Kluster Baru Covid-19 Terus Bermunculan di DIY, 62 Orang Positif di Kulon Progo
Kluster penularan Covid-19 terus bermunculan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu kluster baru itu muncul di Kabupaten Kulon Progo yang menyebabkan 62 orang positif Covid-19.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kluster baru penularan Covid-19 terus bermunculan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di Kabupaten Kulon Progo tercatat 62 orang positif dari salah satu kluster anyar. Jumlah orang terpapar berpotensi bertambah karena petugas berencana melakukan tes massal terhadap ratusan warga di sekitarnya.
Kluster itu muncul di Desa Kalirejo dan Desa Hargomulyo di Kecamatan Kokap. Di Desa Kalirejo, 43 orang positif Covid-19 berasal dari Dusun Sangon I. Di Desa Hargomulyo, warga terpapar Covid-19 berasal dari tiga dusun. Sebanyak 15 orang berasal dari Dusun Kadigunung, Tapen (2 orang), dan Dusun Tlogolelo (2 orang).
Data Dinas Kesehatan Kulon Progo menyebut kasus ini dengan sebutan Kluster Sangon. Awalnya, Selasa (11/5/2021), ada 40 warga positif Covid-19 dari kluster itu. Namun, pada Kamis (13/5/2021), jumlahnya bertambah 22 orang.
”Total kasus terkonfirmasi di kluster ini 62 orang,” kata juru bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulon Progo, Baning Rahayujati, Jumat (14/5/2021) pagi.
Baning menjelaskan, dari 62 orang terkonfirmasi positif Covid-19 itu, sejumlah 56 orang positif dengan tes reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR). Sementara enam orang lainnya tercatat positif berdasarkan tes antigen.
Dari kluster itu, tiga orang dirawat di rumah sakit di Kulon Progo. Dua orang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates dan seorang lainnya di RSUD Nyi Ageng Serang. Sementara itu, warga lain yang dinyatakan positif Covid-19 melakukan isolasi mandiri di rumah.
”Sekitar 90 persen dari kasus terkonfirmasi ini pernah merasakan gejala ringan, seperti kehilangan indera penciuman, tidak enak badan, dan sedikit demam,” papar Baning.
Baning mengatakan, sampai saat ini belum diketahui pasti sumber penularan dari kluster itu. Namun, lokasi dusun-dusun yang warganya positif Covid-19 itu berdekatan.
Baning menambahkan, petugas di tiap-tiap wilayah telah merespons hal ini. Salah satunya membatasi ketat aktivitas keluar masuk ke wilayah yang warganya terpapar Covid-19. Selain itu, tempat ibadah juga ditutup dan peniadaan aktivitas kelompok masyarakat.
”Dilakukan juga pemberian sembako kepada warga yang melakukan isolasi. Ini dilakukan satgas desa,” kata Baning.
Baning menuturkan, pada Jumat siang ini petugas juga berencana melakukan tes usap atau mengambil sampel massal di Dusun Sangon I dan Dusun Kadigunung. Usap massal itu menyasar sekitar 200 warga.
”Swab (usap) massal akan dilakukan petugas dari Puskesmas Kokap I dan dibantu teman-teman lain dari puskesmas sekitarnya,” ujarnya.
Baning juga mengimbau masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan ketat. Protokol kesehatan itu antara lain memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan menggunakan sabun. ”Apabila merasakan gejala demam, kehilangan indera penciuman atau pengecapan, dan tidak enak badan agar segera berobat dan karantina mandiri di rumah,” ujarnya.
Padat penduduk
Sebelum kluster Sangon, sejumlah kluster penularan Covid-19 telah muncul di beberapa wilayah DIY. Di Kota Yogyakarta, misalnya, terjadi penularan Covid-19 di kampung padat penduduk di Kecamatan Wirobrajan.
Sampai Selasa, ada 29 warga di kampung tersebut yang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan tes PCR dan sembilan warga lainnya dinyatakan positif berdasarkan tes antigen. Jumlah warga yang positif Covid-19 itu masih mungkin bertambah karena petugas masih terus melakukan penelusuran kontak.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, penularan di kampung itu terungkap setelah seorang perempuan berusia lanjut yang sakit dengan gejala flu dan pilek pada 13 April 2021. Beberapa hari kemudian, perempuan itu dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan positif Covid-19. Namun, pada 28 April 2021, perempuan itu meninggal.
”Persoalan Covid-19 ini dimulai dengan seorang ibu sepuh yang sakit. Ketika diperiksa di rumah sakit, kedapatan positif Covid-19. Si ibu yang memang punya komorbid (penyakit bawaan) akhirnya meninggal,” ujar Heroe.
Heroe menuturkan, kampung di Kecamatan Wirobrajan yang menjadi tempat penularan Covid-19 itu merupakan kawasan padat penduduk. Selain itu, sebagian besar penghuni kampung tersebut merupakan keluarga besar. ”Jarak antar-rumah juga sangat dekat. Jadi, bisa dibayangkan bahwa kawasan tersebut tentu sangat rawan terjadi sebaran kasus Covid-19,” ucapnya.
Heroe menambahkan, penularan Covid-19 di kampung itu diduga terjadi karena protokol kesehatan yang tak dijalankan secara maksimal. Bahkan, di kampung tersebut sempat digelar buka puasa bersama oleh keluarga besar yang tinggal di sana. Selain itu, penularan Covid-19 di kampung itu juga diduga diperparah tidak tanggapnya warga saat ada anggota keluarganya yang mengalami sakit.
Heroe mencontohkan, ada warga yang mengalami sakit flu dan batuk lalu dipijat saudaranya. Dari aktivitas memijat itu diduga turut terjadi penularan Covid-19. ”Misalnya, ada anggota keluarga yang tidak enak badan, flu, pilek, atau batuk, tetapi malah ada yang pijet. Akhirnya tukang pijet yang juga saudaranya positif juga. Ada juga yang saling kerokan,” katanya.
Selain itu, beberapa waktu lalu juga muncul kluster penularan Covid-19 di kalangan jemaah masjid di Kabupaten Bantul, DIY. Penularan tersebut terjadi di Dusun Candi, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Bantul. Hingga Minggu (9/5/2021), ada 29 warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari kluster tersebut.