Tingkat Kematian Pasien Covid-19 di Riau Mengkhawatirkan
Tingkat kematian pasien Covid-19 di tiga kabupaten di Riau mencapai lebih dari 4 persen. Hal itu disebabkan timpangnya layanan kesehatan antara kota dan kabupaten di provinsi itu.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Tingkat kematian pasien Covid-19 di tiga kabupaten di Provinsi Riau mencapai lebih dari 4 persen. Lonjakan kasus selama Mei dan ketimpangan layanan kesehatan antara kota dan kabupaten menjadi penyebab meningkatnya risiko kematian akibat Covid-19 di provinsi itu.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 Riau Indra Yovi, Jumat (28/5/2021), mengatakan, ada tiga kabupaten dengan tingkat kematian melebihi rata-rata provinsi 2,61 persen. Tiga kabupaten yang dimaksud adalah Indragiri Hilir (4,72 persen), Rokan Hulu (4,71 persen), dan Kampar (4,12 persen).
Data pada 27 Mei menunjukkan, jumlah kumulatif pasien positif Covid-19 di Indragiri Hilir sebanyak 1.459 orang. Adapun jumlah kematian 69 orang. Hal itu membuat kabupaten tersebut menjadi daerah dengan tingkat kematian tertinggi (4,72 persen) di antara 12 kabupaten/kota lain di Riau.
Peningkatan risiko kematian di tiga kabupaten itu terjadi bersamaan dengan lonjakan temuan kasus baru di Riau. Selama Mei, hampir setiap hari Riau menempati posisi tiga teratas sebagai provinsi dengan kasus baru terbanyak di Indonesia.
Lonjakan tertinggi di Riau terjadi pada 27 Mei dengan jumlah kasus baru 811 orang. Hal itu membuat jumlah kumulatif pasien Covid-19 di Riau menjadi 57.701 orang. Menurut Indra, yang kini terjadi di Riau adalah dampak mudik Lebaran 2021 dan menurunnya penegakan disiplin kesehatan.
Meski demikian, menurut Indra, peningkatan jumlah pasien positif di Riau bukanlah hal yang paling mengkhawatirkan. Bisa jadi peningkatan temuan kasus baru justru merupakan indikasi dari hasil pelacakan kontak yang maksimal di provinsi tersebut.
”Namun, yang paling kami khawatirkan adalah bila peningkatan jumlah pasien positif ternyata juga diikuti oleh peningkatan jumlah kematian seperti yang terjadi di beberapa kabupaten belakangan ini,” kata Indra.
Beberapa waktu lalu, Satgas Penanggulangan Covid-19 Riau mengumpulkan dokter dari 38 rumah sakit yang selama ini ditunjuk menangani Covid-19 di provinsi itu. Dalam pertemuan tersebut terungkap banyak rumah sakit kekurangan obat-obatan dalam perawatan pasien Covid-19.
”Di beberapa kabupaten yang letaknya jauh dari pusat provinsi, obat-obatan, seperti Actemra dan Remdesivir, sulit didapat. Distributornya memang sudah tidak punya stok lagi karena obat-obatan itu sudah habis dipesan (rumah sakit-rumah sakit) di Pulau Jawa,” ujar Indra.
Persoalan obat-obatan dan ketimpangan fasilitas rumah sakit akhirnya mengakibatkan penumpukan pasien Covid-19 di ibu kota provinsi, Pekanbaru. Menurut Indra, tingkat keterisian sejumlah rumah sakit di Pekanbaru kini mencapai 68 persen. Angka itu lebih tinggi dari rata-rata provinsi, yakni 61 persen.
Melalui pernyataan tertulis, Gubernur Riau Syamsuar meminta para pimpinan rumah sakit di kabupaten bergerak cepat dengan tidak menunggu pasien semakin parah baru dirujuk ke Pekanbaru. Dengan demikian, pasien diharapkan dapat tertangani dengan lebih baik sehingga risiko kematian bisa dihindari.
Sementara itu, Indra menambahkan, lonjakan kasus positif disertai bertambahnya kematian pasien menyadarkan Pemprov Kepri bahwa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat berbasis mikro (PPKM) tidak lagi efektif. Sore ini, Satgas Penanggulangan Covid-19 Riau menggelar rapat untuk mempertimbangkan opsi memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).