Prof Wiranto Arismunandar, Sosok Penyemangat dan Ramah Itu Tutup Usia
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Wiranto Arismunandar tutup usia. Selain menjadi menteri pada Orde Baru, ia juga pernah mengemban beberapa jabatan penting lainnya seperti Rektor ITB dan Wakil Ketua LAPAN.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Orde Baru (Maret-Mei 1998) Prof Wiranto Arismunandar tutup usia di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, Rabu (19/5/2021) pukul 13.14. Semasa hidupnya, dia getol mendorong anak muda untuk terus belajar dan menuliskan beragam ide dengan sederhana agar bisa dipahami banyak orang yang membacanya.
Semasa hidupnya, almarhum pernah mengemban beberapa jabatan penting lainnya, di antaranya Rektor Institut Teknologi Bandung (1988-1997) serta Wakil Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (1978-1989).
Wiranto disemayamkan di rumah duka Jalan Bukit Dago Utara 1, Bandung, Jawa Barat. Suasana sendu menyelimuti rumah duka yang dihadiri puluhan pelayat, Rabu malam.
Wiranto meninggalkan lima anak, 13 cucu dan delapan cicit. Beliau dikenal sebagai sosok yang visioner dalam melihat kehidupan dan gemar membaca. Namun, di sisi lain, menjadi sosok ramah dan terbuka kepada seluruh anggota keluarganya.
Eko Budiardjo (61), salah satu menantu Wiranto, mengatakan, almarhum meninggal karena komplikasi dan usia tua. Sebelumnya, beliau juga sempat dirawat karena mengalami struk dalam beberapa tahun terakhir.
Eko menjadikan Wiranto sebagai panutan dalam mengajarkan ilmu kepada para siswa dan masyarakat. Sebagai sesama pendidik, Wiranto selalu mengingatkannya untuk memberikan ilmu pengantar secara sederhana.
“Beliau selalu mengingatkan saya untuk menulis buku dengan sederhana yang membuat orang-orang jadi tertarik mempelajari. Jangan langsung memberikan teori rumit, yang membuat orang pusing,” tutur Eko, kini Guru Besar Fakultas Ilmu Komputer di Universitas Indonesia.
Eko menyebutkan dua buku karya Wiranto yang ditulis dengan penyampaian sederhana dan menarik. Kedua buku ini adalah "Penggerak Mula Motor Bakar Torak" dan "Penggerak Mula Turbin". Kedua buku tersebut masih dipergunakan mahasiswa, siswa teknik, hingga penggiat otomotif sebagai dasar dalam mendalami mesin.
Dari buku ini, saya jadi paham bagaimana cara mengajar yang sederhana seperti kata Bapak. Bahkan, dengan membaca buku ini, beberapa orang yang saya kenal jadi tertarik dan mau mendalaminya
“Dari buku ini, saya jadi paham bagaimana cara mengajar yang sederhana seperti kata Bapak. Bahkan, dengan membaca buku ini, beberapa orang yang saya kenal jadi tertarik dan mau mendalaminya,” ujar Eko.
Wiranto juga menggoreskan namanya di dunia otomotif Indonesia. Ia merupakan pendiri Ikatan Ahli Teknik Otomotif (IATO) pada tahun 1977.
Tidak hanya dari keluarga, rasa kehilangan pun dirasakan oleh rekan dan koleganya. Mantan Rektor ITB 2015-2020 Kadarsah Suryadi menyatakan kehilangan sosok pendidik yang dianggap seperti keluarga sendiri.
Menurut Kadarsah, keinginan untuk terus mempelajari hal baru, konsisten integritas dalam menimba ilmu menjadi contoh dari Wiranto. Bahkan, keinginan untuk terus belajar ini terus ada hingga akhir hayat.
Di samping itu, Kadarsah melihat Wiranto sebagai sosok ayah yang menjadi panutan di dalam menjalani karirnya di dunia pendidikan dan kehidupan. Keteladanannya ini membuat Kadarsah merasa Indonesia kehilangan salah satu sosok pendidik yang patut diperhitungkan.
“Semenjak saya kembali dari sekolah di Prancis, beliau selalu memberikan bimbingan kepada saya. Bahkan, beliau menjadi wali nikah saya. Saya merasa sangat kehilangan,” ujarnya.
Pelepasan jenazah
Wiranto lahir di Semarang, Jawa Tengah, 19 November 1933. Ia menamatkan pendidikan S1 di Fakultas Teknik Mesin Universitas Indonesia pada 1959.
Ia menyelesaikan pendidikan magister teknik mesin di Purdue University, Indiana, Amerika Serikat, dan lulus pada 1960. Setelah itu melanjutkan pendidikan pada bidang yang sama di Standford University pada 1961-1962.
Sejumlah penghargaan pernah diraih oleh Guru Besar Termodinamika ITB itu. Beberapa di antaranya Satyalancana Dwidya Sistha, Satyalancana Karya Satya Bintang Satu, Satyalancana Karya Satya untuk pengabdian selama 30 tahun, dan Bintang Jasa Utama tahun 1998 dari Presiden BJ Habibie.
Pelepasan jenazah almarhum dari ITB kepada pihak keluarga akan dilakukan di Aula Barat ITB, Kamis (20/5) pagi. Di tengah pandemi Covid-19, pelepasan jenazah hanya akan dihadiri keluarga dan pimpinan ITB dalam jumlah terbatas. Selanjutnya almarhum direncanakan dimakamkan dengan upacara militer di Makam Para Bupati Bandung, Jalan Karang Anyar, Kota Bandung.
“Pimpinan ITB menyampaikan ucapan duka cita yang mendalam dan mendoakan semoga Allah mengampuni, merahmati, dan memberikan keselamatan kepada almarhum serta kepada keluarga yang ditinggalkan semoga ikhlas menerima kepulangan beliau,” tulis Sekretaris ITB Widjaja Martokusumo dalam keterangan resminya.