Luapan Sungai Lakitan di Sumatera Selatan Merendam Ratusan Rumah
Banjir hingga setinggi 1,5 meter merendam ratusan rumah di dua kecamatan di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Kamis (27/5/2021). Banjir disebabkan meluapnya Sungai Lakitan akibat curah hujan tinggi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
RUPIT, KOMPAS — Luapan Sungai Lakitan merendam ratusan rumah di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Kamis (27/5/2021). Meski kini sebagian Sumatera Selatan sudah memasuki kemarau, masih ada beberapa daerah yang rawan diguyur hujan deras dan memicu banjir.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori, Kamis (27/5/2021), mengatakan, banjir merendam ratusan rumah di Kecamatan Selangit dan Kecamatan STL Ulu Terawas. Keduanya berada di Daerah Aliran Sungai Lakitan.
Di Selangit ada empat desa yang terdampak. Di Desa Batu Gane, banjir merendam tujuh rumah, kantor desa, pusat kesehatan desa, dan tempat pendidikan anak usia dini. Di samping itu, banjir juga merendam 120 rumah di Desa Muara Nilau, Desa Prabu Menang (60 rumah), dan Desa Taba Gindo (60 rumah).
”Tidak hanya rumah, tempat ibadah dan sekolah juga terendam. Walau banjir tergolong cukup luas, tidak menimbulkan korban jiwa,” ucap Ansori.
Pada Kamis sore, banjir sudah mulai surut. Warga pun kembali ke desa dan membersihkan rumah mereka masing-masing. ”Mereka juga bergotong royong membersihkan fasilitas umum yang sempat terendam,” ujarnya.
Akan tetapi, ketinggian banjir masih mencapai 1,5 meter di Desa Pasenan, Kecamatan STL Ulu Terawas. Petugas dari berbagai instansi masih berupaya mengevakuasi warga yang terjebak banjir dengan perahu karet. ”Sampai saat ini proses evakuasi masih berlangsung,” katanya.
Banjir besar di Sumsel tidak hanya terjadi kali ini saja. Satu minggu lalu, banjir juga merendam empat desa di Kecamatan Baturaja Timur dan Kecamatan Lubuk Batang. ”Banjir merendam ratusan rumah, juga sempat memutus sejumlah akses,” ucapnya.
Ke depan, Ansori meminta warga tetap waspada. Potensi banjir masih tetap ada. Saat ini, Sumsel mengalami cuaca ekstrem akibat peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan.
Kepala Stasiun Meteorologi Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Desindra Deddy Kurniawan menuturkan, di masa peralihan ini, potensi cuaca ekstrem berupa hujan deras dan angin kencang sangat mungkin terjadi.
Masih ada beberapa daerah yang mengalami curah hujan dengan intensitas menengah, 100 milimeter-150 milimeter per dasarian. Beberapa daerah yang mengalami curah hujan intensitas menengah itu adalah Empat Lawang, Pagar Alam, dan Ogan Komering Ulu