Seusai masa larangan mudik Lebaran pada 6-17 Mei 2021, gelombang kedua arus mudik terjadi. Pada sejumlah stasiun dan terminal di Jakarta dan Tangerang ditemui kepadatan penumpang yang akan mudik ke kampung halaman.
JAKARTA, KOMPAS — Selain mengantisipasi arus balik, kini petugas di daerah juga harus mewaspadai arus mudik gelombang kedua yang terjadi setelah masa larangan mudik berakhir pada 17 Mei 2021. Sebagian orang memilih pulang kampung setelah larangan mudik dicabut untuk menghindari pengetatan pengawasan oleh petugas.
Kondisi ini membuat potensi penularan Covid-19 masih besar terjadi di antara pemudik. Sejumlah kota besar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi pun menggencarkan tes acak kepada pemudik yang memasuki wilayah mereka, Selasa (18/5/2021).
Keramaian arus mudik setelah berakhirnya larangan mudik pada 6-17 Mei 2021, antara lain, terlihat di sejumlah stasiun serta terminal di Jakarta dan Tangerang. Penumpang kereta jarak jauh yang meninggalkan Jakarta kembali meningkat. Bahkan, jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang tiba di Jakarta dari luar daerah.
Pada Selasa, Stasiun Gambir melayani keberangkatan 20 kereta yang membawa 3.693 penumpang dan 13 kereta kedatangan dengan 3.286 penumpang.
Selasa, di Stasiun Pasar Senen, ada 8.693 penumpang kereta api jarak jauh yang meninggalkan Jakarta, sedangkan yang tiba di Jakarta 2.919 penumpang. Kereta melayani penumpang dari dan ke rute Bandung, Cirebon, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Banyaknya calon penumpang yang akan meninggalkan Jakarta membuat kondisi stasiun lumayan padat.
Andika (34), yang kemarin berangkat dari Stasiun Senen untuk mudik ke kampungnya di Bojonegoro, Jawa Timur, mengatakan, baru mudik setelah Lebaran karena menunggu berakhirnya masa larangan mudik. ”Kemarin kantor mengikuti pemerintah untuk melarang karyawannya mudik. Sekarang sudah bisa cuti. Saya manfaatkan buat pulang kampung,” ujarnya.
Gelombang kedua arus mudik juga ditemui di Terminal Poris Plawad, Kota Tangerang, Banten. Sejumlah pemudik tujuan Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera tampak menunggu di terminal itu.
Indra (40), pedagang kaki lima, yang mudik ke Padang, Sumatera Barat, bersama istri dan kedua anaknya, mengatakan, tahun lalu mereka tidak bisa pulang. ”Kali ini tunggu selesai penutupan (larangan mudik). Rencananya 15 hari di kampung,” ujarnya.
Kepala Terminal Poris Plawad Alwien Athena Alwie mengaku sulit memantau arus balik karena bus tiba di terminal saat tengah malam. ”Kebanyakan penumpang tidak sampai di terminal. Mereka turun di jalan dekat arah rumah,” katanya.
Gencarkan tes acak
Tes acak pun gencar dilakukan petugas di sejumlah daerah, baik terhadap warga yang mudik maupun kembali ke tempat semula. Di Cirebon, Jawa Barat, 5.000 alat tes antigen disiapkan untuk pemudik dan pengunjung di pusat keramaian.
Di Aceh, tes acak gencar dilakukan karena ada peningkatan kasus Covid-19. Dua minggu terakhir nyaris setiap hari ada penambahan kasus di Aceh. Saat ini total sudah ada 12.340 warga Aceh yang terpapar Covid-19 dan 499 orang di antaranya meninggal.
Sementara Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menargetkan ada pengambilan 1.000 sampel tes usap antigen per minggu. Sementara di Kendari, Sulawesi Tenggara, pemerintah setempat mengandalkan pemeriksaan ketat dan tes acak di pos-pos penyekatan untuk mencegah risiko penularan Covid-19 dari pemudik.
Di Surabaya, Jawa Timur, dua buruh migran asal Jember dan Sampang yang datang dari Malaysia diketahui terjangkit virus SARS-CoV-2 varian baru.
Kasus positif Covid-19 di Sumatera Utara juga kian mengkhawatirkan. Hingga kemarin, total ada 30.632 kasus di provinsi itu atau 6,6 persen dari sampel yang diuji. Tingkat keterisian tempat tidur isolasi dan ICU Covid-19 menyentuh 61 persen. Namun, sejumlah tempat publik di Medan dan Deli Serdang masih terlihat ramai meskipun kasus meningkat.
Sebelumnya, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi melarang tempat hiburan beroperasi selama dua pekan ke depan. Jam operasional tempat publik dan kapasitasnya pun dibatasi.