Pengawasan Lalu Lintas Setelah Lebaran Kota Bandung Dilakukan hingga 24 Mei
Meskipun libur Lebaran telah berakhir, pengawasan terhadap lalu lintas tetap dilakukan untuk mengantisipasi kerumunan. Fasilitas kesehatan juga disiagakan untuk menghadapi prediksi lonjakan kasus pascalibur.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pengawasan lalu lintas Kota Bandung setelah libur hari raya Idul Fitri 1442 Hijrah dilakukan hingga 24 Mei 2021. Selain penempatan petugas di pos-pos pemantauan, rekayasa lalu lintas di keramaian dan tempat wisata juga disiagakan utnuk mengantisipasi kerumunan.
Wali Kota Bandung Oded M Danial, Senin (17/5/2021) menyatakan petugas tetap bersiaga di pos pemantauan walau kepadatan arus balik diperkirakan berakhir akhir pekan lalu. Pengawasan tersebut dilakukan hingga masa pengetatan pasca lebaran berakhir 24 Mei 2021.
Menurut Oded, pengawasan dilakukan tanpa melakukan penyekatan karena masa larangan mudik telah berakhir. Sebelumnya, pemerintah menyatakan dalam kurun 6-17 Mei 2021 sebagai periode larangan mudik. Dalam masa ini, seluruh kendaraan tidak diperbolehkan melakukan pergerakan yang mengindikasikan mudik sehingga kendaraan yang melintas harus mendapatkan izin dari petugas.
”Saat ini, sebatas pantauan dan pengawasan saja. Namun, kalau ada kepadatan berasal dari luar daerah kami akan bertindak untuk memastikan pergerakannya. Pengawasan ini juga dilakukan di dalam kota. Akses menuju tempat wisata juga akan ditutup jika terjadi kerumunan,” ujarnya seusai rapat koordinasi kepala daerah se-Indonesia bersama Presiden Joko Widodo.
Rekayasa penutupan jalan, ini, papar Oded, dilakukan berdasarkan evaluasi dari pembatasan kerumunan di sejumlah tempat wisata dan keramaian yang terjadi Minggu (16/5/2021) sebelumnya, seperti Kebun Binatang Bandung.
”Kepadatan di tempat wisata kemarin baru bisa diatasi setelah kami menutup ruas jalan. Cukup bisa mengurangi kepadatan sehingga strategi ini akan dipergunakan. Kalau dari segi pelaksanaan protokol kesehatan sudah bagus, tetapi kadang masyarakat sulit untuk dikendalikan seperti datang bersama-sama,” ujarnya.
Antisipasi keramaian ini dilakukan untuk menekan potensi peningkatan kasus Covid-19 di Kota Bandung. Di samping itu, Oded menyatakan pihaknya menyiagakan fasilitas kesehatan untuk menghadapi lonjakan kasus pasca liburan.
”Kami akan pantau terus perkembangannya. Biasanya, dua minggu setelah libur baru kelihatan. Apalagi, kerumunan juga terjadi di daerah-daerah lain, dan bisa saja ada orang Bandung di sana,” papar Oded.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara menuturkan, sebanyak 80 puskesmas bersiaga untuk menghadapi prediksi tersebut. Dia pun meminta petugas untuk meningkatkan pelacakan dan pengawasan terhadap lingkungan.
”Puskesmas, klinik, dan laboratorium kami siagakan sesuai kemampuan. Pengamatan epidemiologi terus dilakukan dengan 3T, yaitu pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment),” paparnya.
Berakhirnya libur lebaran juga ditandai dengan masuknya aparatur sipil negara (ASN). Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengklaim pegawai negeri di lingkungan Pemkot Bandung tidak ada yang mangkir atau bolos. Dari 14.902 ASN Pemkot Bandung, 95 persen di antaranya tercatat hadir, baik di kantor maupun bekerja di rumah.
”Sekitar 350 orang atau 5 persen dari ASN Kota Bandung ada yang izin dan cuti, tetapi tidak ada yang bolos. Cuti juga sesuai dengan ketentuan, ada yang sakit, melahirkan dan lainnya. Kami selalu mengingatkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat,” ujarnya.