Petani di Kalsel Kembali Rugi Rp 7 Miliar akibat Banjir
Kerugian yang dialami petani di Kalimantan Selatan akibat banjir kedua dalam tahun ini diperkirakan mencapai Rp 7 miliar. Pemerintah didesak untuk lebih serius menanggulangi bencana ekologis agar tidak terus berulang.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
TAGANA KALSEL
Tim gabungan mengevakuasi warga lansia korban banjir di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Jumat (14/5/2021).
BANJARMASIN, KOMPAS — Banjir kedua di Kalimantan Selatan dalam tahun ini kembali memukul sektor pertanian. Serikat Petani Indonesia Kalsel memperkirakan kerugian yang dialami petani di tiga kabupaten terdampak banjir mencapai Rp 7 miliar. Pemerintah didesak untuk lebih serius menanggulangi bencana ekologis.
Banjir melanda wilayah Kecamatan Satui (Kabupaten Tanah Bumbu), Haruyan (Hulu Sungai Tengah), dan Pulau Laut Selatan (Kotabaru) tepat pada Idul Fitri 1442 Hijriah. Banjir dipicu meluapnya sungai di daerah tersebut setelah turun hujan dengan intensitas tinggi. Tinggi muka air yang menggenangi permukiman warga mulai dari 25 sentimeter (cm) hingga 200 cm.
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalsel Dwi Putra Kurniawan mengatakan, bencana banjir itu kembali menimbulkan penderitaan pada masyarakat dan petani di Kalsel. Alasannya kondisi petani dan masyarakat masih belum sepenuhnya pulih dari trauma bencana yang sama awal tahun ini.
”Banjir kali ini, kami perkirakan kerugian yang dialami petani kurang lebih Rp 7 miliar. Itu mencakup kerugian material mulai dari tempat tinggal dan lahan pertanian tanaman pangan milik petani,” kata Dwi di Banjarmasin, Senin (17/5/2021).
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Araini (65), warga Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan menjemur gabah yang rusak akibat terendam banjir, Rabu (10/2/2021).
Banjir di Satui berdampak pada 3.891 rumah tangga atau 13.433 jiwa yang tinggal di enam desa, yaitu Sungai Danau, Sinar Bulan, Satui Timur, Satui Barat, Jombang, dan Sejahtera Mulia. SPI Kalsel mencatat sawah dan lahan pertanian tanaman pangan yang rusak akibat banjir di Satui seluas 87 hektar. Sebagian besar di antaranya adalah lahan sawah dengan tanaman padi siap panen.
Banjir kali ini, kami perkirakan kerugian yang dialami petani kurang lebih Rp 7 miliar. Itu mencakup kerugian material mulai dari tempat tinggal dan lahan pertanian tanaman pangan milik petani. —Dwi Putra
Di Haruyan, banjir sempat melanda wilayah enam desa, yaitu Desa Haruyan, Lok Buntar, Pengambau Hilir Dalam, Haruyan Seberang, Mangunang, dan Pengambau Hilir Luar. Banjir berdampak pada 626 keluarga atau lebih dari 2.400 jiwa. Sawah dan lahan pertanian yang terendam lebih kurang 98 hektar.
Terdampak
Selanjutnya, banjir di Pulau Laut Selatan menggenangi lahan pertanian tanaman pangan seluas kurang lebih 35 hektar di Desa Tanjung Seloka. ”Jadi, periode Januari sampai pertengahan Mei 2021, semua kabupaten/kota di Kalsel sudah terkena dampak bencana ekologis (banjir),” ujar Dwi.
Pada banjir sebelumnya yang terjadi pada Januari 2021 dan melanda 11 kabupaten/kota di Kalsel, SPI Kalsel mencatat kerugian di sektor pertanian mencapai Rp 216 miliar. Kerugian itu tidak hanya dari produk pertanian dan benih, tetapi juga mencakup kerusakan peralatan dan lahan pertanian, serta infrastruktur pertanian.
Menurut Dwi, pemerintah harus hadir untuk mengatasi permasalahan yang terjadi berulang kali. Sebab, petani dan masyarakat selalu dirugikan setiap ada banjir. ”Fenomena bencana ekologis harus dibenahi mulai dari sumber penyebabnya sampai mitigasi risiko agar Bumi Antasari (julukan Kalsel) tetap layak huni dan membawa berkah ekonomi bagi petani,” katanya.
Bantuan
SPI Kalsel juga mendesak pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah konkret untuk mengganti kerugian petani akibat tanaman pangan yang gagal panen. Petani perlu diberi bantuan benih, pupuk, dan sebagainya. ”Program pemulihan ekonomi masyarakat pascabencana banjir hendaknya segera dijalankan,” ujar Dwi.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel Syamsir Rahman dalam diskusi pada April lalu juga mengatakan, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang terdampak banjir cukup parah di Kalsel. Untuk membantu petani yang terdampak banjir, Kementerian Pertanian memberikan bantuan benih padi untuk lahan pertanian seluas 50.000 hektar.
”Kalimantan Selatan adalah penyangga pangan urutan ke-11 di Indonesia. Untuk itu, kami akan upayakan bantuan bagi petani yang terdampak banjir untuk menjaga produksi pangan Kalsel,” kata Syamsir.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel Kisworo Dwi Cahyono mengatakan, bumi Kalsel saat ini sedang sakit. Bencana ekologis yang terjadi menunjukkan bahwa Kalsel dalam posisi darurat ruang dan darurat bencana ekologis. Kondisi itu karena hampir 50 persen dari luas ruang wilayah Kalsel sudah dibebani izin pertambangan dan perkebunan kelapa sawit.
”Pemerintah jangan lagi lalai, lambat, dan gagap dalam pencegahan dan penanggulangan bencana. Stop izin baru pertambangan dan perkebunan sawit agar kerusakan lingkungan tidak semakin parah,” ujar Kisworo.