Gempa Magnitudo 7,2 di Nias Terasa Kuat di Siberut Barat
Gempa magnitudo 7,2 di Nias Barat, Sumatera Utara, Jumat (14/5/2021) siang, terasa relatif kuat berkisar IV-V MMI di Kecamatan Siberut Barat, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Gempa magnitudo 7,2 di Nias Barat, Sumatera Utara, Jumat (14/5/2021) siang, terasa relatif kuat berkisar IV-V MMI di Kecamatan Siberut Barat, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Meskipun berbeda segmen dan tidak berdampak langsung, masyarakat Kepulauan Mentawai diminta tetap waspada, apalagi beberapa pekan terakhir terjadi gempa relatif kuat.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Mentawai Novriadi, Jumat (14/5/2021), mengatakan, gempa yang berpusat di Nias Barat itu dirasakan kuat IV-V MMI berkisar 4-5 detik di Desa Simalegi, Kecamatan Siberut Barat. Masyarakat Desa Simalegi pun sempat mengungsi ke tempat yang lebih aman.
”Sampai sekarang belum ada informasi kerusakan akibat gempa. Masyarakat yang sempat mengungsi telah kembali ke rumah masing-masing,” kata Novriadi ketika dihubungi pada Jumat siang.
Sementara itu, di Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara, kata Novriadi, gempa tidak begitu kuat hanya sekitar II MMI. Begitu pula dengan wilayah Pulau Siberut, yang secara umum merasakan gempa sekuat II-III MMI.
Menurut Novriadi, lokasi gempa di Nias Barat berbeda segmen dengan megathrust Mentawai. Gempa Nias Barat termasuk zona megathrust Nias dan Aceh. Walaupun berbeda segmen, masyarakat Kepulauan Mentawai tetap harus waspada.
”Kita perlu waspada karena juga bisa memicu, kan. Dalam kondisi saat ini, tentu kita waspada gempa susulan mana tahu arahnya ke Mentawai. Mentawai beberapa pekan belakangan ini sering diguncang gempa magnitudo 5 ke atas,” ujar Novriadi.
Sampai sekarang belum ada informasi kerusakan akibat gempa. Masyarakat yang sempat mengungsi telah kembali ke rumah masing-masing. (Novriadi)
Ahli geologi Ade Edward mengatakan, gempa di Nias tersebut beda segmen dengan Kepulauan Mentawai. Di Mentawai, yang dikhawatirkan adalah segmen Siberut. Karena berbeda segmen, gempa Nias tidak berdampak langsung ke segmen di Mentawai, apalagi gempa di Nias tidak terlalu besar.
Menimbulkan ketidakseimbangan
”Namun, secara tektonik akan menimbulkan ketidakseimbangan. Segmen yang bersebelahan itu bisa berpengaruh. Akan menimbulkan adanya ketimpangan ketegangan di zona subduksi. Masyarakat harus tetap waspada dan hati-hati. Gempa itu mengingatkan potensi gempa berikutnya,” kata Ade, yang mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumbar.
Ade juga mengingatkan tentang kesiapan Kepulauan Mentawai dalam menghadapi ancaman gempa dari megathrust Mentawai pada segi bangunan. Keretakan pada ruangan UGD RSUD Kepulauan Mentawai yang dilaporkan BPBD Kepulauan Mentawai akibat gempa M >5 beberapa waktu lalu menandakan bahwa bangunannya belum tahan gempa.
Apalagi, RSUD Kepulauan Mentawai dibangun setelah gempa Mentawai tahun 2020. Semestinya, pembangunan rumah sakit itu sudah menerapkan aturan bangunan aman gempa, seperti di Padang dan lainnya. ”Rumah sakit itu baru dibangun, kok, rusak karena gempa, padahal gempanya kecil. Bayangkan kalau mencapai magnitudo 8, bisa rata dengan tanah,” ujarnya.
Ade pun berharap Pemda Kepulauan Mentawai bisa meningkatkan kualitas bangunan agar bisa lebih aman terhadap gempa. Pemda juga mesti menyosialisasikan kepada masyarakat agar membangun rumah tahan gempa, apalagi masyarakat mulai beralih dari rumah kayu ke rumah beton.
”Sesuai slogan, dalam menghadapi gempa, bukan gempanya yang membunuh, tetapi ada bangunan yang tidak kuat,” kata Ade.