Garebek Syawal di Cirebon, Jaga Jarak Sulit Diterapkan
Ratusan warga memadati acara Garebek Syawal di kompleks Makam Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (20/5/2021). Jaga jarak pun sulit diterapkan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, ratusan warga memadati tradisi Garebek Syawal di kompleks Makam Sunan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (20/5/2021). Meski dijaga petugas, protokol kesehatan belum berjalan optimal dalam perayaan seminggu setelah Lebaran itu.
Sejak pagi, pengunjung mengantre menuju ruangan khusus Lawang Pasujudan di kompleks Makam Gunung Jati untuk berdoa. Meskipun gerbang masuk dijaga petugas gabungan, tidak tampak pembatasan jumlah pengunjung. Petugas mengumumkan melalui pengeras suara agar warga menjaga jarak dan mengenakan masker.
Akan tetapi, warga sulit menjaga jarak ketika berupaya menyentuh Pintu Pasujudan dan mengambil air di tempat wudu. Warga juga tampak menyiram rambutnya dengan air, bahkan meminumnya. Tidak sedikit pengunjung yang akhirnya berdoa di luar ruangan karena tidak kebagian tempat.
Kemeriahan semakin menjadi ketika Patih Kanoman Pangeran Raja Mochammad Qodiran memasuki ruang Pesanggerahan. Pengunjung berlomba mengambil foto dan menyentuh Patih Qodiran. Saat keluarga keraton membagikan koin atau surak, warga berebutan. Padahal, kerumunan warga bisa memicu penyebaran Covid-19.
”Enggak apa-apa berebutan. (Saya) enggak takut korona (Covid-19). Setiap tahun juga ke sini minta rezeki, berkah,” kata Rekso Bumi Wardasih (69) yang membiarkan maskernya menggantung di leher.
Warga Suranenggala, Cirebon, yang datang bersama dua cucu dan tetangganya itu mendapatkan empat koin pecahan Rp 500 dari surak. ”Uangnya buat jimat supaya dagangan saya laku,” kata pedagang sembako tersebut.
Kepala Polsek Gunung Jati Ajun Komisaris Abdul Majid mengatakan, pihaknya telah mengimbau pihak keraton dan warga agar mematuhi protokol kesehatan selama Garebek Syawal. Selain menyiagakan sekitar 20 personel, petugas juga langsung membagikan masker kepada pengunjung.
Majid mengklaim tidak ada kerumunan warga selama petugas berjaga. ”Berbagai macam makam yang didatangi pengunjung. Jadi, mereka tidak bertumpuk di suatu tempat. Kalau sanksi pelanggar protokol kesehatan ada di satpol PP,” ujarnya.
Patih Qodiron mengatakan, pengunjung yang hadir dalam Garebek Syawal sudah dibatasi, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, Qodiran tidak menyebutkan jumlah pembatasan pengunjung. ”Kami menghargai aturan dari pemerintah,” ucapnya.
Menurut dia, tradisi berusia ratusan tahun tersebut merupakan wujud syukur masyarakat kepada Allah SWT setelah menjalankan puasa Ramadhan dan puasa sunah Syawal. Garebek Syawal juga menjadi ajang silaturahmi keluarga keraton dengan masyarakat.
Ini menjadi keberkahan bagi kita. Semoga kita diberi kesehatan di tengah Covid-19 ini.
”Ini menjadi keberkahan bagi kita. Semoga kita diberi kesehatan di tengah Covid-19 ini,” ucap Qodiran yang mewakili Sultan Kanoman XII Raja Muhammad Emirudin.
Sebelumnya, Bupati Cirebon Imron Rosyadi meminta tradisi itu tidak dilaksanakan sementara waktu. ”Kalau bisa, Garebek Syawal ditunda dulu untuk mencegah penyebaran Covid-19,” ujarnya.
Hingga kini, tercatat 9.277 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Cirebon. Sebanyak 419 orang di antaranya meninggal dan 487 orang menjalani isolasi. Sebanyak 27 orang di antaranya berada di Gunung Jati, kecamatan tempat digelarnya Garebek Syawal.