Para pelaku diduga menggunakan senjata tajam saat membacok kedua korban. Mereka lantas membawa dua pucuk senjata api milik korban.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Dua anggota TNI Angkatan Darat gugur karena diserang orang tak dikenal di area Bandar Udara Nop Goliat Deikai, Kabupaten Yahukimo, Papua, Selasa (18/5/2021). Identitas kedua korban adalah Prajurit Dua Ardi Yudi Ardianto dan Prajurit Kepala Muhammad Alif Nur.
Komandan Resor Militer 172/Praja Wira Yakti Brigadir Jenderal TNI Izak Pangemanan, saat dihubungi dari Jayapura, membenarkan insiden tersebut. Ia mengatakan, kedua korban diserang saat menjaga pembangunan talud yang berjarak sekitar satu kilometer Bandara Nop Goliat Deikai. Insiden ini terjadi pukul 11.00 WIT. Kedua korban meninggal karena luka berat di bagian kepala.
Para pelaku diduga menggunakan senjata tajam saat membacok kedua korban. Mereka lantas membawa dua pucuk senjata api milik korban. ”Kami belum mengetahui pelaku yang terlibat dalam insiden penyerangan dua anggota kami di Yahukimo. Saat ini, anggota kami bersama pihak kepolisian dan Brimob Polda Papua sedang mengejar para pelaku,” kata Izak.
Menurut rencana, jenazah korban akan dievakuasi ke kampung halamannya pada Rabu (19/5/2021) esok. ”Saat ini saya masih mencoba berkoordinasi dengan jajaran kami di Deikai untuk proses evakuasi kedua korban,” tambah Izak.
Kepala Polres Yahukimo Ajun Komisaris Besar Deni Herdiana saat dihubungi mengatakan tengah berupaya menangkap para pelaku dan menemukan kembali dua senjata milik korban.
Kami belum mengetahui pelaku yang terlibat dalam insiden penyerangan dua anggota kami di Yahukimo.
Tim gabungan TNI Polri mengejar pelaku di daerah hutan dan sejumlah lokasi di sekitar Deikai. Tim juga menggunakan upaya pendekatan dengan tokoh masyarakat setempat.
”Diduga para pelaku berjumlah di atas lima orang. Kami sementara memeriksa lima saksi mata dalam insiden penyerangan dua anggota TNI ini,” kata Deni.
Kelompok di bawah pimpinan Senat Sol yang terlibat sejumlah aksi penyerangan warga pada 2020 belum bisa dipastikan terlibat dalam insiden ini.
Kepala Kepala Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey prihatin dengan kondisi kekerasan di tanah Papua yang berkepanjangan. ”Kami berharap adanya sebuah solusi untuk memutuskan mata rantai konflik di Papua,” harap Frits.