Masjid Agung Baitul Makmur, Kebanggaan Bolaang Mongondow Raya
Kerinduan umat Islam di Kotamobagu terbayar lunas sudah. Masjid Agung Baitul Makmur yang mereka nantikan selama satu dasawarsa akhirnya diresmikan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan umat.
Oleh
Kristian Oka Prasetyadi
·5 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Beberapa bendi motor atau bentor melintas di muka Masjid Agung Baitul Makmur, Kotamobagu, Sulawesi Utara, jelang waktu berbuka puasa, Selasa (4/5/2021). Masjid itu selesai dibangun pada 2020 dengan dana Rp 2,4 miliar.
Kerinduan umat Islam di Kotamobagu, Sulawesi Utara, terbayar lunas sudah. Masjid Agung Baitul Makmur yang mereka nantikan selama satu dasawarsa akhirnya diresmikan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan umat. Masjid agung itu pun menjadi kebanggaan warga Kotamobagu dan seantero Bolaang Mongondow Raya.
Meski terselubung masker, wajah Mahmud Atusi (38) tetap menyiratkan semringah selepas shalat Isya berjemaah di Masjid Agung Baitul Makmur. ”Alhamdulillah, senang banget sekarang punya masjid agung,” katanya ketika ditemui pada Minggu (9/5/2021) malam.
Shalat Isya berjemaah di masjid itu adalah yang pertama sejak peresmian pada pagi hari. Malamnya, Masjid Agung Baitul Makmur pun bersolek dengan lampu-lampu sorot pusparagam yang menyambar ke segala penjuru. Ia seolah menjadi pusat cahaya pada malam kemuliaan Lailatulqadar.
Mustaim bin Adullah (56) pun membiarkan dirinya terkesima oleh atraksi tarian cahaya yang ia saksikan dari balkon lantai 1 masjid. Sejak bermigrasi dari Lamongan, Jawa Timur, untuk menetap di Kotamobagu pada 1988, Masjid Agung Baitul Makmur ia sebut dengan yakin sebagai tempat shalat paling megah di sana.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Umat Islam melakukan shalat berjemaah di Masjid Agung Baitul Makmur, Kotamobagu, Sulawesi Utara, selepas berbuka puasa, Selasa (4/5/2021). Masjid itu selesai dibangun pada 2020 dengan dana Rp 2,4 miliar.
”Seumur-umur saya belum pernah tahu masjid sebesar dan semewah ini di Kotamobagu. Saya harap masjid ini makin banyak manfaatnya buat umat,” ujar Mustaim yang kini telah ber-KTP Kotamobagu.
Masjid Agung Baitul Makmur berdiri di jantung kota Kotamobagu, tepatnya di sudut simpang empat Kelurahan Gogagoman. Letaknya sejajar dengan kantor wali kota yang terpaut beberapa ratus langkah, tetapi tak jauh pula dari area niaga di Jalan Adampe Dolot, Mogolaing.
Bangunan masjid seluas 3.597 meter persegi di atas lahan 8.609 meter persegi itu meraksasa di tengah bangunan-bangunan kecil beratap seng. Dengan kapasitas jemaah 6.000 orang, ia menjadi masjid agung terbesar di Sulut, melampaui Masjid Agung Ahmad Yani Manado, yang luas bangunannya 2.572 meter persegi di atas lahan 7.799 meter persegi dan dapat menampung 3.220 orang.
Modern
Masjid Agung Baitul Makmur sebelumnya adalah masjid raya yang berdiri sejak 1 Juni 1981. Setelah Kota Kotamobagu terbentuk sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bolaang Mongondow pada 2007, masjid itu dinilai tak lagi sesuai dengan kebutuhan kota yang 87 persen dari 123.653 warganya memeluk Islam.
Maka renovasi dimulai dengan peletakan batu pertama pada 2011 oleh Wali Kota Djelantik Mokodompit. Pembangunan sepenuhnya didanai APBD kota hingga selesai pada 2020 dan diresmikan Wali Kota Tatong Bara pada 2021. Kini, seluruh nilai aset masjid itu, dari lahan dan bangunan hingga kelistrikan dan drainase, mencapai Rp 85,78 miliar.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Wali Kota Kotamobagu Tatong Bara (depan tengah), Bupati Bolaang Mongondow Yasti Soepredjo Mokoagow, dan budayawan Hamim Ambaru (kanan berbaju hijau) memasuki Masjid Agung Baitul Makmur, Kotamobagu, Sulawesi Utara, dalam peresmiannya yang digelar pada Minggu (9/5/2021) pagi. Masjid itu menjadi masjid agung terbesar di Sulut dengan kapasitas 6.000 orang.
Masjid Agung Baitul Makmur punya sebuah kubah besar lonjong dan empat kubah kecil setengah bola bermotif seperti wajik dengan perpaduan warna putih, hijau, serta kuning. Adapun bangunan masjid didominasi warna putih dengan sentuhan hijau terang dan gelap.
Meski nuansa islaminya kental dengan beragam ornamen, seperti bintang bersudut 12, fasad masjid yang ditopang 30-an tiang fondasi itu terkesan modern karena sisi dan sudut yang simetris. Pada malam hari, ia tetap benderang berkat sistem pencahayaan yang menyorotnya dari berbagai arah serta sistem ambient lighting di bawah kubah.
