Sebanyak 9.151 Pekerja Migran Telah Kembali ke Jawa Timur
Lebih dari 9.100 pekerja migran Indonesia kembali ke Jawa Timur dan lebih dari 70 di antaranya dirawat di RS Lapangan Surabaya karena positif Covid-19. Jawa Timur harus tetap mewaspadai potensi kasus baru.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 9.151 pekerja migran Indonesia dari mancanegara telah kembali ke Jawa Timur dalam kurun 28 April-16 Mei 2021. Dari jumlah itu, 72 di antaranya positif Covid-19 dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 Surabaya.
Dari 9.151 pekerja migran Indonesia tersebut, yang terbanyak datang dari Malaysia, yakni 5.370 orang. Selanjutnya dari Singapura 2.798 orang, Hong Kong 697 orang, Brunei Darussalam 274 orang, dan kru kapal 12 orang.
Jumlah 9.151 orang itu belum termasuk buruh migran atau penumpang asal mancanegara yang turun di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo sebelum pencatatan 28 April 2021. Belum termasuk yang datang dari negara-negara di luar Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Brunei Darussalam. Pemprov Jatim memprediksi kedatangan penumpang asal mancanegara 14.000-15.000 orang.
Menurut Penanggung Jawab RS Lapangan Surabaya Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara, Senin (17/5/2021), fasilitas darurat di Museum Kesehatan, Jalan Indrapura, kini merawat 72 buruh migran yang positif Covid-19. ”Yang telah keluar ada 40 buruh migran sehingga yang masih dirawat 32 orang,” ujarnya.
Nalendra mengatakan, dari 72 buruh migran yang dirawat, mayoritas atau 60 orang datang dari Malaysia. Selanjutnya 4 orang dari Singapura, Brunei Darussalam 3 orang, Belanda dan Jepang masing-masing 2 orang, dan Hong Kong 1 orang. ”Mereka ditangani setidaknya selama dua pekan dan dinyatakan boleh keluar oleh tim dokter,” katanya.
Seseorang dinyatakan boleh keluar setelah perawatan di RS Lapangan sesuai dengan penilaian tim dokter penanggung jawab pasien. Setelah keluar, pasien harus menjalani masa isolasi tambahan setidaknya sepekan atau bisa diperpanjang sesuai dengan penilaian satuan tugas Covid-19 kabupaten/kota tujuan.
Isolasi tambahan disarankan dilakukan di fasilitas kesehatan atau bangunan untuk kepentingan tersebut, misalnya gedung pemerintah, balai RT, RW, desa/kelurahan, gedung olahraga, bahkan penginapan yang telah mendapat persetujuan dari satgas.
Jika memilih di rumah, direkomendasikan tetap terpisah dengan keluarga atau keluarga sementara pindah sampai pasien selesai menjalani isolasi mandiri. Seusai isolasi mandiri dengan rentang minimal satu bulan setelah keluar dari RS, pasien diharapkan menjalani tes usap lanjutan dan hasilnya negatif.
Dalam penanganan wabah, perlu terus mengadakan tes dan pelacakan sehingga tergambar kondisi sesungguhnya lalu diterapkan kebijakan-kebijakan yang komprehensif dan tepat.
Selama isolasi protokol kesehatan harus tetap diterapkan untuk menekan potensi penularan. Dengan demikian, ketika berinteraksi dengan keluarga relatif kurang berisiko menularkan Covid-19.
Pengalaman penulis, interaksi dengan keluarga baru berani ditempuh tiga minggu setelah keluar dari RS Lapangan pada 22 Januari 2021. Interaksi pun amat terbatas, tidak bersentuhan, tetap menjaga jarak, dan bermasker. Satu bulan setelah keluar RS Lapangan atau 22 Februari 2021, penulis mengikuti tes usap dan hasilnya negatif. Pada 3 April 2021, penulis telah menerima vaksin dosis pertama AstraZeneca dengan jadwal dosis kedua pada 29 Mei 2021.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo menyarankan, masa karantina untuk seluruh penumpang mancanegara minimal dua minggu. Tes usap bisa dijalankan pada hari kedatangan dan akhir pekan kedua. Namun, sejauh ini masa karantina penumpang mancanegara yang tiba di Jatim tidak sampai sepekan meski di daerah asal ada yang menjalani karantina tambahan.
”Dalam penanganan wabah, perlu terus mengadakan tes dan pelacakan sehingga tergambar kondisi sesungguhnya lalu diterapkan kebijakan-kebijakan yang komprehensif dan tepat,” kata Windhu.
Masyarakat, termasuk aparatur dan pasien, tambahnya, harus terlibat aktif dalam penanganan Covid-19 dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Menurut Windhu, jika warga tidak mau terlibat, penanganan pandemi tidak akan jelas waktu selesainya.