Silaturahmi virtual menjadi jawaban agar persaudaraaan tetap kental tanpa harus membagi risiko penularan. Selamat Lebaran, Lebaran Selamat….
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·5 menit baca
Ibu Supartinah Noor Soedarto (86) memandangi satu per satu wajah yang tampil dalam aplikasi Zoom di layar laptop yang ada di depannya. Sembari sesekali membetulkan jilbab putihnya, ia ingin melihat, mendengar, dan mengetahui kabar anak, menantu, cucu, hingga cicitnya yang tak dapat berkumpul pada Lebaran ini.
Situasi pandemi memaksa keluarga besar trah Noor Soedarto batal berkumpul di Jetis, Yogyakarta. Sebuah tradisi yang rutin mereka lakukan setiap tahun saat Lebaran. Tradisi yang dua tahun terakhir hilang.
Ibu Supartinah Noor Soedarto ialah janda veteran perang dengan 14 anak dan menantu, 25 cucu dan cucu menantu, serta 16 cicit. Bisa dibayangkan, bagaimana ramainya jika mereka berkumpul.
Dwiana Silvi (39), salah satu cucu, mengatakan, kalau semua keluarga besar kumpul, mereka sampai harus menyewa beberapa rumah singgah di sekitar rumah eyang. Rumah itu hanya untuk menaruh barang, mandi, dan tidur.
”Namun, kami lebih senang kumpul di rumah Eyang. Tidur juga lebih asyik ramai-ramai di rumah Eyang. Tidur dempet-dempet pakai tikar di ruang tamu itu paling seru. Sayang sudah dua tahun keseruan itu tidak terlaksana,” tuturnya.
Dwiana tentu tidak hanya kangen dengan suasana tidur ramai-ramai bersama saudara. Lebaran dengan rangkaian kesibukan, mulai dari takbiran bersama, shalat Id, sungkeman, hingga makanan buatan Eyang tentu juga dirindukan.
Kendati banyak hal yang tidak bisa dilakukan bersama, Lebaran tak bisa dilepaskan dari silahturahmi. Karena itu, Dwiana dan beberapa sepupunya merancang agenda untuk Lebaran virtual.
Lebaran hari pertama, Rabu (13/5/2021) pukul 19.00, disepakati sebagai waktu yang tepat untuk menggelar Lebaran virtual. Aplikasi dan tautan untuk bergabung di aplikasi Zoom disiapkan.
”Untungnya ada Om (paman) dan adik sepupu yang tinggal bersama Eyang. Mereka bertugas menyiapkan alat dan menuntun Eyang agar bisa hadir secara virtual dalam Lebaran kali ini,” ujarnya.
Di waktu yang sudah disepakti, satu per satu keluarga mulai bergabung. Mereka berasal dari sejumlah kota, mulai dari Palembang, Bandar Lampung, Metro, Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Surabaya, hingga Banyuwangi.
Keriuhan langsung terjadi. Tidak hanya saling sapa, senda gurau pecah dalam ruang virtual. Teknologi benar-benar menjembatani kerinduan keluarga besar ini.
Layaknya Lebaran, hampir semua anggota keluarga besar menggunakan baju-baju yang terbaik. Anak, menantu, dan cucu laki-laki mengenakan batik atau baju koko lengkap dengan peci atau songkok. Sementara anak, menantu, dan cucu perempuan tampil cantik dengan jilbab dan riasan wajah tipis.
Ketika Ibu Supartinah sudah bergabung, semua perhatian tertuju padanya. ”Eyang… sehat Yang? Masak apa saja Yang? Eyang… Luthfan kangen opor, sambel goreng ati, dan arem-aremnya Eyang,” ujar Luthfan Fadli (26), cucu yang ada di Metro, Lampung.
Setelah berbagai keriuhan, Dwiana mengambil kendali acara. Bertindak seolah sebagai MC, ia mengantarkan rangkaian acara yang dimulai dengan pengantar dari perwakilan keluarga di Bogor.
