Habib Hasan Mulachela, tokoh masyarakat asal Solo, yang kerap berbagi sedekah tanpa memandang latar belakang itu sudah tiada. Namun, kebiasaan tersebut tak hilang begitu saja setelah kepergiannya.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
Habib Hasan Mulachela, tokoh masyarakat asal Solo, yang kerap berbagi sedekah tanpa memandang latar belakang itu sudah tiada. Namun, kebiasaan tersebut tak hilang begitu saja setelah kepergiannya. ”Virus” berbagi yang dimiliki Hasan, ternyata menular kepada putra dan putrinya.
Seorang pria berbadan gempal dengan rambut beruban sedang duduk bersandar, di pintu rumahnya yang berlokasi, di RT 002 RW 001, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis (6/5/2021) siang. Pria itu bernama Suyahedi (69). Sehari-hari, ia biasa dipanggil Edi.
Edi tinggal di perkampungan padat penduduk. Rumah satu warga dengan warga yang lainnya berdempetan. Jalan di sepanjang perkampungan itu lebarnya hanya sekitar 1,5 meter. Sebagian besar warga yang tinggal di perkampungan itu, kata Edi, berasal dari kalangan perekonomian menengah ke bawah. Banyak yang bekerja serabutan seperti menjadi tukang cat dan tukang las.
”Tetapi, sekarang banyak yang menganggur. Masalahnya ada Covid-19 ini. Banyak yang tidak punya pekerjaan lagi. Pekerjaan tidak menentu,” kata Edi.
Untuk itu, pernah sekali waktu, almarhum Habib Hasan Mulachela menyasar perkampungan tersebut sebagai lokasinya berbagi sedekah. Pengusaha dan tokoh masyarakat asal Solo itu membagi-bagikan secara cuma-cuma 5 kg beras dan uang Rp 100.000 untuk setiap keluarga di perkampungan tersebut
Edi masih mengingat aksi sosial, yang digelar Desember 2020 lalu, dengan jelas. Saat itu, ia menerima sendiri pemberian dari Hasan. Hasan datang berjalan kaki dari satu rumah ke rumah lain memberikan sendiri bantuan berupa beras dan uang. Beras dibawa dengan cara dimasukkan ke becak milik salah seorang warga kampung tersebut.
”Saya sangat bersyukur di tengah kondisi yang serba sulit ini ada orang-orang yang mau membantu,” kata Edi.
Edi merasa bantuan yang diberikan begitu berarti. Sebab, sudah sejak tahun yang lalu, ia tidak lagi bisa bekerja akibat penyakit jantung yang dideritanya. Kebutuhan sehari-hari dicukupi dari pekerjaan istrinya yang menjadi tukang pijat urut. Penghasilannya hanya Rp 800.000 hingga Rp 1 juta per bulan. Uang itu habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar sewa rumah kontrakan yang sempit itu.
”Harapan saya, kegiatan sosial seperti yang dilakukan almarhum diteruskan kembali oleh putra putri almarhum. Jadi, nanti bisa semakin banyak orang yang dibantu,” ujar Edi.
Jejak berbagi sedekah yang dilakukan Hasan dapat ditemukan pula di kampung lainnya, yakni di Kampung Kusumodilagan, Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah. Sri Suyanti (64) merupakan salah seorang warga yang pernah menerima sedekah dari sosok dermawan itu. Sedikitnya sudah dua kali aksi berbagi dilakukan di perkampungan tempat tinggalnya.
Seingat Sri, pertama kali, aksi berbagi diadakan pada Februari lalu. Saat itu, Hasan sendiri yang datang berkeliling membagikan bantuannya dari satu rumah ke rumah lain. Namun, pada 12 Maret 2021, Hasan berpulang akibat serangan jantung di Jakarta. Untuk memperingati 40 hari meninggalnya Hasan, April lalu, putra dan putri Hasan mengadakan aksi sosial seperti yang kerap dilakukan almarhum ayah mereka.
Sri merasa bersyukur kebiasaan berbagi Hasan diteruskan putra dan putrinya. Sebab, dengan sedekah yang dilakukan, orang-orang ”kecil” sepertinya mendapat sedikit bantuan untuk menyambung hidup. Penghasilan dalam satu bulan tak menentu. Bantuan sedekah dianggap mampu membuat dapur tetap mengepul.
