Sentra Pengolahan Beras Terpadu di Kebumen Wujud Kolaborasi Antarsektor
Sentra Pengolahan Beras Terpadu diresmikan di Kebumen. Sentra pengolahan beras ini wujud kolaborasi antarpihak dari pusat hingga daerah untuk mendukung kesejahteraan petani.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
KEBUMEN, KOMPAS — Sentra Pengolahan Beras Terpadu atau SPBT hasil kolaborasi petani; Kementerian BUMN; Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UMKM, Pemerintah Kabupaten Kebumen, serta Bank Mandiri dan PT Pertamina diresmikan di Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (23/5/2021). Infrastruktur tersebut diharapkan meningkatkan kualitas beras petani.
”Kapan lagi diresmikan tiga menteri. Mahal ini. Jarang-jarang Mendag, Menteri UMKM, dan BUMN bekerja sama,” kata Menteri BUMN Erick Thohir saat penandatanganan prasasti peresmian SPBT di Kebumen, Minggu.
Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki menyampaikan, SPBT ini jadi contoh badan usaha milik negara dan milik rakyat. ”(Ini) badan usaha milik negara sekaligus badan usaha milik rakyat,” kata dia.
Bupati Kebumen Arif Sugiyanto menyampaikan, pembangunan SPBT ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani. SPBT tersebut diyakini dapat meningkatkan harga dan mutu jual gabah yang dihasilkan petani.
Pembangunan SPBT tersebut adalah bantuan dari Bank Mandiri dan PT Pertamina hasil usulan dari Pemkab Kebumen. SPBT dibangun di atas lahan seluas empat hektar di Kecamatan Kutowinangun dan mampu memproduksi tiga ton beras per jam.
Anggaran pembuatan sentra pengolahan ini mencapai Rp 12 miliar. Dari pantauan Kompas, proses penggilingan dimulai dari memasukkan gabah ke dalam mesin. Selanjutnya, terdapat sejumlah tahapan seperti penggilingan, penyortiran atau pengayakan, oven atau pengeringan, hingga pengemasan.
Alat penggilingan beras atau Rice Milling Unit yang dibuat dan diproduksi PT Mitra Maharta dari Madiun, Jawa Timur, itu nilainya mencapai Rp 5 miliar. Mesin tersebut menggunakan komponen lokal sebanyak 36 persen dan lainnya sebanyak 64 persen, impor dari China.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam siaran pers menyampaikan, pihaknya menggulirkan program ”Mewirausahakan Petani” dan memberikan pendampingan kepada petani padi di Kebumen. Dalam program itu, para petani diberdayakan dalam empat tahapan, yaitu pratanam, tanam, panen, dan pascapanen.
Dalam setiap tahapan, lanjut Darmawan, kegiatan pemberdayaan akan disinkronkan melalui sebuah entitas bisnis berbentuk PT, yaitu PT Mitra Desa Kebumen (MDK) yang dikelola secara profesional serta dimiliki oleh rakyat setempat lewat 19 Gabungan Kelompok Petani/Gapoktan dan BUMDesa, serta BUMN.
Dalam program itu, para petani diberdayakan dalam empat tahapan, yaitu pratanam, tanam, panen, dan pascapanen. (Darmawan Junaidi)
”Kemandirian petani mendapat fokus utama karena Gapoktan sebagai pemilik PT Mitra Desa Kebumen akan memperoleh laba dari produksi dan operasional PT Mitra Desa Kebumen,” tuturnya.
Menurut Darmawan, target program ini adalah para petani termasuk penggarap yang memiliki akses permodalan minim, pengetahuan budidaya dan pascapanen yang terbatas, serta latar belakang pendidikan yang relatif rendah. Selain itu, PT MDK juga akan membantu petani dalam penyediaan bibit padi, pupuk, serta pestisida untuk memberantas hama tanaman. Pada tahap pemasaran, PT MDK juga akan membantu proses pengepakan dan pemasaran produk beras hasil panen.
”Kehadiran PT MDK menjadikan pengelolaan hasil tani dari hulu ke hilir dilakukan petani. Adapun Bank Mandiri berperan memberi pembinaan dan pendampingan kepada petani bekerja sama dengan PT Mitra Bumdes Nusatara (MBN) sebagai pembina PT MDK dengan melibatkan akademisi. Kami juga membantu proses pembangunan SPBT dengan anggaran CSR,” kata Darmawan.
Dalam persemian itu hadir pula Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, dan Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Rohan Hafas.