Sinabung Meletus 3.500 Meter, Hujan Abu Pekat Melanda Empat Desa
Gunung Sinabung erupsi dengan tinggi kolom abu 3.500 meter dan awan panas guguran 3.000 meter. Abu pekat sempat mengganggu aktivitas warga di empat desa. Abu menumpuk di jalan, atap dan teras rumah, serta ladang warga.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali erupsi dengan tinggi kolom abu mencapai 3.500 meter dan meluncurkan awan panas guguran sejauh 3.000 meter, Rabu (19/5/2021). Letusan membuat hujan abu melanda empat desa. Petugas dan masyarakat langsung membersihkan abu vulkanis.
”Kami meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan dengan tidak memasuki zona merah. Belakangan, letusan semakin sering terjadi dan disertai awan panas guguran,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Perangin-Angin.
Natanael mengatakan, abu hasil erupsi dan awan panas yang terjadi pukul 04.48 itu terembus ke arah timur dan selatan sehingga membuat abu memapar empat desa di Kecamatan Naman Teran, yakni Kutarayat, Kebayaken, Kutambelin, dan Naman.
Abu pekat sempat mengganggu aktivitas warga di empat desa. Abu menumpuk di jalan, atap dan teras rumah, serta ladang warga. Ketika kendaraan melintas, abu pun beterbangan dan mengganggu jarak pandang. Warga yang keluar rumah harus memakai masker dan sebagian memakai payung untuk menghindari paparan abu.
”Pemerintah Kabupaten Karo langsung menurunkan mobil pemadam kebakaran dengan dibantu kendaraan taktis meriam air dari Kepolisian Resor Karo untuk membersihkan tumpukan abu,” ujar Natanael.
Warga pun diminta segera membersihkan tumpukan abu di atap dan teras rumah sebelum hujan turun. Jika hujan turun, tumpukan abu di atap akan menggumpal dan bisa membuat atap rumah runtuh.
Dampak hujan abu hanya terbatas di empat desa dan tidak mengganggu aktivitas di desa lain. (Anto Sembiring)
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung, Armen Putra, mengatakan, dalam beberapa pekan terakhir, aktivitas Sinabung terus meningkat dengan skala erupsi dan awan panas guguran yang cukup besar. ”Kami meminta masyarakat benar-benar mematuhi larangan masuk ke zona merah. Sinabung bisa sewaktu-waktu meletus dengan skala yang lebih besar,” kata Armen.
Dalam sepekan belakangan, aktivitas Sinabung meningkat dengan ditandai beberapa kali erupsi cukup besar dengan tinggi kolom abu di atas 3.000 meter. Erupsi juga hampir selalu disertai awan panas guguran yang meluncur 3.000 hingga 4.000 meter dari kawah.
Awan panas itu hampir menyentuh ladang warga yang hingga saat ini masih ada di zona merah sekitar 4.500 meter dari kawah.
Armen mengatakan, aktivitas kegempaan Sinabung juga masih sangat tinggi. Gempa didominasi jenis guguran yang menandakan tidak stabilnya kubah lava. Kubah lava yang tidak stabil akan meluncur menjadi awan panas guguran. Gempa hibrid juga masih terjadi yang menunjukkan adanya pembentukan kubah lava baru dan gempa frekuensi rendah sebagai indikasi masih ada aliran energi dan fluida dari dapur magma ke kawah.
Anto Sembiring (40), warga Kecamatan Simpang Empat, mengatakan, dampak hujan abu hanya terbatas di empat desa dan tidak mengganggu aktivitas di desa lain. ”Di Kecamatan Simpang Empat, Berastagi, hingga Kabanjahe, tidak terjadi hujan abu. Kami beraktivitas seperti biasa,” katanya.
Warga di sekitar Sinabung tetap waspada khususnya pada bahaya awan panas guguran dan lahar hujan. Apalagi, lahar hujan bisa terjadi di sungai-sungai yang berhulu di Sinabung dengan membawa material batu dan lumpur. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pun masih terus turun di sekitar Sinabung.