”Sangat meringankan sebagai orang tidak mampu. Mudah-mudahan orang-orang yang berkecukupan selalu dilancarkan rezekinya dan terus mau berbagi,” kata Sri.
Aksi berbagi sedekah itu dilakukan ketiga putra dan putri Hasan, yakni Kareema Mulachela (34), Akbar Mulachela (29), dan Sahil Mulachela (28). Mereka sengaja memilih peringatan 40 hari dari wafatnya Hasan untuk mengadakan aksi tersebut. Harapannya agar apa yang dilakukan dapat menjadi amal jariyah bagi almarhum.
”Ayah memang biasa berbagi. Alangkah baiknya kami melanjutkan dan niatnya dilakukan untuk ayah. Jadi, malah menjadi amal jariyah. Biar pahalanya didapat terus oleh ayah,” kata Kareema, saat ditemui di rumahnya.
Kareema menceritakan, Hasan sudah biasa berbagi sedekah sejak lama. Bahkan, sejak sebelum pandemi Covid-19 menyerang. Biasanya, Hasan berbagi sedekah saat perayaan hari-hari besar keagamaan, seperti Maulid Nabi dan Idul Fitri. Selama Ramadhan, aksi berbagi takjil juga dilakukan di depan rumahnya. Sedikitnya setiap hari ada 100 paket takjil yang siap dibagikan kepada siapa saja yang membutuhkan.
Intensitas aksi berbagi sedekah itu dilakukan lebih sering sewaktu pandemi Covid-19 terjadi tahun 2020. Hampir setiap bulan, Hasan turun ke perkampungan di sekitar rumahnya untuk membagikan beras dan uang. Kareema menyampaikan, Hasan merasa prihatin dengan kondisi perekonomian masyarakat yang kesulitan akibat wabah.
”Awal pandemi itu, ayah merasa sangat kasihan dengan orang-orang di sini. Supir becak dan pekerja-pekerja lainnya seperti sudah tidak ada kerjaannya. Lebih banyak menunggu penumpang,” ujar Kareema.
Setelah Hasan wafat, Kareema merasa kebiasaan bersedekah itu perlu diteruskan. Sebab, masih banyak orang di sekitarnya yang membutuhkan uluran tangan. Ia juga merasakan kepuasan batin sewaktu bisa berbagi dengan orang lain-lain. Alih-alih merasa uangnya terbuang, ia justru senang karena bisa bermanfaat bagi orang lain dengan sedikit berbagi rezeki.
Sementara itu, Akbar Mulachela, putra kedua Hasan, menyatakan, Hasan selalu mengajarkan agar dalam berbagi tidak memandang latar belakang suku, ras, ataupun agama. Asalkan ada orang berkesusahan, orang yang berkecukupan bisa memberikan bantuannya. Untuk itu, kenang Akbar, aksi berbagi sedekah juga sempat dilakukan Hasan pada saat perayaan Imlek dan Natal.
”Berbagi itu tidak memandang latar belakang. Kita berbagi karena kita bersaudara dalam kemanusiaan. Rasa kemanusiaan ini yang mendorong kita buat terus berbagi,” kata Akbar.
Lebih lanjut, Akbar menyatakan, menurut rencana, aksi berbagi sedekah akan terus dilakukannya bersama saudara-saudaranya. Namun, waktu pastinya belum ditentukan. Satu hal yang jelas. Mereka ingin membuat aksi berbagi sebagai sebuah kegiatan rutin. Diharapkan, apa yang sudah dilakukan Hasan juga bisa menginspirasi orang-orang berkecukupan lainnya sehingga kelak orang yang hidup dalam kondisi serba sulit bisa terbantu.
”Semoga ini bisa mengetuk hati orang-orang lainnya. Bisa semakin banyak yang melakukan hal serupa. Bayangkan saja, jika setiap orang yang berkecukupan membantu orang-orang yang kesulitan ekonomi di sekitarnya. Niscaya, semua orang bisa hidup dengan lebih baik,” kata Akbar.