Banjir Landa Dua Kabupaten di Kalsel, Ribuan Warga Terdampak
Banjir kembali melanda dua kabupaten di Kalimantan Selatan setelah empat bulan berselang dari banjir besar pada awal 2021. Kesiapsiagaan perlu ditingkatkan karena Kalsel punya risiko bencana banjir sedang hingga tinggi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
TAGANA KALSEL
Tim gabungan mengevakuasi warga lansia korban banjir di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Jumat (14/5/2021).
BANJARMASIN, KOMPAS — Banjir kembali melanda dua kabupaten di Kalimantan Selatan setelah empat bulan berselang dari kejadian serupa di awal tahun 2021. Lebih dari 2.500 rumah tangga di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah kena dampak banjir kali ini. Sebagian warga bahkan harus mengungsi.
Hujan dengan intensitas tinggi membuat debit air Sungai Satui di Tanah Bumbu meluap pada Kamis (13/5/2021) pukul 06.00 Wita dan merendam wilayah Kecamatan Satui. Kondisi serupa terjadi pada Sungai Haruyan di Hulu Sungai Tengah pada sore hari, sekitar pukul 18.00 Wita, dan merendam wilayah Kecamatan Haruyan.
Ratusan rumah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Satui dan DAS Haruyan terdampak banjir dengan ketinggian bervariasi. Di Satui, tinggi muka air (TMA) yang menggenangi rumah warga mencapai 100 sentimeter (cm) hingga 200 cm. Sementara rumah warga di Haruyan tergenang air dengan TMA 25-50 cm.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanah Bumbu Eryanto Rais yang dihubungi dari Banjarmasin, Jumat (14/5/2021), menyampaikan, banjir di Satui berdampak pada 2.326 rumah tangga atau 5.992 jiwa yang tinggal di enam desa. Desa itu adalah Sungai Danau, Sinar Bulan, Satui Timur, Satui Barat, Jombang, dan Sejahtera Mulia.
”Dua pengungsian disiapkan bagi warga korban banjir, yakni di Gedung SMP Negeri 4 Satui dan Gedung Majelis Taklim Sungai Danau. Jumlah pengungsi di dua tempat tersebut 207 jiwa,” katanya.
Warga korban banjir mengungsi di Gedung SMP Negeri 4 Satui di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Jumat (14/5/2021).
Sampai Jumat, ketinggian banjir di Satui masih cukup tinggi meskipun sudah mulai ada penurunan tinggi muka air 10-20 cm. Warga yang mengungsi masih bertahan di tempat pengungsian. Posko dapur umum dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) juga sudah dibuka untuk menyediakan konsumsi bagi para korban banjir.
”Kami berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya dalam penanganan korban banjir. Sejauh ini, semuanya dapat ditangani dengan baik,” ujar Eryanto.
Bumi Kalsel sudah sakit. Kalau hujan, pasti banjir. Kalau kemarau, pasti kebakaran hutan dan lahan.
Sementara di Haruyan, banjir dilaporkan sudah berangsur surut. Saat dihubungi dari Banjarmasin, Jumat sore, Kepala Pelaksana BPBD Hulu Sungai Tengah Budi Haryanto mengatakan, ketinggian muka air di beberapa lokasi tinggal sekitar 20 cm. Sementara di beberapa lokasi lainnya, menurut dia, sudah kering atau normal kembali.
Banjir di Haruyan sempat melanda wilayah enam desa, yaitu Haruyan, Lok Buntar, Pengambau Hilir Dalam, Haruyan Seberang, Mangunang, dan Pengambau Hilir Luar. Banjir berdampak pada 626 rumah tangga atau lebih dari 2.400 jiwa.
”Warga yang sempat mengungsi juga sudah kembali ke rumah masing-masing karena banjir telah surut,” kata Budi.
Risiko tinggi
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati menyampaikan, hasil kajian risiko bencana atau InaRISK BNPB menunjukkan Tanah Bumbu rentan diterjang banjir sedang hingga tinggi. Luas risikonya mencapai 77.996 hektar atau mencakup 10 kecamatan.
Hulu Sungai Tengah juga berisiko banjir sedang hingga tinggi dengan luas mencapai 58.414 hektar atau mencakup 11 kecamatan. ”Dengan peringatan dini yang dikeluarkan BMKG serta kajian risiko InaRISK, masyarakat dan pemerintah setempat harus selalu siap siaga terhadap bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu,” katanya.
Pada pertengahan Januari lalu, banjir juga melanda sebagian besar wilayah Kalsel. Banjir itu disebut-sebut sebagai bencana besar yang belum pernah dialami dalam kurun waktu lebih dari 50 tahun. Banjir menyebabkan 11 dari 13 kabupaten/kota di Kalsel terendam. Kala itu hanya Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru yang tidak terdampak banjir.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalsel Kisworo Dwi Cahyono dalam berbagai kesempatan selalu mengatakan, Kalsel dengan luas 3,7 juta hektar sudah darurat ruang dan darurat bencana ekologis. Hal itu karena hampir 50 persen dari luas ruang wilayah Kalsel sudah dibebani izin pertambangan dan perkebunan kelapa sawit.
”Bumi Kalsel sudah sakit. Kalau hujan, pasti banjir. Kalau kemarau, pasti kebakaran hutan dan lahan. Itu terulang terus hampir setiap tahun. Untuk itu, stop izin baru pertambangan dan perkebunan sawit agar kerusakan lingkungan tidak semakin parah,” kata Kisworo.