta sekitar Rp 500.000, sedangkan bus Rp 110.000. Tapi, bila menggunakan bus butuh waktu 9 jam untuk sampai Jakarta. Pesawat ini sekitar 1 jam saja,” katanya.
Ke depan, Isa berharap, fasilitas bandara dilengkapi angkutan umum yang terintegrasi antarkabupaten di sekitarnya. Tujuannya, memudahkan mobilitas penumpang. ”Tadi saya dari Banjarnegara diantar tetangga yang punya mobil, bayarnya Rp 150.000. Kalau bisa ada bus yang masuk bandara ini bakal lebih baik,” ujar Isa.
Aditya (35), perantau Purbalingga di Surabaya, gembira dengan keberadaan bandara ini. ”Perjalanan jadi cepat, senang sekali Purbalingga punya bandara. Tadi penerbangan lancar dan cuaca baik. anak yang masih bayi juga tidak rewel,” kata Aditya (35).
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Banyumas Didi Rudwianto yakin keberadaan bandara bisa menghemat waktu dan biaya perjalanan dinas. Ia mencontohkan, apabila ada perjalanan dinas ke Jakarta, kemungkinan besar tidak harus menginap 1-2 hari di hotel karena bisa langsung pulang setelah acara usai.