Warga Banjarmasin Antusias Ikuti Shalat Gerhana Bulan
Gerhana bulan total di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tidak tampak jelas karena langit diselimuti mendung. Warga lebih banyak mengikuti shalat gerhana bulan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·2 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Gerhana bulan total pada malam Waisak, Rabu (26/5/2021), di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tidak terlihat jelas secara kasatmata akibat mendung. Warga Banjarmasin lebih banyak mengikuti shalat gerhana bulan daripada mengamati fenomena tersebut.
Warga berbondong-bondong mendatangi Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Kota Banjarmasin untuk mengikuti shalat gerhana bulan pada Rabu petang. Shalat gerhana bulan dilaksanakan setelah shalat Maghrib.
Jemaah memenuhi pelataran dalam dan luar masjid terbesar di Kota Banjarmasin itu. Saat jemaah menunaikan shalat gerhana bulan, monitor yang dipasang di sejumlah pilar Masjid Raya Sabilal Muhtadin menampilkan video gerhana bulan. Jemaah mengikuti shalat dengan khusyuk.
Ahmad Mulkani selaku khatib dalam shalat gerhana bulan di Masjid Raya Sabilal Muhtadin dalam khotbahnya mengingatkan jemaah untuk tidak mengagungkan matahari dan mendewakan bulan. Sebab, baik matahari maupun bulan sesungguhnya adalah tanda-tanda kebesaran Allah.
”Sebelum Allah mengutus rasul-Nya, banyak manusia yang mengagungkan matahari dan mendewakan bulan sehingga ada yang menyembah matahari dan bulan. Karena itu, Allah menjadikan matahari terkena gerhana dan bulan juga terkena gerhana. Itu untuk menunjukkan kepada manusia bahwa yang diagungkan itu di bawah kekuasaan yang lain, yaitu kekuasaan Allah,” katanya.
Saat terjadi gerhana, lanjut Mulkani, umat Islam diperintahkan untuk mandi dan shalat supaya terang kembali bulan dan matahari tersebut.
”Allah berfirman, jangan kalian sujud menyembah kepada matahari atau menyembah kepada bulan, tetapi sembahlah Allah yang menciptakannya. Apa pun yang besar di muka bumi ini tidak lebih besar dari Allah,” ujarnya.
Shalat gerhana bulan di Masjid Raya Sabilal Muhtadin berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan. Jemaah harus menjaga jarak dan mengenakan masker selama mengikuti shalat. Seusai shalat gerhana bulan langsung dilanjutkan dengan shalat Isya.
Di luar kompleks Masjid Raya Sabilal Muhtadin tidak ada acara pengamatan gerhana bulan. Di taman tepian Sungai Martapura, tepat di depan masjid raya, misalnya, hanya ada beberapa orang yang bersantai. Beberapa fotografer tampak mencoba mengabadikan fenomena alam tersebut.
”Kami ke sini cuma ingin berfoto saja, tidak tahu kalau ada gerhana bulan,” ujar salah seorang dari empat pemuda yang asyik memotret dengan gawainya.