Kerusakan bangunan di Kabupaten Malang yang diakibatkan oleh gempa Blitar terus bertambah. Namun, kerusakan didominasi oleh kerusakan ringan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Data kerusakan bangunan di Kabupaten Malang akibat gempa Blitar pada 21 Mei lalu terus bertambah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang menyatakan ada 404 unit rumah dan 20 unit fasilitas umum rusak. Namun, sebagian besar rusak dengan kategori ringan.
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Sadono Irawan, Senin (24/4/2021), mengatakan, dari 404 unit rumah yang rusak, sebanyak 14 unit rusak berat, 83 rusak sedang, dan 307 rusak ringan. Ada 16 dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang yang terdampak gempa kali ini.
Dari data yang masuk, sebagian merupakan kerusakan baru, tetapi sebagian lainnya merupakan kerusakan lama (dampak gempa M 6,1 10 April atau gempa Malang) yang bertambah parah akibat guncangan Jumat malam lalu. ”Untuk fasilitas umum yang rusak ada tempat ibadah 4 unit, fasilitas kesehatan 14 unit, dan 2 fasilitas umum lainnya,” ujarnya.
Menurut Sadono, proses pendataan masih terus berlangsung. Data kerusakan baru ini tetap akan masuk usulan ke pusat untuk mendapat bantuan stimulan. Sebelumnya, warga korban terdampak gempa Malang akan mendapat bantuan stimulan senilai Rp 50 juta untuk rusak berat, Rp 25 juta untuk kerusakan sedang, dan Rp 10 juta untuk rusak ringan.
Pemerintah Kabupaten Malang tidak menetapkan status tanggap darurat melainkan transisi darurat ke pemulihan. Sebelumya, Pemkab Malang telah menetapkan tanggap darurat akibat gempa Malang 10 sampai 24 April yang kemudian diperpanjang sampai 7 Mei dengan sejumlah pertimbangan, salah satunya proses pemenuhan kebutuhan dasar kala itu masih terus berjalan.
Bantuan dari donator masih terus berdatangan meski gempa Malang telah berlangsung 1,5 bulan. Bantuan tidak saja aneka kebutuhan pokok, tetapi juga bahan dan material untuk perbaikan rumah dan hunian sementara. ”Kalau bantuan kebutuhan pokok sudah tidak ada masalah,” kata Sadono.
Ketua RT 004 RW 004, Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Sugeng Isdianto, mengatakan, ada tiga rumah warga di wilayahnya yang terpaksa dirobohkan karena kondisinya sudah mengkhawatirkan. Sebelumnya, rumah tersebut telah rusak oleh gempa Malang, tetapi pemiliknya ingin agar rumah itu dipertahankan.
”Gempa tiga hari lalu menyebabkan beberapa rumah rusak, terus dirobohkan sekalian. Tadinya, tidak dibongkar dengan alasan menghemat biaya. Tetapi, ternyata rusak lagi oleh gempa Blitar jadi, ya, dirobohkan sekalian,” katanya.
Selain ada rumah yang dirobohkan, menurut Sugeng bantuan dari donator untuk pembangunan rumah sementara masih mengalir. Senin pagi datang bantuan dari donatur di Pasuruan untuk pembangunan 13 unit rumah (9 unit di RT 004 dan 4 unit di RT 003) berbahan batako dengan ukuran 4 meter x 6 meter.
”Kalau pendataan yang baru (dampak gempa Blitar) belum, tetapi tadi pagi camat ke sini karena ada bantuan dari Bu Ningsih (Pasuruan) untuk pembangunan rumah sementara. Kalau tiga rumah yang baru dirobohkan penghuninya masih menumpang di rumah tetangga,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan data BPBD Jawa Timur, kerusakan akibat gempa Blitar tidak hanya terjadi di Kabupaten Malang, tetapi juga wilayah lain, di antaranya Kabupaten Blitar ada 344 unit (rumah rusak ringan-berat), Lumajang 85 unit, dan Pasuruan 52 unit. Untuk wilayah lain, seperti Kota Blitar, Kota Malang, Jember kerusakannya kurang dari 4 unit.
Total kerusakan bangunan di Jawa Timur untuk rumah rusak berat 52 unit, rusak ringan 688 unit, dan rusak sedang 209 unit. Selain itu juga ada kerusakan fasilitas umum sebanyak 52 unit.
”Berbeda dengan gempa Malang, dampak gempa Blitar sebagian besar kerusakannya ringan,” kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Provinsi Jawa Timur Satrio Nurseno, yang dihubungi secara terpisah di Surabaya.
Menurut Satrio pihaknya juga membangun sekolah darurat dari tenda di Desa Sumbertangkil, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang. Pembangunan sekolah darurat ini dilakukan karena menurut informasi guru dan siswa di tempat itu tidak berani beraktivitas di sekolah.
”Sekolah rusak, sedangkan hari Senin ini ada ujian,” katanya. Sebelumnya, BPBD Jawa Timur juga telah menyalurkan sejumlah bantuan kebutuhan pokok ke daerah terdampak.