Dua Investasi di Batang Serap 4.500 Pekerja dan Pacu Ekonomi Jateng
Belum setahun diresmikan, minat investasi di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jateng, terus tumbuh. Kemarin, satu perusahaan penghasil kaca asal Korea Selatan melakukan peletakan batu pertama di kawasan tersebut.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BATANG, KOMPAS — Dua investasi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, diproyeksikan menyerap hingga 4.500 tenaga kerja. Pabrik kaca Korea Selatan KCC Glass diperkirakan menyerap 4.300 pekerja, sedangkan pabrik PT Nestle Indonesia diharapkan mempekerjakan 200 orang. Investasi di wilayah tersebut diyakini mendongkrak perekonomian Jateng.
Dalam waktu kurang dari satu tahun sejak diresmikan, sudah ada satu perusahaan yang memutuskan untuk melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang.
Perusahaan pertama yang melakukan peletakan batu pertama pada Kamis (20/5/2021) tersebut adalah KCC Glass, perusahaan penghasil kaca terbesar se-Asia Tenggara. KCC Glass dibangun di lahan seluas 47 hektar dan digadang-gadang bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 4.300 orang.
Perusahaan yang diperkirakan mampu menghasilkan 438 ton kaca per tahun itu ditargetkan akan mengekspor 85 persen produknya. Adapun nilai investasi perusahaan tersebut Rp 5 triliun.
”Pembangunan pabrik pertama di KIT Batang ini menjadi awal yang baik bagi pertumbuhan ekonomi di Jateng. Saya juga sudah meminta agar KCC Glass membangun perusahaan-perusahaan pendukungnya di wilayah Jateng. Jadi, investasinya bisa langsung berdampak ke perekonomian di sekitarnya,” kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia dalam keterangannya, Jumat (21/5/2021).
Selain KCC Glass, ada sejumlah perusahaan yang disebut akan melakukan peletakan batu pertama di KIT Batang. Perusahaan itu, antara lain, LG Energy Solution yang merupakan perusahaan baterai asal Korea Selatan; Wavin yang merupakan produsen pipa plastik asal Belanda; dan Abroad Vitrified, perusahaan keramik asal India.
Menurut Bahlil, sementara ini, ada lahan seluas 3.450 hektar di KIT Batang yang siap digunakan untuk pembangunan perusahaan-perusahaan investor. Dari lahan yang disediakan tersebut, 450 hektar sudah terjual. ”Setelah ini kami dorong supaya (sisa lahan) yang 3.000 hektar ini juga bisa segera terjual,” imbuhnya.
Bahlil menambahkan, pengurusan izin yang murah dan mudah diklaim bisa menarik minat investor menanamkan modalnya di KIT Batang. Tak hanya itu, pihaknya juga memberi fasilitas berupa bebas biaya sewa selama lima tahun pertama bagi para investor.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengungkapkan, pembangunan KIT Batang bisa dilakukan dengan cepat berkat koordinasi dan komunikasi yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Tak hanya itu, komunikasi dengan calon investor juga terus digencarkan untuk menjaring lebih banyak lagi investasi.
”Kami juga sering berkomunikasi dengan duta besar Korea Selatan terkait investasi mereka di Jateng. Duta Besar Korea Selatan bahkan mengatakan kepada saya bahwa dia akan membantu mempromosikan agar lebih banyak lagi perusahaan Korea Selatan yang berinvestasi di KIT Batang,” ucap Ganjar.
Menurut Ganjar, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Chungcheongbuk-do yang merupakan sister province Jateng di Korea Selatan. Dalam kerja sama tersebut, Jateng akan belajar tentang pertanian pintar dan teknologi baterai. Melalui kerja sama itu, Pemerintah Provinsi Jateng juga akan menyelipkan pesan-pesan promosi agar mereka tertarik berinvestasi di Jateng.
Perusahaan lain
Selain di KIT Batang, investasi juga dilakukan di Batang Industrial Park di Kecamatan Tulis, Kamis (20/5/2021). Di tempat tersebut, PT Nestle Indonesia melakukan peletakan batu pertama dengan total investasi Rp 3,1 triliun. Proyek pembangunan tersebut ditargetkan menyerap sedikitnya 200 tenaga kerja.
”Pembangunan pabrik Nestle di Batang ini bertujuan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Batang. Menurut perhitungan kami, perputaran uang di masyarakat yang akan terjadi akibat aktivitas di pabrik Nestle ini mencapai Rp 5 miliar per hari,” kata Bupati Batang Wihaji.
Menurut Wihaji, Nestle membutuhkan sekitar 750.000 liter susu sapi setiap hari. Agar sapi-sapi tersebut bisa memproduksi susu secara maksimal, perlu dukungan berupa penyediaan pakan berkualitas seperti jagung berusia 80 hari. Penyediaan pakan tersebut akan dipenuhi oleh masyarakat Batang.
”Saat ini, luasan lahan tanam jagung di Batang baru sekitar 11.000 hektar. Untuk ikut memenuhi kebutuhan pakan sapi Nestle, kami akan segera memperluas lahan tanam jagung menjadi 20.000 hektar,” ujarnya.