Masjid ini memiliki tiga lantai, yaitu semibasement, lantai 1, dan lantai 2 mezanin. Masing-masing sisinya dilengkapi dua ramp penghubung balkon lantai 1 menuju lantai 2 yang tertutup kanopi dan dinding kaca.
Interior masjid pun tak kalah mewah dan megah berkat pintu-pintu emas berukiran kaligrafi. Empat belas pilar di dalam masjid terbuat dari marmer krem yang mengilat. Sementara itu, dinding mihrab masjid menyiratkan cahaya keemasan berkat sistem elektrikal, dan hiasan kaligrafi emas di sekelilingnya menambah keagungannya.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Suasana pelataran Masjid Agung Baitul Makmur Kotamobagu, Sulawesi Utara, pada malam pascaperesmian, Minggu (9/5/2021). Masjid Agung itu adalah yang terbesar di Sulut dengan kapasitas jemaah 6.000 orang.
Kebanggaan
Tak mengherankan apabila masjid ini juga dielu-elukan penduduk Bolaang Mongondow Raya yang terbagi dalam empat kabupaten dan satu kota. Siti Nur Azizah (22), warga Desa Mopuya Selatan di Bolaang Mongondow yang berjarak 1 jam perjalanan dari Kotamobagu, adalah salah satunya.
”Aku pernah shalat di situ tahun 2019. Bangunan sudah jadi tapi belum diresmikan. Itu masjid paling besar, bagus, dan modern yang paling mudah dijangkau dari Mopuya,” katanya.
Azizah berharap masjid itu bukan hanya besar fisiknya, melainkan juga jemaahnya. ”Masjid agung, kan, dibangun untuk menampung banyak orang. Semoga banyak pendatang dan warga di Kotamobagu dan sekitarnya yang bisa ikut beribadah di situ,” katanya.
Kebanggaan ini pun tersirat dalam acara peresmian, Minggu pagi. Bupati Bolaang Mongondow Yasti Soepredjo Mokoagow serta Bupati Bolaang Mongondow Timur Sam Sachrul Mamonto turut hadir atas undangan Wali Kota Tatong Bara.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Wali Kota Kotamobagu Tatong Bara menggunting pita dalam upacara peresmian Masjid Agung Baitul Makmur, Kotamobagu, Sulawesi Utara, pada Minggu (9/5/2021) pagi. Masjid itu menjadi masjid agung terbesar di Sulut dengan kapasitas 6.000 orang.
Masjid agung ini diharapkan menjadi rumah ibadah sekaligus ikon pemersatu masyarakat, khususnya umat Islam di Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Raya. ”Insya Allah, masjid yang kapasitasnya besar ini bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat Islam,” kata Tatong.
Masjid juga diharapkan dapat memakmurkan umatnya. Karena itu, Tatong menginginkan masjid itu juga menjadi tempat perumusan dan pemusyawaratan, serta pengawasan berbagai kebijakan, terutama terkait peningkatan kesejahteraan umat.
Budayawan Bolaang Mongondow Raya, Hamim Ambaru (73), yang memimpin acara peresmian, juga punya harapan besar agar Masjid Agung Baitul Makmur menjadi pusat pelestarian budaya setempat. Berbagai rapat adat dapat dilaksanakan di area masjid ini, begitu juga kesenian adat yang masih bernuansa Islam.
”Saya punya mimpi masjid ini bisa digunakan untuk pelestarian budaya. Latihan tari, seperti kabela, dana-dana, dan hadrah yang masih bernuansa Islam, tentu saja bisa terlaksana di situ,” ujarnya.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Budayawan Bolaang Mongondow Raya, Chairun Mokoginta (67), memainkan alat musik bernama rababo yang punah tetapi berhasil ia revitalisasikan, Minggu (9/5/2021), ketika ditemui di rumahnya di Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Chairun Mokoginta, budayawan lain, juga berangan-angan berbagai sudut masjid agung bisa digunakan untuk tempat berkumpul komunitas pencinta budaya. Apalagi, kata dia, kebudayaan Bolaang Mongondow kini sedang berada di persimpangan jalan, antara tetap hidup atau punah.
Ia mencontohkan, beberapa alat musik tradisional seperti rababo, sejenis kecapi dengan satu senar, dan tantung yang jadi bas sekaligus perkusinya, telah punah sejak 1980-an. Chairun adalah salah satu orang yang mencoba merevitalisasinya. ”Kalau badan takmir masjid agung kreatif, pasti akan ada sudut-sudut bangunan yang dikhususkan untuk kegiatan budaya,” ujarnya.
Walakin, tugas besar pertama Masjid Agung Baitul Makmur adalah menjadi lokasi shalat Id, Kamis (13/5/2021), tanpa menimbulkan kluster Covid-19. Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemkot Kotamobagu Hamdan Mokoagow mengatakan, semua masjid dan lapangan di dekatnya dapat dimanfaatkan untuk shalat Id asalkan mengikuti protokol kesehatan.
Masjid pun hanya dapat menampung umat sebanyak setengah dari kapasitasnya. Artinya, hanya 3.000 orang yang dapat ikut shalat Id di masjid agung. ”Nama-nama penitia pelaksananya juga telah dikantongi pemkot supaya kami dapat mudah mengawasi. Unsur kehati-hatian sangat penting,” ujar Hamdan.