Acara lantas dilanjutkan pengantar permohonan maaf dan sungkem dari seluruh anggota keluarga kepada Eyang. Sungkem merupakan tradisi di keluarga Noor Soedarto. Biasanya mereka akan berbaris urut dari anak tertua hingga termuda, diikuti cucu tertua hingga termuda.
”Biasanya, satu per satu akan bersimpuh di depan Eyang. Dengan penuh hormat kami meminta maaf dan memohonkan doa serta restu dari Eyang untuk semua rencana dan kehidupan kami,” lanjut Dwiana.
Namun, tahun ini hal itu tak mungkin terjadi. Sebagai gantinya, Soetomo, anak menantu di Lampung, mewakili menghaturkan sungkem bagi Eyang. Dengan bahasa Jawa kromo inggil yang sangat halus dan santun, Sutomo berucap. Sesekali suaranya bergetar, tercekat. Haru. Tangis pun tumpah.
”Ibu, ngaputen sedoyo putra, wayah mboten saged kempal dateng Yogja. Ngapunten sedoyo mboten saged ngaturaken sungkem langsung dumateng Ibu. Ngapunten sedoyo kalepatan, ugi kekhilafan. Mugi-mugi, kalepatan ugi kesalahan putra-wayah, saged dilebur wonten ing dinten riyadi punika (Ibu, mohon maaf anak-cucumu tidak bisa berkumpul di Yogyakarta. Maafkan kami tidak bisa sungkem secara langsung pada Ibu. Maafkan seluruh kesalahan dan kekhilafan kami. Semoga segala kesalahan anak cucu dapat dilebur dihari raya ini),” ujar Sutomo.
Sungkem virtual itu diterima Supartinah. Ia mendengarkan dengan seksama tutur tulus putranya itu. Di layar lain, tampak anggota keluarga lainnya sudah mulai berkaca-kaca dan hidung memerah.
Supartinah lantas menjawab sungkem virtual itu. ”Iyo tak apuro. Pesene Ibu mung siji. Putra, Mantu, Wayah sing podo rukun, jujur ora tela-telo. (Iya, aku maafkan. Pesan Ibu hanya satu. Anak, menantu, cucu harus rukun, jujur, dan harus cekatan),” tuturnya.
Dwiana mengatakan, pesan itu selalu disampaikan Eyang. Pesan berulang yang tidak pernah surut untuk selalu ia ingatkan kepada anak-anak dan cucunya.
Keluarga besar Noor Soedarto juga menggelar permainan untuk menghibur Eyang. Supartinah yang mulai pikun diajak mengingat kembali cucu-cucunya. Sesekali Eyang tampak bingung, tetapi tak jarang ia senyum dan terbahak melihat polah tingkah cucu dan cicitnya.
Pada kesempatan itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, Sri Nowo Retno yang juga merupakan anak menantu Supartinah juga didapuk untuk memberikan penyuluhan kesehatan. Ia berpesan kepada kakak-kakak dan keponakannya untuk tetap patuh pada protokol kesehatan.
”Pakde-Bude dan ponakan-ponakan yang sudah divaksin, tetap patuh protokol kesehatan. Kalau tidak mendesak, tidak perlu dolan-dolan dulu. Kalau kita semua patuh, kekebalan komunal terbentuk, Insya Allah Lebaran tahun depan kita bisa kumpul,” tutur Retno yang diamini oleh seluruh keluarga.
Lebaran virtual yang diselenggarakan keluarga Noor Soedarto adalah satu gambaran kecil dari sekian banyak upaya silaturahmi yang tetap memperhatikan keselamatan dan kesehatan anggota keluarga. Tidak mudik untuk berkumpul keluarga, bukan berarti tidak rindu atau tidak mau bersilaturahmi.
Silaturahmi virtual menjadi jawaban agar persaudaraan tetap kental tanpa harus membagi resiko penularan. Selamat Lebaran, Lebaran Selamat….