Pengangkatan KRI Nanggala-402 Masih Diupayakan, Keberadaan Awak Belum Diketahui
Badan tekan kapal dan seluruh awak di KRI Nanggala-402 belum ditemukan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Rencana pemerintah mengangkat KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan utara Bali, 21 April 2021, terus berlanjut. Upaya itu dilakukan TNI dengan bantuan sejumlah institusi dalam negeri dan luar negeri.
Operasi pengangkatan kapal dari dasar laut (salvage) terhadap KRI Nanggala-402, diakui Panglima Komando Armada II Laksamana Muda Iwan Isnurwanto, bukan tugas yang mudah. Selain menghadapi kedalaman lebih dari 830 meter, pengangkatan kapal selam itu juga menghadapi tantangan ukuran atau dimensi kapal yang besar dan berat.
”Kami akan berusaha melaksanakan pengangkatan di bawah laut ini berdasarkan kenyataan nyata dan kemampuan kapal,” kata Iwan dalam konferensi pers bersama Komandan Gugus Keamanan Laut (Guskamla) Koarmada II Laksamana Pertama I G Putu Alit Jaya dan perwakilan Pemerintah China di Pangkalan TNI AL Denpasar, Bali, Selasa (18/5/2021).
Operasi pencarian dan pertolongan (SAR) terhadap KRI Nanggala-402 digelar sejak kapal selam yang mengangkut 53 personel itu hilang kontak pada Rabu (21/4/2021) dini hari. Dalam konferensi pers di pos media center di Pangkalan TNI Angkatan Udara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Minggu (25/4) petang, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyampaikan KRI Nanggala-402 tenggelam dan 53 personel di dalam kapal selam itu gugur.
Setelah menentukan lokasi tenggelam, operasi SAR terus berlanjut. TNI dibantu sejumlah institusi di dalam negeri, di antaranya Polri, Bakamla, dan Basarnas, meneruskan upaya pencarian dan penyelamatan kapal selam itu. Dalam upaya kemanusiaan itu, Indonesia juga mendapat bantuan dari pihak luar negeri, di antaranya dari Malaysia, Singapura, Australia, Amerika Serikat, dan China.
Atase Pertahanan Kedutaan Besar China untuk Indonesia di Jakarta, Senior Colonel Chen Yongjing menerangkan, Pemerintah China berkomunikasi dengan Indonesia terkait musibah yang dialami KRI Nanggala-402. Chen menyebutkan, kedua negara merupakan mitra strategis.
”China menjaga erat komunikasi dengan pihak Indonesia dan mengirimkan kapal laut ke lokasi kejadian untuk membantu upaya SAR,” kata Chen dalam konferensi pers di Pangkalan TNI AL Denpasar, Selasa (18/5/2021).
Bagian kapal
Dua kapal militer dan sebuah kapal ilmu pengetahuan China dilengkapi peralatan survei dasar laut dan pengangkatan kapal dari dasar laut bergabung dalam operasi pengangkatan dari dasar laut bersama enam kapal TNI AL. Tiga kapal dari Pemerintah China, yakni Yongxingdao-863, Nan Tuo-195, dan Tan Suo 2, didampingi enam kapal Indonesia, yakni KRI Rigel-963, KRI Yos Sudarso-353, KRI Hasan Basri-382, KRI Teluk Banten-516, dan KRI Pulau Rengat-711 serta KRI Soputan-923.
Upaya pengangkatan KRI Nanggala-402 mulai awal Mei 2021. Sejauh ini, upaya itu berhasil mengidentifikasi sejumlah bagian kapal selam dan mengangkat puluhan benda. Seluruh benda dari KRI Nanggala-402 yang ditemukan di dasar laut itu, termasuk dua sekoci (liferaft) yang masing-masing berbobot sekitar 700 kilogram, sudah diserahkan ke TNI AL.
Iwan menerangkan, operasi bersama itu juga mengobservasi dan mengumpulkan gambar serta video keberadaan kapal selam selain menemukan dan mengangkat bagian kapal dari dasar perairan. Operasi didasari hasil citra temuan KRI Rigel-933 yang kemudian diobservasi kapal Singapura, MV Swift Rescue. Dari 13 kali operasi bawah laut bersama pihak China, tim mendapatkan gambar dan video bagian kapal lebih lengkap.
Adapun bagian KRI Nanggala-402 yang sudah teridentifikasi dan diketahui posisinya adalah haluan (bow section), anjungan (sail section), dan buritan (stern section). Namun, letak bagian-bagian kapal selam itu terpantau berjarak. Haluan dan anjungan terpantau berjarak 107 meter, sedangkan buritan dan anjungan terpisah 36 meter. Lokasi haluan kapal selam dan titik acuan perkiraan kedaruratan (datum) sekitar 47 meter.
Dasar perairan digambarkan berlumpur. Sejumlah barang dan bagian kapal selam ditemukan dalam kondisi tertimbun lumpur. Hasil observasi bawah laut juga menemukan adanya area yang belum teridentifikasi dan diperkirakan sebagai kawah (crater) di dasar perairan dengan diameter 36 meter dan kedalamannya diperkirakan 10-15 meter.
Namun, diakui Iwan, badan tekan (pressure hold) KRI Nanggala-402 hingga saat ini belum ditemukan posisinya, termasuk keberadaan seluruh prajurit dan awak kapal selam tersebut.